II. KERANGKA PEMIKIRAN
Hasil analisa internal terhadap koperasi konsumen oleh Banlitbangkop PK M, 1999 menunjukkan rendahnya kemampuan
pengelola Toko Koperasi baik dalam bidang manajerial maupun non manajerial. Adanya praktek-praktek dan kebijakan-kebijakan pembelian
yang tidak dikoordinasikan dengan baik, kebijakan penetapan harga yang tidak jelas, ketidaknyamanan toko, serta tidak jelasnya perencanaan
produk yang ditawarkan mengindikasikan rendahnya kemampuan yang dimiliki para pengelola toko. Selanjutnya dikatakan bahwa tidak
terpenuhinya keinginan konsumen dan signifikansinya ketidak mampuan sumberdaya manusia pengelola toko menyebabkan kinerja Toko Koperasi
tidak optimal. Hal ini terlihat pada kinerja keuangan koperasi konsumen pada umumnya.
Meningkatkan keahlian SDM Toko Koperasi merupakan hal yang sangat krusial untuk dilakukan apabila koperasi konsumen merencanakan
untuk berpartisipasi secara aktif di bidang bisnis ritel. Koperasi konsumen harus dapat menempatkan diri dan menetapkan profil pelanggan yang
ingin dilayani dan dimana koperasi konsumen harus berada pada dunia ritel.
Untuk mengoptimalkan peran dan fungsi koperasi konsumen dalam menjamin tersedianya barang konsumsi yang sesuai dengan preferensi
konsumen dengan harga yang layak tetapi tetap profitabel maka strategi usaha pembelian barang dan pendistribusiannya oleh koperasi konsumen
perlu dibenahi. Disini koperasi harus memahami betul pelayanan yang dibutuhkan konsumen, kriteria konsumen dalam hal pembelian,
segmentasi konsumenpasar, serta aspirasi-aspirasi anggota koperasi yang ada dasarnya adalah pemilik koperasi tersebut. Disamping itu
sebaiknya koperasi mengembangkan pula strategi pengadaan barang yang
berhubungan dengan
biaya dan
keuntungan. Cara-cara
bernegosiasi pengelola koperasi dengan para supplier dan juga hubungan kerjasamanya perlu ditingkatkan dan dijaga kelangsungannya.
Rencana Strategis Pengembangan Toko Koperasi
1. Penentuan Posisi Yang Paling Tepat Bagi Koperasi Konsumen. Didalam bisnis ritel, selain koperasi terdapat lima jenis pemain
lainnya, yaitu pasar tradisional, toko kelontong, convenience store, pasar swalayan dan hard discounter.
Keputusan tentang posisi yang paling tepat bagi koperasi konsumen ini akan menentukan langkah berikutnya, seperti halnya
pemilihan produk, penataan toko dan fasilitasnya, penentuan harga, dan sebagainya.
Apabila koperasi beroperasi di daerah seperti halnya hard discounter kelengkapan barang tinggi, dan harga rendah, maka
implikasinya adalah sebagai berikut : -
Koperasi harus dapat memonitor harga terendah di pasaran dan barang-barang yang terdapat di pasaran
- Koperasi harus memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam
mengatasi persaingan harga -
Untuk menyediakan barang yang lengkap, koperasi harus memiliki modal kerja yang besar.
Apabila koperasi beroperasi di daerah seperti halnya pasar swalayan kelengkapan barang tinggi, dan harga tinggi, maka
implikasinya koperasi harus : -
Lebih terfokus dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan -
Membutuhkan investasi yang sangat tinggi, yaitu investasi untuk gedung dan air conditioner.
Apabila koperasi beroperasi di daerah seperti halnya toko kelontong, yaitu dengan kelengkapan barang rendah dan harga
rendah maka implikasinya adalah :
- Koperasi harus mengenal pelanggannya secara mendalam
seperti halnya mengenai kebutuhan pokok dan keinginan pelanggan.
- Koperasi harus memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam
mengatasi persaingan harga. Apabila koperasi akan beroperasi di daerah seperti halnya
convenience store, yaitu dengan kelengkapan barang rendah dan harga tinggi, maka implikasinya adalah sebagai berikut :
- Koperasi harus mengenai pelanggannya secara mendalam, yaitu
mengenali kebutuhan pokok dan keinginan pelanggan -
Membutuhkan investasi yang sangat tinggi seperti halnya investasi gedung dan air conditioner.
