Kaji Tindak Pengembangan Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi

>% *+41$-."',"'% ($2")0"'")"''?"% )"#$% 1$'(")% 1+40+./1% "("2"8% ."8 "% -+'($4$)"'% 7/0"1% 7+-.+2$"'% .+40"-"% -+2"2/$% )67+4"0$% -+4/7")"'% "21+4'"1$!+% ?"',% 2"?")% ($7$2$8% )"4+'"% 8"2% $'$% ")"'% -+',+-."',)"'% #"4$',"'% )+4#"0"-"% ($"'1"4"% )67+4"0$>% "2+8% )"4+'"% $1/% (+',"'% ($2")/)"''?"% )"#$% 1$'(")% -")"% 4+'#"'"% $-72+-+'1"0$% -6(+2% 7+-.+2$"'% .+40"-"%($"'1"4"%)67+4"0$%?"',%.+4."0$0%)6'0/-+'%("7"1%1+40/0/'>%% %

% $+',"'% "("'?"% .+4.","$% %"0$2$1"0% 0)$-% )4+($1% ("2"-% 0+#164% 7+4(","',"'% ("'% )+-/("8"'% ("2"-% -+'($4$)"'% )67+4"0$&% -")"% 7+4)+-."',"'% )67+4"0$% )6'0/-+'% 1+4/1"-"% !'(% 7"("% (/"% 1"8/'% 1+4")8$4% $'$% 0"',"1% 7+0"1>% )"-/'% (+-$)$"'&% )+'"$)"'% !62/-+% /0"8"% )67+4"0$% 1+40+./1% 0+#"4"% 7460+'1"0+% 1$(")% 0+."'?");0+."'($',% (+',"'% )+'"$)"'% #/-2"8% )67+4"0$>% *46(/)1$%$1"0% )67+4"0$% )6'0/-+'% "'1"4"% 9::*+ 9:::% 1/4/'% 0"',"1% 1"#"->% *+'/4/'"'% 746(/)1$!$1"0% $'$% ($0"-7$',% )"4+'"% "("'?"% )4$0$0% +)6'6-$% #/,"% )"4+'"% "("'?"% 0/.0$($&% 0+8$',,"% ."'?")% 1+4#"($% 7+'?"2"8% ,/'""'% ("2"-% 7+',,/'""'% )4+($1% ?"',% ($.+4$)"'% 7+-+4$'1"8>%%

%

% $"2"-% -+2")/)"'% 060$"2$0"0$% ("'% 7+4+'#"'""'% 7+'($4$"'% 7/0"1% 7+-.+2$"'% .+40"-"&% 1$-% 7+'+2$1$% 3"2$1."',)67&% *!% ("'% 5% .+41$'(")% 0+.","$% %"0$2$1"164&% 0+("',)"'% ("4$% 7$8")% )67+4"0$% )6'0/-+'&% "("% 0+)$1"4% ,+9=% 64"',% 0+.","$% 7+4 ")$2"'% ("4$% )67+4"0$% /'1/)% .+41$'(")% 0+.","$% 746-61+4% ("2"-% 7+'($4$"'% 7/0"1% 7+-.+2$"'% .+40"-"% 1+40+./1>% '+.","$% %"0$2$1"164&%1$-% 7+'+2$1$% -+'(646',% 7$8")% 746-6164% /'1/)% -+'$'(")%2"'#/1$% 7+'($4$"'% 7/0"1% 7+-.+2$"'% .+40"-"&% ($0"-7$',% $1/% 1$-% 7+'+2$1$% #/,"% -+-.+4$)"'% "#/"'% )6'0+7% 762"% 7/0"1% 7+-.+2$"'% .+40"-"% .+0+41"% )6'0+7% 7+4#"'#$"'% )+4#"0"-"% (+',"'% -")0/(% /'1/)% -+-/("8)"'% 7$8")% 746-6164%("2"-%-+-./"1%7+4#"'#$"'+7+4#"'#$"'%?"',%-+4+)"%7+42/)"'>%% %

% $"4$% 8"0$2% "'"2$0"% 1$-% ("7"1% ($'?"1")"'% ."8 "% #/-2"8% 6--+1% 7+'#/"2"'% 16)6% )67+4"0$% 0"-7+2% 7+41"8/''?"% 0"',"1% 0/.01"'0$"2% ("'% )67+4"0$+)67+4"0$% 1+40+./1% -+-7/'?"$% ."'?")% )+0"-""'% 746(/)% ?"',% ($#/"2&% 0+8$',,"% 8"2% $'$% -+4/7")"'% 7+2/"',% .",$% )67+4"0$+)67+4"0$% 1+40+./1%/'1/)%.+4"2$"'0$%("'%-+'#"($%.+0"4>%%

%

% '14"1+,$% ?"',% ($2")/)"'% 1$-% 7+'+2$1$% ("2"-% -+',)"#$% 1$'(")% 7/0"1% 7+-.+2$"'%.+40"-"%$'$%"("2"8%1+4,"'1/',%("4$%!"4$"0$%!62/-+%7+'#/"2"'% 16)6% 7"("% -"0$',+-"0$',% )67+4"0$% ("2"-% 0/"1/% $2"?"8>% 3+0"4% )+#$2'?"%


(5)

!62/-+% 7+'#/"2"'% 16)6% ($"0/-0$)"'% 0+.","$% #+4-$'"'% ("4$% )6'($0$% 16)6% ("'% )+-"-7/"'% )67+4"0$% 1+40+./1% ("2"-% -+',"26)"0$)"'% -6("2% /'1/)% 16)6'?">% 3",$% )67+4"0$% ?"',% 6-0+1% 7+'#/"2"'% ."4"',% )6'0/-0$'?"% 0"',"1% .+0"4% ($."'($',)"'% (+',"'% "0+4("% )67+4"0$+)67+4"0$% 2"$'% ($0+)$1"4'?"&% -")"% 0+."$)'?"% )67+4"0$% ?"',% .+0"4% 1+40+./1% .+41$'(")% 0+.","$% 7/0"1% 7+4)/2")"'% .",$% 16)6+16)6% )67+4"0$% )+#$2% ($0+)$1"4'?">% '+.","$% #6'168% ?"$1/% (+',"'% .+48"0$2'?"% ($($4$)"'% 7/0"1% 7+4)/2")"'% !67+4"0$%*/4"%.46/7%($%!"./7"1+'%!/(/0&%/" "%&+',"8>%'+("',)"'%.$2"% ("2"-% 0"1/% $2"?"8% 0!"./7"1+'1% 1+40+./1&% 16)6+16)6% )67+4"0$'?"% -+-7/'?"$% !62/-+% 7+'#/"2"'% ?"',% 4+2"1$!+% 0"-"% 0+7+41$% 8"2'?"% ?"',% "("% 7"("% 16)6+16)6% )67+4"0$% ($% !"./7"1+'% '/-+("',&% /" "% 3"4"1&% -")"% 0+."$)'?"% ($ $2"?"8% 1+40+./1% ($.+'1/)% 7/0"1% 7+-.+2$"'% .+40"-"% -+2"2/$%)67+4"0$>%%

%

% */0"1% 7+-.+2$"'% .+40"-"% 0+2"?")'?"% -+-7/'?"$% 74$'0$7+74$'0$7% ("0"4% 0+.","$% 2"?")'?"% 0/"1/% 7+4/0"8""'% ?"',% .+4/0"8"% 0+#"4"% 746%+00$6'"2>% *4$'0$7+74$'0$7% ("0"4% 1+40+./1% ?"',% 0+2"-"% $'$% 0+4$',% )/4"',% ($7+48"1$)"'% ("2"-% -+'($4$)"'% )67+4"0$% "("2"8% 746%+0$6'"2$0-+&% .+464$+'1"0$%746%$1&%.+4("?"%0"$',&%7+4%64-"'#+%."0+(&%("'%)+ +'"',"'% 67+4"0$%0+#"4"%7+'/8%.",$%7"4"%7+',+262">%%

%

% $"2"-% -+2")/)"'% 014"1+,$% 7+'+1"7"'% 8"4,"&% -")"% $'1+,4$1"0;)+#/#/4"'%7+'+1"7"'%8"4,"%#/"2%-+4/7")"'%8"2%0"',"1%7+'1$',% ("2"-%-+-."',/'%/0"8"%(","',%?"',%($7+48$1/',)"'>%%

%

% !+8"($4"'% 7/0"1% 7+-.+2$"'% .+40"-"% -+-+42/)"'% )6-$1-+'% ?"',% )/"1% ("4$% )67+4"0$% )6'0/-+'% ("'% -+4+)"% ?"',% 1+42$."1% ("2"-% 7+',+-."',"'% )67+4"0$% )6'0/-+'>% $/"% 7+4-"0"2"8"'% 76)6)% ?"',% ($1+-/)"'% "("2"8% 7+4-6("2"'% ("'% 8/./',"'% "'1"4"% )67+4"0$% (+',"'% 746(/0+'%("'%($014$./164%/1"-">%*"4"%#"26'%"',,61"%761+'0$"2%("4$%7/0"1% 7+-.+2$"'% .+40"-"% ")"'% (+',"'% 4+2"% -+-+'/8$% )+ "#$."''?"% ("2"-% 27+4-6("2"'% .+40"-"3% .$2"% -+4+)"% -+4"0"% 7"01$% ")"'% 8"0$2% ?"',% ($7+462+8% -+2"2/$% 7/0"1% 7+-.+2$"'% .+40"-">% $"2"-% 8"2% 8/./',"'% (+',"'% ($014$./164% /1"-"&% (+',"'% 7+'#$71""'% $)2$-% ?"',% )6'(/0$%% 0+8$',,"%1+4#"($%7+40"$',"'%?"',%0+8"1&%($8"4"7)"'%7"4"%746(/0+'%("'% ($014$./164% /1"-"% ")"'% -+-.+4$% )+0+-7"1"'% 7"("% 7/0"1% 7+-.+2$"'% .+40"-"% ?"',% ($-$2$)$% )67+4"0$% /'1/)% -+'#"($% ($014$./164% 7"("% 1$',)"1% )"./7"1+'%%"1"/%746!$'0$>%%


(6)

!"

