I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Memenangkan persaingan dalam bisnis retailing biasanya akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan untuk menyediakan service
offerings secara tepat kepada pelanggan. Kemampuan ini antara lain terdiri dari pengetahuan kriteria pembelian pelanggan, kemampuan untuk
menyediakan barang sesuai prioritas kebutuhan pelanggan dalam jumlah, mutu dan harga yang tepat, menyediakan informasi yang dibutuhkan
pelanggan serta menyediakan costumer service yang bersaing. Penyediaan barang sesuai prioritas kebutuhan pelanggan antara
lain akan sangat dipengaruhi oleh modal kerja yang tersedia untuk melakukan pembelian barang, untuk keperluan stock dan kemampuan
untuk mengembangkan relation ship dengan supplier yang tepat. Kemampuan penyediaan modal kerja secara memadai akan
menyebabkan kemampuan melakukan pembelian dalam jumlah yang efisien dan memadai. Sedangkan kemampuan mengembangkan
relationship dengan supplier akan menyebabkan diperolehnya supplier yang dapat memberikan syarat-syarat perdagangan terms of trade yang
paling baik. Jika hal tersebut dikombinasikan dengan kemampuan melakukan efisiensi biaya operasi dan financial, akan memberikan profit
yang memadai bagi suatu usaha eceran. Hasil
penelitian “Best
Practice Pengembangan
Koperasi Konsumen” yang dilakukan oleh Badan Litbang Koperasi, Pengusaha
Kecil dan Menengah tahun 19981999 atas toko-toko koperasi yang dimiliki oleh KSU dan koperasi konsumen lainnya menyebutkan beberapa
kekurangan yang dimiliki oleh toko koperasi dalam persaingan dengan bisnis eceran lain. Antara lain disebutkan bahwa toko koperasi kurang
dalam pemenuhan keinginan konsumen akan harga yang bersaing, dan hanya
secara rata-rata
memenuhi keinginan
konsumen akan
kelengkapan. Lebih lanjut dikatakan bahwa toko koperasi juga hanya memenuhi secara rata-rata terhadap keinginan konsumen akan
pelayanan yang baik dan kenyamanan dalam berbelanja. Dibandingkan dengan para pesaingnya, toko koperasi memberikan harga yang lebih
mahal dan menyediakan kelengkapan barang yang rendah. Dalam operasinya, toko koperasi juga menyediakan pelayanan konsumen,
system pengelolaan serta kemampuan manajemen yang lebih rendah. Dua dari beberapa factor yang menyebabkan lebih rendahnya
service offerings yang diberikan koperasi dibandingkan dengan para pesaingnya ialah praktek sourcing koperasi dan kemampuan sumberdaya
manusia. Dalam hal sourcing, koperasi tidak mendapatkan perlakukan yang sama dari para supplier. Hal tersebut antara lain tercermin dari
akses kepada distributor utama. Koperasi tidak mendapatkan akses langsung kepada distributor pertama, melainkan harus melalui channels
yang lebih rendah, antara lain grosir. Sedangkan para pesaingnya bisa mendapatkan akses langsung kepada distributor utama. Hal ini pada
gilirannya akan berpengaruh pada harga jual. Kemudian dalam sistim pembayaran, para pesaing koperasi dapat membayar dengan giro atau
dengan tempo satu minggu, bahkan dengan kredit selama satu bulan. Sedangkan koperasi harus membayar dengan tunai atau dengan tempo
yang tidak terlalu lama. Hal ini tentu berpengaruh pada kemampuan untuk menyediakan barang secara lengkap.
Dalam sumberdaya manusia, kemampuan manajerial dan non manajerial SDM koperasi dalam pengelolaan toko koperasi masih perlu
ditingkatkan agar diperoleh SDM dengan commercial thinking yang memadai dalam pengelolaan toko koperasi. Kelemahan manajerial ini
antara lain terlihat dalam hal pembukuanbookkeeping berupa tidak tersedianya data profitabilitas dan kinerja keuangan yang lain. Dalam hal
persediaan barang dagangan inventory, toko koperasi juga tidak menghitung kuantitas order minimum. Disamping itu dalam hal
manajemen produk, toko koperasi belum mempunyai strategi harga,
marketing, lost leader dan sebagainya. Kelemahan non manajerial antara lain nampak dalam pelayanan konsumen, kebersihan dan kerapihan toko.
Dalam rangka meningkatkan posisi bersaing toko koperasi, salah satu solusi yang disarankan ialah agar toko koperasi memperbaiki sistim
pembelian dengan pooling purchasing. Hal ini didasarkan pada pengamatan adanya kesamaan produk yang ditawarkan oleh toko-toko
koperasi. Penggunaan
pooling purchasing
diperkirakan akan
menghasilkan benefit bagi toko-toko koperasi. Ada tiga alternative dalam implementasi pooling purchasing,yaitu : 1 mendirikan pusat pembelian
bersama milik koperasi, 2 joint venture dengan distributor yang sudah mapan, dan 3 sepenuhnya outsourcing dengan distributor yang sudah
mapan. Mendirikan pusat pembelian bersama milik koperasi merupakan
alternative yang layak dipilih karena hal ini akan mengembangkan kerjasama diantara koperasi konsumen prinsip koperasi. Disamping itu,
dengan alternative ini, jika pooling purchasing milik koperasi tersebut berhubungan langsung dengan distributor utama akan diperoleh diskon
yang lebih besar, karena pembelian yang dilakukan dalam jumlah besar. Dalam rangka menjajagi kemungkinan implementasi pooling purchasing
dengan alternative pusat pembelian bersama milik koperasi ini, kaji tindak perlu dilakukan.
2. Tujuan dan manfaat
Tujuan :
1. Mengembangkan model-model pembelian bersama sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan gerakan koperasi.
2. Menyusun rencana implementasi model pembelian bersama diantara koperasi yang berbasis konsumen.
Manfaat dari kaji tindak ini adalah : 1. Terpilihnya model Pusat Pembelian Bersama di masing-masing
daerah kaji tindak. 2. Sebagai bahan masukan bagi para pembuat kebijakan
pengembangan koperasi konsumen.
3. Ruang lingkup
Untuk Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung ruang lingkup kegiatannya adalah :
1. Sosialisasi model-model pembelian bersama 2. Pemilihan prioritas terhadap recana implementasi model pembelian
bersama. 3. Membangun komitmen antar koperasi yang akan terlibat untuk
mengimplementasikan model pembelian bersama.
II. KERANGKA PEMIKIRAN