Hasil penelitian Balitbangkop PKM, 19981999 menyebutkan bahwa posisi yang sesuai bagi toko koperasi apabila koperasi
beroperpasi didaerah seperti halnya toko kelontong, mengingat investasi yang diperlukan relative tidak besar, dan skill pegawai yang
diperlukan di toko minimum. Namun visi pengembangan toko koperasi diarahkan ke daerah operasi hard discounter.
2. Pembelian Bersama Satu solusi dalam mengatasi kerugian ataupun rendahnya
margin laba toko koperasi adalah dengan cara memperbaiki system pembelian koperasi dengan memperhatikan product offering toko.
Apabila koperasi melakukan pembelian bersama, maka total saving untuk koperasi dapat ditingkatkan karena pembelian dilakukan dalam
jumlah besar. Disamping itu saving ini dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan standarisasi produk dan efisiensi dari operasi toko.
Untuk keperluan pembelian bersama, hasil analisa Balitbangkop Pk M, 19981999 menunjukkan adanya banyak kesamaan produk
yang ditawarkan diantara koperasi. Toko-toko koperasi cenderung menjual jenis-jenis produk yang relative sama. Banyaknya kesamaan
produk yang ditawarkan diantara koperasi dan jumlah penjualan per produksi per koperasi mengindikasikan adanya potensi benefit dari
pembelian bersama. Oleh karena itu disini akan dibahas lebih lanjut mengenai alternative implementasinya.
Pada dasarnya ada tiga alternative didalam menentukan implementasi pembelian bersama yaitu mendirikan pusat pembelian
bersama, melakukan joint venture atau sepenuhnya out sourcing. Masing-masing alternative tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangannya. Apabila koperasi memilih alternative 1 yaitu mendirikan pusat pembelian bersama milik koperasi maka
konsekuensinya adalah realisasi lebih lama karena perlu adanya perencanaan yang matang. Sedangkan dengan alternative II joint
venture maka keuntungannya adalah upaya yang diperlukan tidak berat karena dilakukan secara bersama-sama dengan mitranya.
Untuk pemilihan alternative III, yaitu sepenuhnya out sourcing dengan distributor yang sudah mapan, maka keuntungannya adalah proses
lebih sederhana karena hanya menyediakan tempat dan tenaga kerja relative sedikit, disamping itu realisasinya lebih cepat tergantung dari
kesediaan partner. Ketiga model pembelian bersama tersebut pada tahun 1998
telah disosialisasikan pada 50 koperasi konsumen di DKI Jakarta. Para pengelola toko koperasi di DKI Jakarta telah sepakat untuk
mendirikan pusat pembelian bersama alternative I dengan modifikasi, yaitu menunjuk koperasi yang dianggap mampu untuk bertindak
sebagai lead angencynya. Namun demikian, sosialisasinya model- model tersebut belum dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Lampung, sehingga koperasi-koperasi di provinsi tersebut perlu mengetahui secara jelas kelebihan dan
kekurangan model-model dimaksud.
a. Pembelian Bersama Alternatif I.
Jika koperasi ingin mendirikan pusat pembelian sendiri PP alternative I, maka ada beberapa prasyarat kesuksesan yang
harus diperhatikan. Dalam hal pengoperasian koperasi, maka hal-hal yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
• Koperasi pembelian, seperti halnya koperasi lainnya adalah usaha yang dimiliki dan dikuasai oleh anggotanya. Dengan
demikian anggota bertugas : - Menanam modal kerja
- Memilih pengurus yang berfungsi sebagai CEO • Manajemen koperasi sehari-hari dijalankan oleh pengelola
yang dipilih oleh pengurus yang bertugas untuk memilih staf operasional.
• Koperasi bertujuan
untuk memberikan
keuntungan maximum pada anggota, dan koperasi harus menjadi usaha
yang profitabel; dalam arti bahwa penerimaan lebih besar dari pengeluaran.
Organisasi pusat pembelian bersama milik koperasi perlu dikelola
oleh tenaga
professional. Organisasi
tersebut
mempunyai tiga fungsi utama yaitu : 1. Fungsi pengadaan 2. Fungsi distribusi dan 3. Fungsi keuangan. Fungsi distribusi dan
pengadaan bertugas juga untuk melakukan pendidikan dan pelatihan SDM, sedangkan fungsi keuangan dapat merangkap
sebagai general manajer.
b. Pembelian Bersama Alternatif II
Pilihan pembelian bersama alternative II yaitu joint venture dengan distributor yang sudah mapan memiliki kelebihan yaitu
adanya wacana
transfer pengetahuan
untuk menutup
kesenjangan kemampuan pegawai. Pembelian bersama dengan cara joint venture ini akan bermanfaat apabila :
a. Transfer pengetahuan oleh partner sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan oleh pengelola toko koperasi b.