I.

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Memenangkan persaingan dalam bisnis retailing biasanya akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan untuk menyediakan service offerings secara tepat kepada pelanggan. Kemampuan ini antara lain terdiri dari pengetahuan kriteria pembelian pelanggan, kemampuan untuk menyediakan barang sesuai prioritas kebutuhan pelanggan dalam jumlah, mutu dan harga yang tepat, menyediakan informasi yang dibutuhkan pelanggan serta menyediakan costumer service yang bersaing.

Penyediaan barang sesuai prioritas kebutuhan pelanggan antara lain akan sangat dipengaruhi oleh modal kerja yang tersedia untuk melakukan pembelian barang, untuk keperluan stock dan kemampuan untuk mengembangkan relation ship dengan supplier yang tepat. Kemampuan penyediaan modal kerja secara memadai akan menyebabkan kemampuan melakukan pembelian dalam jumlah yang efisien dan memadai. Sedangkan kemampuan mengembangkan relationship dengan supplier akan menyebabkan diperolehnya supplier yang dapat memberikan syarat-syarat perdagangan (terms of trade) yang paling baik. Jika hal tersebut dikombinasikan dengan kemampuan melakukan efisiensi biaya operasi dan financial, akan memberikan profit yang memadai bagi suatu usaha eceran.

Hasil penelitian “Best Practice Pengembangan Koperasi Konsumen” yang dilakukan oleh Badan Litbang Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah tahun 1998/1999 atas toko-toko koperasi yang dimiliki oleh KSU dan koperasi konsumen lainnya menyebutkan beberapa kekurangan yang dimiliki oleh toko koperasi dalam persaingan dengan bisnis eceran lain. Antara lain disebutkan bahwa toko koperasi kurang dalam pemenuhan keinginan konsumen akan harga yang bersaing, dan hanya secara rata-rata memenuhi keinginan konsumen akan


(7)

#"

kelengkapan. Lebih lanjut dikatakan bahwa toko koperasi juga hanya memenuhi secara rata-rata terhadap keinginan konsumen akan pelayanan yang baik dan kenyamanan dalam berbelanja. Dibandingkan dengan para pesaingnya, toko koperasi memberikan harga yang lebih mahal dan menyediakan kelengkapan barang yang rendah. Dalam operasinya, toko koperasi juga menyediakan pelayanan konsumen, system pengelolaan serta kemampuan manajemen yang lebih rendah.

Dua dari beberapa factor yang menyebabkan lebih rendahnya

service offerings yang diberikan koperasi dibandingkan dengan para pesaingnya ialah praktek sourcing koperasi dan kemampuan sumberdaya manusia. Dalam hal sourcing, koperasi tidak mendapatkan perlakukan yang sama dari para supplier. Hal tersebut antara lain tercermin dari akses kepada distributor utama. Koperasi tidak mendapatkan akses langsung kepada distributor pertama, melainkan harus melalui channels yang lebih rendah, antara lain grosir. Sedangkan para pesaingnya bisa mendapatkan akses langsung kepada distributor utama. Hal ini pada gilirannya akan berpengaruh pada harga jual. Kemudian dalam sistim pembayaran, para pesaing koperasi dapat membayar dengan giro atau dengan tempo satu minggu, bahkan dengan kredit selama satu bulan. Sedangkan koperasi harus membayar dengan tunai atau dengan tempo yang tidak terlalu lama. Hal ini tentu berpengaruh pada kemampuan untuk menyediakan barang secara lengkap.

Dalam sumberdaya manusia, kemampuan manajerial dan non manajerial SDM koperasi dalam pengelolaan toko koperasi masih perlu ditingkatkan agar diperoleh SDM dengan commercial thinking yang memadai dalam pengelolaan toko koperasi. Kelemahan manajerial ini antara lain terlihat dalam hal pembukuan/bookkeeping berupa tidak tersedianya data profitabilitas dan kinerja keuangan yang lain. Dalam hal persediaan barang dagangan (inventory), toko koperasi juga tidak menghitung kuantitas order minimum. Disamping itu dalam hal manajemen produk, toko koperasi belum mempunyai strategi harga,


(8)

$"

marketing, lost leader dan sebagainya. Kelemahan non manajerial antara lain nampak dalam pelayanan konsumen, kebersihan dan kerapihan toko. Dalam rangka meningkatkan posisi bersaing toko koperasi, salah satu solusi yang disarankan ialah agar toko koperasi memperbaiki sistim pembelian dengan pooling purchasing. Hal ini didasarkan pada pengamatan adanya kesamaan produk yang ditawarkan oleh toko-toko koperasi. Penggunaan pooling purchasing diperkirakan akan menghasilkan benefit bagi toko-toko koperasi. Ada tiga alternative dalam implementasi pooling purchasing,yaitu : (1) mendirikan pusat pembelian bersama milik koperasi, (2) joint venture dengan distributor yang sudah mapan, dan (3) sepenuhnya outsourcing dengan distributor yang sudah mapan.

Mendirikan pusat pembelian bersama milik koperasi merupakan alternative yang layak dipilih karena hal ini akan mengembangkan kerjasama diantara koperasi konsumen (prinsip koperasi). Disamping itu, dengan alternative ini, jika pooling purchasing milik koperasi tersebut berhubungan langsung dengan distributor utama akan diperoleh diskon yang lebih besar, karena pembelian yang dilakukan dalam jumlah besar. Dalam rangka menjajagi kemungkinan implementasi pooling purchasing dengan alternative pusat pembelian bersama milik koperasi ini, kaji tindak perlu dilakukan.


(9)

%"

2. Tujuan dan manfaat

Tujuan :

1. Mengembangkan model-model pembelian bersama sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan gerakan koperasi.

2. Menyusun rencana implementasi model pembelian bersama diantara koperasi yang berbasis konsumen.

Manfaat dari kaji tindak ini adalah :

1. Terpilihnya model Pusat Pembelian Bersama di masing-masing daerah kaji tindak.

2. Sebagai bahan masukan bagi para pembuat kebijakan pengembangan koperasi konsumen.

3. Ruang lingkup

Untuk Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung ruang lingkup kegiatannya adalah :

1. Sosialisasi model-model pembelian bersama

2. Pemilihan prioritas terhadap recana implementasi model pembelian bersama.

3. Membangun komitmen antar koperasi yang akan terlibat untuk mengimplementasikan model pembelian bersama.


(10)

!"

II.

KERANGKA PEMIKIRAN

Hasil analisa internal terhadap koperasi konsumen oleh Banlitbangkop PK & M, 1999 menunjukkan rendahnya kemampuan pengelola Toko Koperasi baik dalam bidang manajerial maupun non manajerial. Adanya praktek-praktek dan kebijakan-kebijakan pembelian yang tidak dikoordinasikan dengan baik, kebijakan penetapan harga yang tidak jelas, ketidaknyamanan toko, serta tidak jelasnya perencanaan produk yang ditawarkan mengindikasikan rendahnya kemampuan yang dimiliki para pengelola toko. Selanjutnya dikatakan bahwa tidak terpenuhinya keinginan konsumen dan signifikansinya ketidak mampuan sumberdaya manusia pengelola toko menyebabkan kinerja Toko Koperasi tidak optimal. Hal ini terlihat pada kinerja keuangan koperasi konsumen pada umumnya.

Meningkatkan keahlian SDM Toko Koperasi merupakan hal yang sangat krusial untuk dilakukan apabila koperasi konsumen merencanakan untuk berpartisipasi secara aktif di bidang bisnis ritel. Koperasi konsumen harus dapat menempatkan diri dan menetapkan profil pelanggan yang ingin dilayani dan dimana koperasi konsumen harus berada pada dunia ritel.

Untuk mengoptimalkan peran dan fungsi koperasi konsumen dalam menjamin tersedianya barang konsumsi yang sesuai dengan preferensi konsumen dengan harga yang layak tetapi tetap profitabel maka strategi usaha pembelian barang dan pendistribusiannya oleh koperasi konsumen perlu dibenahi. Disini koperasi harus memahami betul pelayanan yang dibutuhkan konsumen, kriteria konsumen dalam hal pembelian, segmentasi konsumen/pasar, serta aspirasi-aspirasi anggota koperasi yang ada dasarnya adalah pemilik koperasi tersebut. Disamping itu sebaiknya koperasi mengembangkan pula strategi pengadaan barang yang berhubungan dengan biaya dan keuntungan. Cara-cara


(11)

#"

bernegosiasi pengelola koperasi dengan para supplier dan juga hubungan kerjasamanya perlu ditingkatkan dan dijaga kelangsungannya.

Rencana Strategis Pengembangan Toko Koperasi

1. Penentuan Posisi Yang Paling Tepat Bagi Koperasi Konsumen. Didalam bisnis ritel, selain koperasi terdapat lima jenis pemain lainnya, yaitu pasar tradisional, toko kelontong, convenience store, pasar swalayan dan hard discounter.

Keputusan tentang posisi yang paling tepat bagi koperasi konsumen ini akan menentukan langkah berikutnya, seperti halnya pemilihan produk, penataan toko dan fasilitasnya, penentuan harga, dan sebagainya.

Apabila koperasi beroperasi di daerah seperti halnya hard discounter (kelengkapan barang tinggi, dan harga rendah), maka implikasinya adalah sebagai berikut :

- Koperasi harus dapat memonitor harga terendah di pasaran dan

barang-barang yang terdapat di pasaran

- Koperasi harus memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam

mengatasi persaingan harga

- Untuk menyediakan barang yang lengkap, koperasi harus

memiliki modal kerja yang besar.