Monitoring terhadap pelaksanaan perjanjian kerjasama berjalan dengan baik.
Namun demikian, dalam melakukan kerjasama ini kita harus hati-hati dalam menentukan bentuk kerjasama sehingga
kedua belah pihak dapat membentuk aliansi strategis yang menguntungkan.
c. Pembelian Bersama Alternatif III
Pilihan pembelian bersama dengan alternative III yaitu sepenuhnya outsourcing dengan distributor yang sudah mapan
ada keuntungan dan kerugiannya. Keuntungan alternative III ini adalah :
• Komitmen tidak terlalu besar yang mungkin lebih sesuai dengan kondisi koperasi pada saat ini, yaitu :
- Investasi minimal - Keikutsertaan SDM lebih sedikit, hanya memerlukan tim
kecil untuk melakukan koordinasi pembelian dan negosiasi.
• Dapat direalisasikan dengan segera, bergantung pada kesediaan partner sehingga benefit dapat direalisasikan
lebih cepat.
• Lebih sederhana tidak perlu perjanjian yang rumit dan fungsi pengawasan seperti halnya pada joint venture.
Namun demikian, kerugian dari system ini adalah tidak adanya peningkatan kemampuan purchasing dan negosiasi.
3. Pengukuran Kinerja Toko Koperasi
Untuk memastikan adanya hasil yang konkrit dari upaya peningkatan kinerja toko koperasi, maka diperlukan adanya
penerapan performance score card rapor kinerja untuk toko koperasi. Hal ini karena rapor kinerja merupakan alat yang efektif
untuk memantau kinerja toko. Rapor kinerja ini terdiri dari beberapa parameter yang
mengindikasikan menunjukkan kinerja dari unit tertentu atau kinerja keseluruhan dari toko koperasi. Dengan adanya rapor kinerja tersebut
maka pengelola toko dapat dengan cepat mengamati hal-hal yang perlu mendapat perhatian untuk mencapai goal. Dipihak lain,
pengurus koperasi dapat menggunakan rapor ini sebagai dasar untuk penilaian kinerja pengelola toko, yang selanjutnya dapat digunakan
untuk dasar perhitungan profit sharing. Yang lebih penting lagi adalah bahwa penerapan rapor ini akan membantu peningkatan focus kinerja
di toko koperasi. Rapor kinerja ini sangat instrumental bagi pengelolamanajer
toko untuk : -
Mendapatkan tanda-tanda awal dari kemungkinan tidak tercapainya tujuan bisnis.
- Memantau hasil-hasil dari perkembangan inisiatiflangkah-
langkah perbaikan tertentu. -
Mamfasilitasi pengambilan keputusan yang lebih baik karena adanya dara rapor kinerja yang dilaporkan secara teratur.
- Mengkomunikasikan hal-halparameter-parameter yang penting
bagi toko koperasi -
Memungkinkan reinforcement of success.
Implementasi rapor kinerja ini harus menitik beratkan pada transparansi dan keseragaman format dan parameter. Pengukuran
kinerja ini harus dilakukan secara transparan dan obyektif karena pengukuran kinerja yang “keliru” akan menjadi “misleading” pada saat
pengambilan keputusan. Disamping itu tidak adanya transparansi dan obyektivitas menurunkan reliabilitas dari rapor kinerja ini, sehingga
rapor kinerja hanya akan menjadi tambahan pekerjaan yang tidak berguna.
Keseragaman format
dan parameter
diperlukan untuk
perbandingan hal yang sama apple to apple, sehingga toko koperasi dapat belajar dari kekurangan dan kelebihan dari toko sendiri dan dari
toko koperasi lainnya. Pengelola toko akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja
seperti tercermin dalam rapor kinerja apabila : -
Rapor kinerja dipercaya sebagai alat ukur kinerja toko koperasi -
Pengelola toko memiliki kewenangan dan kemampuan untuk mencapai target.
- Target cukup realistis, artinya target yang ditetapkan ini disetujui
oleh pengelola toko dan pengurus koperasi disetiap awal tahun. -
Rapor kinerja berpengaruh sebagai dorongan dan cambuk carrot and stick bagi pengelola toko.
III. METODA