Apabila koperasi beroperasi di daerah seperti halnya pasar swalayan (kelengkapan barang tinggi, dan harga tinggi), maka implikasinya koperasi harus :

- Lebih terfokus dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan - Membutuhkan investasi yang sangat tinggi, yaitu investasi untuk

gedung dan air conditioner.

Apabila koperasi beroperasi di daerah seperti halnya toko kelontong, yaitu dengan kelengkapan barang rendah dan harga rendah maka implikasinya adalah :


(12)

$"

- Koperasi harus mengenal pelanggannya secara mendalam

seperti halnya mengenai kebutuhan pokok dan keinginan pelanggan.

- Koperasi harus memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam

mengatasi persaingan harga.

Apabila koperasi akan beroperasi di daerah seperti halnya convenience store, yaitu dengan kelengkapan barang rendah dan harga tinggi, maka implikasinya adalah sebagai berikut :

- Koperasi harus mengenai pelanggannya secara mendalam, yaitu

mengenali kebutuhan pokok dan keinginan pelanggan

- Membutuhkan investasi yang sangat tinggi seperti halnya

investasi gedung dan air conditioner.

Hasil penelitian Balitbangkop & PKM, 1998/1999 menyebutkan bahwa posisi yang sesuai bagi toko koperasi apabila koperasi beroperpasi didaerah seperti halnya toko kelontong, mengingat investasi yang diperlukan relative tidak besar, dan skill pegawai yang diperlukan di toko minimum. Namun visi pengembangan toko koperasi diarahkan ke daerah operasi hard discounter.

2. Pembelian Bersama

Satu solusi dalam mengatasi kerugian ataupun rendahnya margin laba toko koperasi adalah dengan cara memperbaiki system pembelian koperasi dengan memperhatikan product offering toko. Apabila koperasi melakukan pembelian bersama, maka total saving untuk koperasi dapat ditingkatkan karena pembelian dilakukan dalam jumlah besar. Disamping itu saving ini dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan standarisasi produk dan efisiensi dari operasi toko.

Untuk keperluan pembelian bersama, hasil analisa Balitbangkop Pk & M, 1998/1999 menunjukkan adanya banyak kesamaan produk


(13)

%"

yang ditawarkan diantara koperasi. Toko-toko koperasi cenderung menjual jenis-jenis produk yang relative sama. Banyaknya kesamaan produk yang ditawarkan diantara koperasi dan jumlah penjualan per produksi per koperasi mengindikasikan adanya potensi benefit dari pembelian bersama. Oleh karena itu disini akan dibahas lebih lanjut mengenai alternative implementasinya.

Pada dasarnya ada tiga alternative didalam menentukan implementasi pembelian bersama yaitu mendirikan pusat pembelian bersama, melakukan joint venture atau sepenuhnya out sourcing. Masing-masing alternative tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Apabila koperasi memilih alternative 1 yaitu mendirikan pusat pembelian bersama milik koperasi maka konsekuensinya adalah realisasi lebih lama karena perlu adanya perencanaan yang matang. Sedangkan dengan alternative II (joint venture) maka keuntungannya adalah upaya yang diperlukan tidak berat karena dilakukan secara bersama-sama dengan mitranya. Untuk pemilihan alternative III, yaitu sepenuhnya out sourcing dengan distributor yang sudah mapan, maka keuntungannya adalah proses lebih sederhana karena hanya menyediakan tempat dan tenaga kerja relative sedikit, disamping itu realisasinya lebih cepat tergantung dari kesediaan partner.

Ketiga model pembelian bersama tersebut pada tahun 1998 telah disosialisasikan pada 50 koperasi konsumen di DKI Jakarta. Para pengelola toko koperasi di DKI Jakarta telah sepakat untuk mendirikan pusat pembelian bersama alternative I dengan modifikasi, yaitu menunjuk koperasi yang dianggap mampu untuk bertindak sebagai lead angencynya. Namun demikian, sosialisasinya model-model tersebut belum dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung, sehingga koperasi-koperasi di provinsi tersebut perlu mengetahui secara jelas kelebihan dan kekurangan model-model dimaksud.


(14)

&"

a. Pembelian Bersama Alternatif I.

Jika koperasi ingin mendirikan pusat pembelian sendiri (PP alternative I), maka ada beberapa prasyarat kesuksesan yang harus diperhatikan. Dalam hal pengoperasian koperasi, maka hal-hal yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :

• Koperasi pembelian, seperti halnya koperasi lainnya adalah

usaha yang dimiliki dan dikuasai oleh anggotanya. Dengan demikian anggota bertugas :

- Menanam modal kerja

- Memilih pengurus yang berfungsi sebagai CEO

• Manajemen koperasi sehari-hari dijalankan oleh pengelola

(yang dipilih oleh pengurus) yang bertugas untuk memilih staf operasional.

• Koperasi bertujuan untuk memberikan keuntungan

maximum pada anggota, dan koperasi harus menjadi usaha yang profitabel; dalam arti bahwa penerimaan lebih besar dari pengeluaran.

Organisasi pusat pembelian bersama milik koperasi perlu dikelola oleh tenaga professional. Organisasi tersebut mempunyai tiga fungsi utama yaitu : 1). Fungsi pengadaan 2). Fungsi distribusi dan 3). Fungsi keuangan. Fungsi distribusi dan pengadaan bertugas juga untuk melakukan pendidikan dan pelatihan SDM, sedangkan fungsi keuangan dapat merangkap sebagai general manajer.


(15)

'(

b. Pembelian Bersama Alternatif II

Pilihan pembelian bersama alternative II yaitu joint venture dengan distributor yang sudah mapan memiliki kelebihan yaitu adanya wacana transfer pengetahuan untuk menutup kesenjangan kemampuan pegawai. Pembelian bersama dengan cara joint venture ini akan bermanfaat apabila :

a). Transfer pengetahuan oleh partner sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh pengelola toko koperasi b). Monitoring terhadap pelaksanaan perjanjian kerjasama

berjalan dengan baik.

Namun demikian, dalam melakukan kerjasama ini kita harus hati-hati dalam menentukan bentuk kerjasama sehingga kedua belah pihak dapat membentuk aliansi strategis yang menguntungkan.

c. Pembelian Bersama Alternatif III

Pilihan pembelian bersama dengan alternative III yaitu sepenuhnya outsourcing dengan distributor yang sudah mapan ada keuntungan dan kerugiannya. Keuntungan alternative III ini adalah :

• Komitmen tidak terlalu besar yang mungkin lebih sesuai

dengan kondisi koperasi pada saat ini, yaitu :

- Investasi minimal

- Keikutsertaan SDM lebih sedikit, hanya memerlukan tim

kecil untuk melakukan koordinasi pembelian dan negosiasi.

• Dapat direalisasikan dengan segera, bergantung pada

kesediaan partner sehingga benefit dapat direalisasikan lebih cepat.


(16)

''

• Lebih sederhana (tidak perlu perjanjian yang rumit dan

fungsi pengawasan seperti halnya pada joint venture). Namun demikian, kerugian dari system ini adalah tidak adanya peningkatan kemampuan purchasing dan negosiasi.

3. Pengukuran Kinerja Toko Koperasi

Untuk memastikan adanya hasil yang konkrit dari upaya peningkatan kinerja toko koperasi, maka diperlukan adanya penerapan performance score card (rapor kinerja) untuk toko koperasi. Hal ini karena rapor kinerja merupakan alat yang efektif untuk memantau kinerja toko.

Rapor kinerja ini terdiri dari beberapa parameter yang mengindikasikan/ menunjukkan kinerja dari unit tertentu atau kinerja keseluruhan dari toko koperasi. Dengan adanya rapor kinerja tersebut maka pengelola toko dapat dengan cepat mengamati hal-hal yang perlu mendapat perhatian untuk mencapai goal. Dipihak lain, pengurus koperasi dapat menggunakan rapor ini sebagai dasar untuk penilaian kinerja pengelola toko, yang selanjutnya dapat digunakan untuk dasar perhitungan profit sharing. Yang lebih penting lagi adalah bahwa penerapan rapor ini akan membantu peningkatan focus kinerja di toko koperasi.

Rapor kinerja ini sangat instrumental bagi pengelola/manajer toko untuk :

- Mendapatkan tanda-tanda awal dari kemungkinan tidak

tercapainya tujuan bisnis.

- Memantau hasil-hasil dari perkembangan

inisiatif/langkah-langkah perbaikan tertentu.

- Mamfasilitasi pengambilan keputusan yang lebih baik karena


(17)

')

- Mengkomunikasikan hal-hal/parameter-parameter yang penting

bagi toko koperasi

- Memungkinkan reinforcement of success.

Implementasi rapor kinerja ini harus menitik beratkan pada transparansi dan keseragaman format dan parameter. Pengukuran kinerja ini harus dilakukan secara transparan dan obyektif karena pengukuran kinerja yang “keliru” akan menjadi “misleading” pada saat pengambilan keputusan. Disamping itu tidak adanya transparansi dan obyektivitas menurunkan reliabilitas dari rapor kinerja ini, sehingga rapor kinerja hanya akan menjadi tambahan pekerjaan yang tidak berguna.

Keseragaman format dan parameter diperlukan untuk perbandingan hal yang sama (apple to apple), sehingga toko koperasi dapat belajar dari kekurangan dan kelebihan dari toko sendiri dan dari toko koperasi lainnya.

Pengelola toko akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja seperti tercermin dalam rapor kinerja apabila :

- Rapor kinerja dipercaya sebagai alat ukur kinerja toko koperasi - Pengelola toko memiliki kewenangan dan kemampuan untuk

mencapai target.

- Target cukup realistis, artinya target yang ditetapkan ini disetujui

oleh pengelola toko dan pengurus koperasi disetiap awal tahun.

- Rapor kinerja berpengaruh sebagai dorongan dan cambuk


(18)

!"

III.

METODA

KAJI

TINDAK

PENGEMBANGAN

PUSAT

PEMBELIAN BERSAMA

1. Lokasi Pengkajian

Lokasi pengkajian pada Kaji Tindak Pengembangan Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi ada 4 (empat) provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Lampung.

Penentuan lokasi pengkajian ini berdasarkan pertimbangan bahwa di provinsi-provinsi tersebut telah dibentuk Forum Komunikasi antar koperasi sehingga koperasi-koperasi tersebut diharapkan dapat bekerjasama melakukan usaha seperti halnya pembelian barang-barang untuk kebutuhan anggota.

2. Pemilihan Koperasi Untuk Pemahaman dan Sosialisasi Model Koperasi yang dipilih adalah KSU, KPRI, dan KUD yang kinerja tokonya sehat. Oleh karena itu pada penelitian ini koperasi sampel ditentukan secara sengaja (purposive), yaitu koperasi yang cukup maju usaha tokonya dan bersedia melakukan pembelian bersama diantara koperasi yang berbasis konsumen.

3. Pengambilan Data

Di dalam menunjang penelitian ini pengambilan data untuk Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung dilakukan dengan mempergunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan-laporan hasil RAT dan data dari kanwil setempat.

Sosialisasi modern pembelian bersama dilakukan dengan menggunakan cara lokakarya. Disamping itu lokakarya tersebut juga dimaksudkan untuk membangun komitmen antar koperasi yang akan terlibat dalam mengimplementasikan model pembelian bersama.


(19)

!#

4. Analisis Data

Sesuai dengan data-data yang telah diperoleh di lapangan, analisa yang dipergunakan adalah analisa deskriptip (kualitatif dan kuantitatif), dimaksud untuk mendapatkan umpan balik (feed back)

5. Rencana Kegiatan

Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh tim dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu :

1. Pemahaman TOR 2. Pembuatan Riset Disain 3. Kegiatan Kajian


(20)

!$

3a. Sedangkan kegiatan yang akan dilakukan tim di 4 propinsi yaitu propinsi

Jawa Timur, Propinsi Jawa Tengah, Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Lampung

LANGKAH AKTIVITAS OUTPUT

!" #$%&$'()*+(+*,-('(, ./0&)(+*,1($2,3&)3(+*+, ./$+45&$,-*,6/.(+*, 0&$&6*'*($, , • ,7()*,-()*,-('(,+&.4$-&), • ,8*6*9,-('(,./0&)(+*, • ,:434$2($,;($<*6=,,./$>&)+*, -('(,,

• ?(>'(), ./0&)(+*,

1($2, (.($, -*6*3('.($, -(6(5, .&2*('($,.( *,'*$-(., 04+(', 0&53&6*($, 3&)+(5(, 5&6(64*, ./0&)(+*,, , !" 8&5(9(5($,-($, +/+*(6*+(+*,",5/-&6,1($2, -*)&./5&$-(+*.($, • 8&)'&54($,-&$2($,0&+&)'(, 0)/+0&.'*>,./0&)(+*, 0&53&6*($,3&)+(5(,, • ;&+&0(.('($, 3&3&)(0(, ./0&)(+*, -(6(5, 5&5*6*9, 5/-&6, 1($2, -*)&./5&$-(+*.($,, , "" 8&534('($,./$+&0, .&) (+(5(,#$%&', ($'()(,04+(', 0&53&6*($,3&)+(5(, -&$2($,./0&)(+*,, • $&$1*(0.($,./$+&0, .&) (+(5(,#$%&',($'()(, 84+(',8&53&6*($,3&)+(5(, -&$2($,;/0&)(+*,5&6*04'*,(,

- :(.,),.&<( *3($,./0&)(+*, - :(.,),.&<( *3($,04+(',

0&53&6*($,3&)+(5(, - $&.($*+5&,0&5*6*9($, 0&$2&6/6(,04+(', 0&53&6*($,3&)+(5(,(,#5*+, (,5&5*6*9,7*%=,-($, 5&5*6*9,+'(>', - $&.($*+5&,0&$*6(*($, .*$&) (, - $&.($*+5&,0&53(2*($, ;&4$'4$2($,,

• ;/$+&0,.&) (+(5(,

#$%&',, +" $&5>(+*6*'(+*,0&5*6*9($, 8&$2&6/6(,84+(', 8&53&6*($,,&)+(5(, #7*%,-($,+'(>, 0&$2&6/6(', • $&)&$-($(.($,-($, 5&$2(-(.($,0&)'&54($, -&$2($,<(.*6,./0&)(+*, 4$'4.,$&5*6*9,7*%,, • $&)&$-($(.($,-($, 5&$2(-(.($,0&)'&54($, -&$2($,<(.*6,./0&)(+*, 4$'4.,5&5*6*9,+'(>, 0&$2&6/6(,04+(',0&53&6*($,, , • .&)0*6*9$1(,7*%, 84+(',8&53&6*($, ,&)+(5(, • .&)0*6*9$1(,+'(>, 84+(',8&53&6*($, ,&)+(5(,


(21)

!%

/" $&5>(+*6*'(+*,

8&534('($,,4+*$&++, 86($,,

• ,&)+(5(,-&$2($,0&$2&6/6(,

04+(',8&53&6*($=,5&$14+4$,, ,4+*$&++,06($,1($2,5&6*04'*(,

- 0(53()($,')&$-,

8&)&./$/5*($,#$-/$&+*(, +&-()(,5(.)/,

- 0(53()($,)*'&6,3*+$*+, - 1/)546(+*,+')('&2*,3*+$*+, - 2&$-($(,.&) (, ($2.(,

0&$-&.,#0&)*/-*-',04+(', 0&53&6*($,3&)+(5(, ,

• ,4+*$&++,86($,

3" $&53($'4,5&534(', 0)/0/+(6,5/-(6,(<(6, 04+(',0&53&6*($,

• $&534(',/4'6*$&,0)/0/+(6,

5/-(6,(<(6,04+(', 0&53&6*($,, ,

• %4'6*$&,0)/0/+(6,

$/-(6,(<(6, ,

3b. Kegiatan akhir yang akan dilakukan tim untuk seluruh kegiatan yaitu :

LANGKAH AKTIVITAS OUTPUT

!" 4&5*$(),6(0/)($,+&5&$'()(,, 4&5*$(),, 8&)3(*.($,34.456(0, +&5&$'()(,

,

!" 6(0/)($,(.9*), 8&$46*+($,0&)3(*.($, 6(0/)($,(.9*),, ,


(22)

!"

IV. PERKEMBANGAN KOPERASI KONSUMEN

Perkembangan koperasi konsumen dalam tulisan ini dibahas untuk periode tiga tahun terakhir, yaitu dari tahun 1997 sampai dengan tahun 1999. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa data mulai tahun 1997 tersebut sudah diverifikasi ulang oleh Pusat Data dan Informasi, Departemen Koperasi, PK dan M. Disini Keragaan koperasi konsumen yang dibahas dibatasi pada koperasi Serba Usaha, Koperasi Pegawai RI, dan Koperasi Karyawan. Kemudian keragaan ketiga koperasi tersebut dibandingkan dengan KUD di provinsi sampel dan total seluruh Indonesia.

Sejak diterbitkannya Instruksi Presiden No. 18 Tahun 1998 tentang Pembinaan Perkoperasian pada bulan Juli Tahun 1998, yang pada dasarnya tidak ada pembatasan pendirian koperasi di suatu wilayah, maka perkembangan jumlah koperasi naik dengan pesatnya. Kenaikan jumlah koperasi ini terutama terjadi pada Koperasi Serba Usaha. Pada Tabel 1 terlihat bahwa kenaikan jumlah KSU di Indonesia dari tahun 1997 sampai dengan Juni 1999 sebesar 238,97 %, apabila dibandingkan dengan keempat provinsi sampel, maka provinsi Jawa Timur kenaikan jumlah KSUnya sangat tinggi yaitu sebesar 2943,48 % (dari 46 unit KSU pada tahun 1997). Kenaikan tertinggi kedua yaitu KSU pada provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 1694,92 %, Sedangkan Jawa Tengah kenaikannya sebesar 1347,87 % dan untuk provinsi Lampung kenaikan jumlah KSUnya sebesar 305,56 %. Sedangkan kenaikan KPRI, Koperasi Karyawan, dan KUD di Indonesia pada dua tahun terakhir ini tidak begitu pesat yaitu berturut-turut adalah 7,21 %; 27,99 % dan 1,05 %.

Kenaikan jumlah KSU yang begitu pesat dikarenakan memang sebelumnya (sampai dengan tahun 1997) jumlah yang ada terlalu sedikit, dan banyak KSU yang tidak aktif. Namun demikian, dengan adanya berbagai fasilitas/kemudahan, dan juga banyaknya skim kredit dalam sector perdagangan (antara lain KKOP dan KMK-UKM), maka hal inilah antara lain sebab-sebab bermunculannya KSU baru. Lain halnya dengan KPRI, Kopkar dan KUD; selama ini hampir semua instansi pemerintah, dan swasta sudah mempunyai koperasi


(23)

!#

(KPRI ataupun Kopkar), disamping itu pada tiap-tiap kecamatan juga sudah ada KUD. Jadi jumlah koperasi-koperasi tersebut sudah dapat dikatakan jenuh sehingga walaupun ada Inpres No. 18 tahun 1998, perubahan peningkatannya tidak terlalu mencolok.

Dibandingkan dengan kenaikan jumlah koperasi konsumen, ternyata kenaikan jumlah volume usaha koperasi konsumen pada dua tahun terakhir ini tidak berjalan parallel/tidak sebanding dengan kenaikan jumlah koperasi. Pada Tabel 1 dan 2 dapat dibandingkan, bahwa untuk KSU di Jawa Timur yang dalam waktu antara 1997-30 September 1999 naik sebesar 2943 %, namun kenaikan volume usahanya hanyalah 161,63 %. Hal ini dikarenakan antara tahun 1997 dan 1998 terjadi penurunan jumlah volume usaha sebesar 38,62 %, yang kemungkinan besar disebabkan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia. Sedangkan untuk KSU di provinsi Jawa Barat, kenaikan volume usahanya dari 1997 sampai 1999 hanyalah sebesar 261,91 %. Tahun 1998-1999, pada saat jumlah KSU naik sebesar 124,84 % maka kenaikan volume usahanya hanya sebesar 64,66 %. Adapun perkembangan kenaikan antara jumlah koperasi dengan volume usaha yang seimbang terjadi pada KSU di provinsi Lampung. Pada tahun 1998-1999, saat KSU di Lampung jumlahnya naik sebesar 192 %, maka volume usahanya naik lebih besar yaitu 203,62 %, sedangkan antara tahun 1997-1999 kenaikan volume usahanya sebesar 258,51 %, yaitu sedikit lebih rendah dari pada kenaikan jumlah koperasinya (305,56 %). Lebih jauh Tabel 2 menunjukkan bahwa antara tahun 1997 sampai dengan Juli 1999, secara umum di Indonesia terjadi penurunan jumlah volume usaha pada koperasi konsumen, yaitu baik pada KSU, KPRI, Kopkar, maupun KUD yang masing-masing jumlah penurunannya berturut-turut adalah 35,47 %; 55,93 %; 22,22 %; dan 37,05 %.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas koperasi konsumen antara tahun 1997-1999, apabila dihitung berdasarkan rasio antara volume usaha dengan jumlah koperasi, turun sangat tajam. Penurunan ini disamping karena adanya krisis ekonomi juga karena adanya subsidi dari


(24)

!$

pemerintah yang tidak dibarengi dengan pengawasan yang memadahi, sehingga banyak terjadi penyalahgunaan.

KSU di provinsi Jawa Barat, kenaikan modal usahanya dari 1997 sampai 1999 hanyalah sebesar 224,23 %. Tahun 1998-1999, pada saat jumlah KSU naik sebesar 124,84 % tetapi modal usahanya hanya turun menjadi 195,98 %, kondisi ini dapat disebabkan dengan semakin mudahnya mendirikan koperasi sehingga banyak KSU yang didirikan kemungkinan bukan berdasarkan kebutuhan anggotanya. Perkembangan kenaikan antara jumlah koperasi dengan modal usaha yang seimbang terjadi pada KSU di provinsi Lampung. Pada tahun 1998-1999, saat KSU di Lampung jumlahnya naik sebesar 192 %, maka volume usahanya naik lebih besar yaitu 223,21 %, sedangkan antara tahun 1997-1999 kenaikan volume usahanya sebesar 680,15 %, yaitu lebih dari dua kali kenaikan jumlah koperasinya (305,56 %).

Sedangkan di Jawa Timur yang dalam waktu antara 1997-30 September 1999 jumlah KSU naik sebesar 2943 %, namun kenaikan modal usahanya 291,05 %. Hal ini dikarenakan tahun 1997 terjadi penurunan modal usaha sampai minus (-21,77) yang kemungkinan besar disebabkan karena susahnya mendapatkan modal dan tersendatnya usaha KSU akibat dari krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia.

Di Jawa Tengah dalam waktu antara 1997-30 September 1999 jumlah KSU naik sebesar 2943 %, namun kenaikan modal usahanya 131,16 %. Hal ini dikarenakan tahun 1997 terjadi penurunan modal usaha sampai minus (-15,65).


(25)

%&

Tabel 1. Jumlah dan Perkembangan Koperasi di Lampung, Jabar, Jateng, Jatim,

dan Indonesia, Tahun 1997-1999*)

1997 1998 1999*) (97-98) (98-99) (97-99) 1 Lampung

- Kop Serba Usaha 18 25 73 38.89 192.00 305.56

- KPRI 180 184 223 2.22 21.20 23.89

- Kop Karyawan 128 134 173 4.69 29.10 35.16

- KUD 208 212 236 1.92 11.32 13.46

2 Jawa Barat

- Kop Serba Usaha 59 471 1,059 698.31 124.84 1,694.92

- KPRI 1,649 1,720 1,766 4.31 2.67 7.10

- Kop Karyawan 1,597 2,354 2,490 47.40 5.78 55.92

- KUD 669 676 685 1.05 1.33 2.39

3 Jawa Tengah

- Kop Serba Usaha 94 479 1,361 409.57 184.13 1,347.87

- KPRI 2,354 2,398 2,427 1.87 1.21 3.10

- Kop Karyawan 954 1,257 1,349 31.76 7.32 41.40

- KUD 588 588 587 0.00 -0.17 -0.17

4 Jawa Timur

- Kop Serba Usaha 46 345 1,400 650.00 305.80 2,943.48

- KPRI 1,944 2,025 2,034 4.17 0.44 4.63

- Kop Karyawan 1,027 1,152 1,329 12.17 15.36 29.41

- KUD 717 725 733 1.12 1.10 2.23

5 Indonesia **)

- Kop Serba Usaha 1,745 3,067 5,915 75.76 92.86 238.97

- KPRI 14,046 14,709 15,059 4.72 2.38 7.21

- Kop Karyawan 7,157 8,792 9,160 22.84 4.19 27.99

- KUD 7,143 7,342 7,218 2.79 -1.69 1.05

No Propinsi/ Jenis Kop Jumlah Koperasi Perkembangan Koperasi (%)

* ) Data 30 September 1999, Sumber data : Pusat data dan informasi Depkop & PK **) Data Indonesia 1999 s/d Juni 1999


(26)

%!

Tabel 2. Jumlah dan Perkembangan Volume Usaha di Lampung, Jabar,

Jateng, Jatim, dan Indonesia, Tahun 1997-1999*)

1997 1998 1999*) (97-98) (98-99) (97-99) 1 Lampung

- Kop Serba Usaha 1,521 1,796 5,453 18.08 203.62 258.51

- KPRI 47,942 44,121 29,690 -7.97 -32.71 -38.07

- Kop Karyawan 142,703 36,736 111,690 -74.26 204.03 -21.73

- KUD 299,110 219,791 72,236 -26.52 -67.13 -75.85

2 Jawa Barat

- Kop Serba Usaha 11,315 24,869 40,950 119.79 64.66 261.91

- KPRI 312,955 465,616 189,961 48.78 -59.20 -39.30

- Kop Karyawan 354,437 335,393 310,895 -5.37 -7.30 -12.28

- KUD 710,612 714,665 2,706,975 0.57 278.78 280.94

3 Jawa Tengah

- Kop Serba Usaha 32,453 4,655 34,742 -85.66 646.34 7.05

- KPRI 470,070 429,322 358,064 -8.67 -16.60 -23.83

- Kop Karyawan 258,105 234,585 173,763 -9.11 -25.93 -32.68

- KUD 892,637 941,358 1,405,669 5.46 49.32 57.47

4 Jawa Timur

- Kop Serba Usaha 16,338 10,028 42,745 -38.62 326.26 161.63

- KPRI 715,470 393,608 268,354 -44.99 -31.82 -62.49

- Kop Karyawan 451,666 445,414 273,212 -1.38 -38.66 -39.51

- KUD 1,273,793 1,162,236 1,217,178 -8.76 4.73 -4.44

5 Indonesia **)

- Kop Serba Usaha 499,059 252,895 322,040 -49.33 27.34 -35.47

- KPRI 3,265,029 2,414,939 1,438,794 -26.04 -40.42 -55.93

- Kop Karyawan 2,280,837 2,226,706 1,773,985 -2.37 -20.33 -22.22

- KUD 5,483,591 4,810,114 3,451,731 -12.28 -28.24 -37.05

No Propinsi/ Jenis Kop Vol. Usaha (juta) Perkembangan Vol Usaha (%)

* ) Data 30 September 1999, Sumber data : Pusat data dan informasi Depkop & PK **) Data Indonesia 1999 s/d Juni 1999


(27)

%%

Tabel 3. Jumlah dan Perkembangan Modal dan SHU di Lampung, Jabar,

Jateng, Jatim, dan Indonesia, Tahun 1997-1999*)

1997 1998 1999*) (97-98) (98-99) (97-99) 1997 1998 1999* (97-98) (98-99) (97-99) 1 Lampung

- Kop Serba Usaha 806 2,014 6,288 149.88 212.21 680.15 34 233 509 585.29 118.45 1,397.06 - KPRI 17,325 27,245 39,795 57.26 46.06 129.70 3,749 3,475 2,039 -7.31 -41.32 -45.61 - Kop Karyawan 272,957 26,859 65,287 -90.16 143.07 -76.08 2,712 3,599 10,467 32.71 190.83 285.95 - KUD 138,022 152,420 239,705 10.43 57.27 73.67 1,190 1,010 11,616 -15.13 1,050.10 876.13

2 Jawa Barat

- Kop Serba Usaha 13,524 14,815 43,849 9.55 195.98 224.23 744 862 564 15.86 -34.57 -24.19 - KPRI 259,638 302,456 330,389 16.49 9.24 27.25 7,484 18,833 18,507 151.64 -1.73 147.29 - Kop Karyawan 157,928 258,842 274,805 63.90 6.17 74.01 11,392 25,537 15,319 124.17 -40.01 34.47 - KUD 244,917 266,271 234,867 8.72 -11.79 -4.10 5,070 3,284 4,464 -35.23 35.93 -11.95

3 Jawa Tengah

- Kop Serba Usaha 13,320 11,236 30,791 -15.65 174.04 131.16 477 548 1,262 14.88 130.29 164.57 - KPRI 434,133 430,334 480,786 -0.88 11.72 10.75 25,161 24,655 14,542 -2.01 -41.02 -42.20 - Kop Karyawan 147,281 622,623 156,467 322.74 -74.87 6.24 11,007 9,248 8,385 -15.98 -9.33 -23.82 - KUD 372,032 400,724 111,359 7.71 -72.21 -70.07 3,603 3,832 4,198 6.36 9.55 16.51

4 Jawa Timur

- Kop Serba Usaha 10,654 8,334 41,661 -21.78 399.89 291.04 407 534 631 31.20 18.16 55.04 - KPRI 435,335 695,201 438,564 59.69 -36.92 0.74 56,319 39,602 10,631 -29.68 -73.16 -81.12 - Kop Karyawan 406,509 157,983 299,014 -61.14 89.27 -26.44 11,956 14,101 11,081 17.94 -21.42 -7.32 - KUD 285,538 483,745 731,459 69.42 51.21 156.17 5,194 20,319 5,476 291.20 -73.05 5.43

5 Indonesia **)

- Kop Serba Usaha 146,277 213,174 296,069 45.73 38.89 102.40 10,332 8,368 6,162 -19.01 -26.36 -40.36 - KPRI 1,992,731 2,319,054 2,210,692 16.38 -4.67 10.94 202,770 171,810 109,075 -15.27 -36.51 -46.21 - Kop Karyawan 1,860,627 1,588,446 2,083,306 -14.63 31.15 11.97 121,466 135,912 149,405 11.89 9.93 23.00 - KUD 3,128,422 2,976,712 3,850,914 -4.85 29.37 23.09 48,916 56,553 47,665 15.61 -15.72 -2.56 Perkembangan SHU (%) No Propinsi/ Jenis Kop Modal (juta) Perkembangan Modal (%) SHU juta

* ) Data 30 September 1999, Sumber data : Pusat data dan informasi Depkop & PK **) Data Indonesia 1999 s/d Juni 1999


(28)

!"

V.

HASIL SOSIALISASI PUSAT PEMBELIAN BERSAMA

MELALUI KOPERASI

1. Provinsi Jawa Tengah

Dalam melakukan sosialisasi terhadap konsep tentang pusat pembelian bersama melalui koperasi, maka pendekatan yang dilakukan tim adalah dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu menyampaikan gagasan-gagasan tentang perlunya pembentukan pusat pembelian bersama secara langsung ke koperasi-koperasi yang dinilai memenuhi syarat dan mampu untuk melakukan pembelian bersama, sedangkan tahap yang kedua yaitu melakukan presentasi tentang perlunya didirikannya pusat pembelian bersama. Sosialisasi terhadap konsep tentang pusat pembelian bersama melalui koperasi ini dilaksanakan di Jawa Tengah pada bulan Agustus 1999.

Pada tahap pertama tim melakukan observasi terhadap tiap-tiap toko koperasi sampel dan kemudian melakukan evaluasi terhadap performan toko koperasi sampel tersebut. Hasil observasi dan evaluasi tim kemudian didiskusikan dengan pengurus ataupun manajernya. Hal selanjutnya yang dilakukan tim adalah memberikan blanko isian feed back/ masukan untuk diisi dan mengundang para pengurus/ pengelola koperasi untuk berdiskusi secara aktif pada acara presentasi mengenai pembelian bersama dengan tim peneliti.

Dalam memaparkan konsep-konsep mengenai pembelian bersama, maka materi yang dipresentasikan meliputi hal-hal sebagai berikut. Pertama dalam memaparkan latar belakang tim membahas mengenai tujuan pertemuan dengan gerakan koperasi yaitu untuk berbagai informasi mengenai temuan tim Balitbangkop dan PKM dalam hal pembelian bersama, tujuan kedua yaitu untuk menampung masukan-masukan dari pengurus gerakan koperasi terutama mengenai pembelian bersama, sedangkan tujuan ketiga yaitu untuk menyamakan persepsi mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk menindak lanjuti usulan dari tim Balitbangkop dan PKM. Dalam latar belakang juga dipaparkan tentang situasi koperasi konsumsi di provinsi sampel serta


(29)

!#

alasan-alasan kurang berkembangnya koperasi konsumen. Kemudian bahasan selanjutnya yaitu pemaparan hal-hal sebagai berikut :

- Hasil evaluasi mengenai strategi pengadaan barang yang dilakukan oleh toko koperasi pada saat ini;

- Hasil identifikasi best practice yang dilakukan oleh koperasi maupun pemain lainnya;

- Pengembangan alternatif-alternatif perbaikan strategi pengadaan barang; - Memaparkan penentuan strategi secara komprehensif, dan

- Memaparkan hasil pengembangan rencana implementasi termasuk rencana teknisinya.

Acara sosialisasinya/diskusi mengenai pengembangan pusat pembelian bersama di Kabupaten Kudus ini dihadiri oleh tujuh belas pengurus/manajer koperasi, ditambah dengan para pejabat dari Kantor Wilayah Departemen Koperasi, PK dan M Provinsi Jawa Tengah dan Kantor Departemen Koperasi, PK dan M Kabupaten Kudus. Koperasi yang berpatisipasi tersebut terdiri dari empat KPRI, satu Koppas, delapan KUD, tiga Kopkar, dan satu Primkopti. Pada diskusi ini dibahas juga mengenai kekhawatiran pengurus bila pusat pembelian bersama ini dapat merusak pasar apabila harga yang ditawarkan berbeda (jauh lebih murah) dengan harga jual anggota. Namun kekhawatiran bahwa pusat pembelian bersama tersebut akan merusak pasar tidak perlu dirisaukan. Justru tujuan dari pembelian bersama ini adalah untuk memberdayakan para anggotanya, dan konsumen dari pusat pembelian bersama ini adalah koperasi, bukan konsumen dari pusat pembelian bersama ini adalah koperasi, bukan konsumen akhir. Kekhawatiran kedua yang dilontarkan oleh para peserta adalah sulitnya menerapkan pembelian bersama tersebut karena hal ini perlu adanya kekompakan dan komitmen bersama. Memang dalam mendirikan pusat pembelian bersama ini diperlukan adanya komitmen tersebut dapat digalang apabila diantara pendiri/ anggota tersebut mempunyai kepentingan yang sama dan merasakan perlu adanya aliansi strategis diantara mereka.


(30)

!$

Pada akhir diskusi dengan gerakan koperasi tersebut kemudian disepakati untuk membentuk promotor yang bertugas untuk mengolah pendirian pusat pembelian bersama di Kabupaten Kudus. Ada 5 orang promotor yang bersedia, kelima promotor tersebut yaitu :

1. Ir. Suryo Dwidoto dari Kopkar Pusaka Raya (Pura) Group 2. Faried dari Kopkar PT Djarum

3. Abdullah Fanani dari Koppas Kliwon 4. Roemain F.Y. dari KUD Undaan

5. Bambang Suprapto dari PKPRI Kab. Kudus.

Dalam waktu satu bulan setelah dibentuknya tim kecil sebagai promotor pembentukan pusat pembelian bersama tersebut, maka tim kecil tersebut telah dua kali mengadakan rapat. Rapat tersebut membahas mengenai perjanjian kerjasama dan struktur organisasi dari pusat pembelian bersama, dalam hal ini tim peneliti dari Balitbangkop, PK dan M sebagai fasilitator telah memberikan acuan berupa konsep pola/model pusat pembelian bersama dan konsep perjanjian kerjasama pusat tersebut. Maksud dari acuan tersebut yaitu untuk memudahkan tim kecil dalam membuat perjanjian-perjanjian yang mereka perlukan. Kemudian pada rapat kedua telah disepakati tentang pembentukan struktur organisasi. Keputusan rapat kedua tersebut adalah lima promotor yang tergabung dalam tim kecil tersebut duduk dalam struktur yang ada namun demikian dalam hal pendanaan maka biaya-biaya yang diperlukan dalam pembentukan dan operasi pusat pembelian bersama dipikul oleh Koperasi Karyawan PT Pura Group. Tentunya hal ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik. Pusat pembelian bersama akan berjalan dengan baik apabila masing-masing koperasi anggota pusat tersebut bersama-sama memikul beban biaya yang ditimbulkan dengan adanya pusat tersebut dan masing-masing anggota bersedia membeli barang-barang yang sudah disepakati untuk dibeli secara bersama-sama. Oleh karena itu tim peneliti dari Balitbangkop, PK dan M menyarankan kepada tim kecil hal-hal sebagai berikut :

1. Apabila koperasi-koperasi konsumen lain selain Kopkar Pura Group berkeberatan untuk menyisihkan biaya guna keperluan permodalan pusat


(31)

!%

pembelian bersama dikarenakan adanya kesulitan uang, maka sebaiknya koperasi-koperasi tersebut tidak mendirikan pusat pembelian bersama.

2. Karena Kopkar Pura Group mempunyai omzet yang jauh lebih besar dari koperasi-koperasi konsumen lain di Kabupaten Kudus, maka Kopkar Pura Group tersebut disarankan untuk menjadi pusat perkulakan yang melayani koperasi-koperasi lainnya di Kab Kudus.

3. Untuk KUD Undaan, karena toko barang-barang konsumsinya cukup laris yaitu dengan menjual barang konsumsi sebanyak 700 item dan omzet pembelian pertahun sebanyak 120 juta rupiah maka disarankan bagi KUD tersebut untuk menjadi outletnya ABSA (Pusat Perkulakan Abdulrahman Saleh milik PUSKUD Jawa Tengah)

Saran tim peneliti diterima oleh Kopkar Pura Group dan mendapatkan dukungan dari pihak Kanwil Depkop, PK dan M provinsi Jawa Tengah. Pada waktu itu (bulan Oktober 1999), koperasi yang bersedia untuk bekerjasama/ membeli barang-barang di Pura Group adalah PKPRI Kabupaten Kudus yang mempunyai anggota sekitar 20 KPRI. Disamping itu Kopkar Pura telah mempunyai tiga outlet dan telah bekerjasama dengan anggotanya di Pasar Dawe yaitu dengan melayani 7 warung anggota. Sedangkan saran KUD Undaan masih perlu ditindak lanjuti.

Prospek pusat/ sentral perkulakan Pura Group cukup baik karena pada saat ini Kopkar Pura tersebut telah menjadi distributor susu bendera, yaitu stock untuk daerah Kudus. Adapun target jangka pendek pusat perkulakan ini adalah mempunyai outlet sebanyak 60 (enam puluh), sedangkan target jangka panjang yang ingin dicapai olah Kopkar Pura Group adalah menjadi pusat perkulakannya koperasi-koperasi yang ada di Kabupaten Kudus. Pada tanggal 19 Oktober 1999 Pusat Perkulakan Kopkar Pura Group ini telah diresmikan secara simbolik di Kabupaten Pemalang oleh Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah.


(32)

!&

A. ANALISA INTERNAL KOPERASI SAMPEL

Diatas telah disebutkan bahwa Kopkar PT Pura Group disarankan untuk menjadi pusat perkulakan dari koperasi-koperasi konsumen yang ada di Kabupaten Kudus. Saran tim peneliti tersebut didasari atas pertimbangan antara lain bahwa omset pembelian barang-barang konsumsi di toko tersebut jauh lebih besar dari pada omset pembelian toko-toko koperasi sampel lainnya. Pada Tabel 4 telihat bahwa omset pembelian per tahun Kopkar Pura Group sebesar Rp. 1.611.000.000,- sedangkan koperasi-koperasi sampel lainnya omsetnya relative kecil yaitu berkisar antara Rp. 937.000,- sampai dengan Rp. 450.000.000,-. Sedangkan nilai tengah omzet per tahun koperasi sampel tersebut adalah Rp. 70.000.000,-. Dengan kondiasi volume usaha yang sangat bervariasi seperti ini yang artinya bahwa kondisi keuangan yang dimiliki oleh koperasi-koperasi tersebut sangat bervariasi, maka akan sulit terlaksana apabila mereka mendirikan pusat pembelian bersama, karena salah satu factor sukses dari pendirian pusat tersebut adalah bahwa masing-masing anggota harus mempunyai komitmen untuk membayar iuran dan besarnya iuran tersebut sebaiknya sama. Oleh karena itu menjadikan Kopkar Pura Group sebagai pusat perkulakan bagi koperasi-koperasi kecil lainnya akan lebih cocok dari pada membentuk pusat pembelian bersama.

Pusat perkulakan yang ada diharapkan dapat bersaing ataupun memberikan penawaran harga yang lebih murah dari pada dengan para distributor disekitar lokasi. Untuk koperasi-koperasi yang telah melakukan perdagangan langsung dengan distributor (lihat Tabel 4), tentunya diperlukan adanya komitmen agar koperasi tersebut mau membeli barang-barangnya ke Kopkar Pura Group sebagai sentral perkulakannya. Dipihak lain, Kopkar Pura Group juga harus memberikan fasilitas dan pelayanan lebih dibandingkan dengan distributor yang ada. Hal ini sangat penting untuk dilaksanakan karena hampir semua koperasi sampel telah berhubungan langsung dengan distributor utama, artinya koperasi-koperasi tersebut akan membandingkannya. Namun demikian, perlu juga diingat bahwa pusat perkulakan akan berjalan dengan baik


(33)

!'

dan mempunyai omzet besar apabila didukungoleh koperasi-koperasi kecil disekitarnya. Kita semua tahu bahwa untuk menjadi distributor utama dan agar dapat berhubungan langsung dengan pabrikan maka biasanya ada batas pembelian minimal.

Agar terjadi jaringan kerjasama dan terbentuk aliansi strategis diantara koperasi-koperasi di Kabupaten Kudus, maka pelu dibuat perjanjian kerjasama antara koperasi dengan pusat perkulakan. Perjanjian tersebut dapat berupa perjanjian seperti halnya antara frachisor dengan franchiseenya (system waralaba).

Tabel 4. Omzet Pembelian Toko Koperasi Sampel Per Tahun dan Prosentase Pembelian Barang Yang Dilakukan Melalui Distributor di Kabupaten Kudus, 1999.

No Nama Koperasi Nama Pembelian Toko (Rp)

Pembelian Melalui Distributor (%)

1. Kopkar PT Noyorono 450.000.000,- -

2. KUD Muria 12.544.000,- 20

3. KPRI Karya Sejahtera 100.000.000,- 50

4. Koppas Kliwon 375.000.000,- 45,8

5. KPRI Kudus 1 15.000.000,- 50

6. KPRI Bintara, Gebog 135.000.000,- 75

7. PKPRI Kab. Kudus 35.000.000,- 0

8. KUD makmur Jaya 24.000.000,- na

9. KUD Undaan 120.000.000,- 65

10. KUD Budi Karya 937.000,- na

11. KUD Rukun Agawe Santoso 5.350.000,- na

12. KUD Sendang Jaya 39.993.315,- 9

13. KUD Bae 116.000.000,- 60


(34)

!(

Tabel 5. Prosentase Penjualan Sepuluh Produk Terlaris Terhadap Seluruh Produk Yang Dijual Toko Koperasi Sampel di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, 1999

No Nama Koperasi Nama Pembelian Toko (Rp)

Pembelian Melalui Distributor (%)

1. Kopkar PT Noyorono 477,000,000

20

2. KUD Muria 13,798,400

925

3. KPRI Karya Sejahtera 110,000,000

275

4. Koppas Kliwon 389,250,000

na

5. KPRI Kudus 1 15,600,000

na

6. KPRI Bintara, Gebog 148,500,000

na

7. PKPRI Kab. Kudus 38,500,000

907

8. KUD makmur Jaya 25,200,000

952

9. KUD Undaan 128,400,000

841

10. KUD Budi Karya 103,070,000

612

11. KUD Rukun Agawe Santoso 5,885,000

na

12. KUD Sendang Jaya 41,993,315

249

13. KUD Bae 124,700,000

221

14. Kopkar Pura Group 1,707,660,000

456

Total Volume Usaha/Th 3,327,556,715


(35)

")

Dari data pada tabel 5 terlihat bahwa jumlah omzet penjualan per tahun pada 14 koperasi sampel adalah mencapai 3,3 milyar. Hal ini merupakan peluang usaha bagi koperasi-koperasi tersebut apabila mereka berkeinginan untuk beraliansi. Apabila koperasi-koperasi primer tersebut bersedia membeli barang-barang dagangannya dari Pusat Perkulakan Kopkar Pura Group, diharapkan hal ini akan terjadi sinergi yang baik. Mengingat pada Tabel 6 terlihat bahwa pada umumnya koperasi-koperasi sampel tersebut mempunyai banyak kesamaan terhadap produk yang dijual. Sebagai contoh, dari sejumlah koperasi sampel tersebut, pada waktu ditanyakan mengenai sepuluh produ terlarisnya maka ada 64,3 % koperasi yang menjual keperluan dapur dan merupakan salah satu dari sepuluh produk terlarisnya. Dan 64,3 % koperasi sampel juga menjual produk kecantikan yang sama dan juga merupakan produk terlarisnya. Disamping itu ada 50 % koperasi sampel yang menjual alat-alat tulis kantor.

Perlu disimak bahwa prosentase penjualan sepuluh produk terlaris terhadap seluruh produk yang dijual toko sangat besar (lihat Tabel 5). Rata-rata omset penjualan sebesar 56,41 % merupakan omset dari sepuluh produk terlaris yang dijual koperasi-koperasi tersebut.


(36)

"*

2. Provinsi Lampung

Dengan kesadaran bahwa sampai saat ini koperasi masih dalam keadaan lemah, perlu dilakukan konsolidasi koperasi agar sejajar dengan kekuatan pelaku ekonomi lainnya yang terlebih dahulu menikmatkan kesempatan pembangunan. Menyatukan kekuatan koperasi harus dilakukan secara bertahap dan sistematis berkesinambungan agar dapat berlangsung mulus tanpa menimbulkan konflik baru dan kepentingan masing-masing jajaran koperasi yang telah berkembang sesuai dengan arah kehendak anggotanya. Untuk itulah sosialisasi mengenai pembelian bersama yang dilakukan oleh tim Balitbangkop & PKM dilakukan dengan dua kali mengadakan pertemuan atau diskusi. Dan mengadakan observasi ke koperasi sampel di Kodya Bandar Lampung. Tujuan dari pertemuan dan diskusi tersebut adalah untuk menyampaikan ide-ide dan informasi-informasi yang berhubungan dengan kegiatan pembelian bersama dan sekaligus menganalisa kemampuan dari koperasi-koperasi yang nantinya akan melakukan kegiatan pembelian bersama.

Pada awalnya tim menentukan kegiatan pembelian bersama melalui koperasi ini dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan. Dari hasil diskusi dengan Kakanwil dan Kabag Perkotaan Kanwil Lampung tim memperoleh gambaran bahwa keadaan koperasi serta kondisi koperasi yang bergerak dalam bidang kosumsi dan yang memiliki toko yang besar tidak memenuhi persyaratan untuk kegiatan pembelian bersama. Selain itu juga jarak antar koperasi cukup berjauhan. Berdasarkan keadaan tersebut tim berinisiatif bahwa sosialisasi pembelian bersama oleh koperasi tahap pertama yang dilakukan pada bulan September 1999, tim mengadakan pertemuan dan diskusi dengan 22 koperasi terdiri dari KDU dan KPN dari 3 kabupaten (Lampung Selatan, Lampung Utara, Kodya Bandar Lampung) yang mempunyai unit pertokoan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pengurus dan manajer koperasi diadakan diruang rapat Kanwil Depkop dan PKM Lampung. Pemillihan 22 koperasi tersebut dipilih berdasarkan hasil diskusi dengan Bagian Koperasi Perkotaan Kanwil Lampung.


(37)

"!

Bahan presentasi yang di sampaikan sebagai berikut. Pertama menyampaikan berbagai informasi mengenai temuan dari Balitbangkop dan PKM dalam pembelian bersama. Tujuan kedua adalah menerima masukan-masukan dari pengurus dan manajer koperasi terutama mengenai pembelian bersama serta permasalahan yang dihadapi oleh koperasi mengenai pembelian barang pertokoan dari supplier. Tujuan ketiga adalah untuk mengetahui peta dan kemampuan koperasi dari 3 kabupaten tersebut sekaligus menentukan kabupaten/kodya untuk kegiatan pembelian bersama oleh koperasi.

Dari hasil temuan dan diskusi pada tahap pertama tersebut disepakati bahwa kegiatan pembelian bersama melalui koperasi di provinsi Lampung dipilih Kodya Bandar Lampung. Juga disepakati untuk mengadakan pertemuan dan diskusi pada bulan Oktober 1999 untuk koperasi konsumen di Kodya Bandar Lampung sebagai kordinator awal adalah KSU sempurna.

Pada kegiatan sosialisasi yang kedua mengenai pusat pembelian bersama melalui koperasi di kodya Bandar Lampung tim melakukan observasi terhadap koperasi 8 koperasi sampel calon promotor yaitu : KPRI Saptawa Penwilda Tk 1, Kopti Kodya Bandar Lampung, KPRI Handayani, KUD Sukarame, KPN Ragon Gawi, KPRI Tiga Sehat Kanwil Depkop. Selanjutnya tim memberikan formulir isian umpan balik (feed back) untuk diisi oleh pengurus atau menajer koperasi sampel. Sekaligus mengundang pengurus/manajer untuk hadir pada pertemuan dan berdiskusi pada acara persentasi mengenai pembelian bersama dengan tim Balitbang yang diadakan di ruang rapat kanwil Lampung.

Materi presentasi yang disampaikan dalam pertemuan mengenai pembelian bersama menyampaikan informasi hasil temuan tim Balitbangkop dan PKM dalam hal pembelian bersama. Selain menyampaikan tentang gambaran koperasi konsumsi di Provinsi Lampung serta alasan kurang berkembangnya koperasi konsumen. Selain itu juga dibahas salah satunya adalah hasil identifikasi best practice yang dilakukan maupun pemain lainnya (bahan presentasi dilampirkan pada laporan ini).


(38)

""

Tujuan dari pertemuan dan diskusi tersebut adalah untuk menampung masukan-masukan dari pengurus dan manajer koperasi mengenai pembelian bersama, dan untuk menyamakan persepsi mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk menindak lanjuti usulan tim Balitbangkop dan PKM.

Pada pertemuan dan diskusi yang dilaksanakan oleh tim Balitbangkop dan PKM dihadiri oleh 23 pengurus/manajer/stap dan para pejabat Kanwil Depkop & PKM Provinsi Lampung serta pejabat Kandepkop & PKM Kodya Bandar Lampung. Koperasi yang berpartisipasi pada pertemuan tersebut terdiri dari 4 KPRI, 1KUD, 2 KSU, 3 KPN dan 1Kopti. Pada pertemuan ada beberapa koperasi yang menginformasikan barang konsumsi yang dapat dikerjasamakan. Seperti KPN Tiga Sehat menginformasikan mempunyai order untuk mendapatkan gula dari PT Gunung Madu sebanyak 40 ton perbulan dengan harga pabrik tetapi tidak dapat ditebus karena, kurangnya modal. Begitu juga dengan KPN Saptawa Penwilda TK 1 yang telah mempunyai hubungan baik dengan supplier unilever tetapi sampai saat ini belum bisa menjadi distributor karena belum memenuhi target pembelian. Hasil dari pertemuan sosialisasi mengenai pusat pembelian bersama disepakati :

- Koperasi yang hadir dalam pertemuan merencanakan membentuk pusat pembelian bersama yang dimiliki oleh koperasi (dipilih dari tiga alternatif yang ditawarkan oleh tim)

- Koperasi peserta diskusi sepakat untuk mengadakan pertemuan bulanan untuk menyamakan persepsi dan mengadakan komitmen bagi anggota pusat pembelian bersama agar dapat memenuhi kepentingan dan kebutuhan yang sama dari anggota.

- Agar terealisasinya Pusat pembelian bersama tersebut koperasi peserta membentuk tim yang anggotanya berasal dari KSU Sampurna, Kopti Kodya Bandar Lampung, KUD Sukarame, dan KPN Bina Dharma dan KPRI Saptawa Penwilda TK 1. Tugas dari tim ini adalah sebagai penghubung dan menyampaikan informasi serta mengadakan pertemuan untuk membahas pembentukan pusat pembelian bersama.


(39)

"#

- Ada 2 Koperasi yaitu KPRI Saptawa Penwilda TK 1 dan KUD Sukarame yang siap menjadi koordinator untuk kegiatan pusat pembelian bersama.

Tim pembentukan pusat pembelian bersama berencana mengadakan pertemuan yang pertama bulan November 1999. Pada pertemuan tersebut akan dibahas juga kordinator dan tempat pusat pembelian bersama, serta membahas dan menentukan pendanaan. Dalam hal ini tim peneliti dari balitbangkop & PKM sebagai fasilitator telah mengirimkan melalui facsimile, acuan berupa konsep/pola/ model pusat dan perjanjian kerjasama untuk pusat pembelian bersama kepada tim di provinsi Lampung.

Berdasarkan pantauan tim peneliti Balitbangkop & PKM yang dilakukan melalui telepon diperoleh informasi dari tim pembentukan pusat pembelian bersama. Rapat yang diadakan pada bulan November 1999 tersebut hanya membicarakan mengenai pendanaan dari pusat pembelian bersama yan gakan didirikan itupun belum tuntas dan akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.


(40)

"$

A. ANALISA INTERNAL KOPERASI SAMPEL

Pada tabel dibawah terlihat omset pembelian dari tiap toko koperasi sampel sangat bervariasi. Omset pembelian tertinggi adalah Kopti Kodya Bandar lampung sebesar Rp. 1.683.467.960,- sedangkan koperasi-koperasi sampel lainnya omsetnya hanya berkisar antara Rp. 15.000.000,- sampai dengan Rp. 741.151.437,-. Dari Tabel dibawah dapat terlihat bahwa omset dari koperasi sampel tersebut sangat bervariasi. Keadaan seperti ini yang artinya bahwa kondisi keuangan yang dimiliki koperasi-koperasi tersebut sangat bervariasi, maka akan sulit terlaksana apabila mereka mendirikan pusat pembelian bersama, karena salah satu factor yang sangat menentukan dari pendirian pusat tersebut adalah masing-masing anggotanya harus mempunyai komitmen untuk membayar iuran dan besarnya iuran tersebut sebaiknya sama. Dengan kondisi seperti diatas sebaikanya pusat pembelian bersama yan gakan didirikan ada dua. Pertama adalah pusat pembelian bersama kerjasama dari tiga koperasi yang omsetnya besar, seperti kerjasama Kopti Kodya Bandar Lampung, KUD Sukarame, dan KPRI Saptawa Penwilda TK 1 yang omzetnya diatas 500 juta.

Sedangkan pusat pembelian bersama yang kedua adalah kerjasama dari koperasi-koperasi lainnya yang berada di Kodya Bandar Lampung omsetnya dibawah 100 juta. Dari bervariasinya omset koperasi sampel di Kodya Bandar Lampung dapat juga membentuk pusat pembelian bersama dengan jalan, bagi koperasi yang omset penjualan barang konsumsinya sangat besar seperti KPRI Saptawa Penwilda TK1 dibandingkan waserda koperasi-koperasi lain disekitarnya, maka KPRI Saptawa Penwilda TK 1 dapat bertindak sebagai pusat pembelian (pusat perkulakan) bagi toko-toko koperasi yang omsetnya kecil.


(41)

"%

Tabel 6. Omzet per Bulan Sepuluh Produk Terlaris Toko Koperasi Sampel di Kabupaten Kudus, 1999

1 Kopkar PT Noyorono 37.5 - 24 - - 36 - - - 97.5

2 KUD Muria - - - 10.5 - - - 2.268 na - - - 12.77

3 KPRI Karya Sejahtera - - 9 - - 9.6 2.4 - 2.4 1.2 6 - 30.6

4 Koppas Kliwon 432 - 705.6 - 1,641.6 - - - - na -

-5 KPRI Kudus I - - - - na na na - - na na

-6 KPRI Binatara, Gbog - - - na na na na

7 PKPRI Kab. Kudus - - 0.84 0.84 0.84 - - 24 3.6 - 4.8 - 34.92

8 KUD Makmur Jaya - - - 4.8 - - - 6.6 3.6 4.8 1.8 2.4 24

9 KUD Undaan - 48 - - - 6 24 2.4 24 3.6 108

10 KUD Budi Karya 16.44 - - - 21.88 6.468 18.276 - 63.06

11 KUD Rukun Agawe S - - -

-12 KUD Sendang Jaya - - - 10.4388 - - - 10.44

13 KUD Bae 4.2 3.6 - - - 3.6 - 6 - 6 4.2 - 27.6

14 Kopkar Pura Group - - - 222 50.4 10.812 - 67.2 19.2 - 369.61

58.14 51.6 33.84 16.14 16.14 281.64 52.8 55.68 55.48 88.07 78.28 6 778.5

28.6 14.3 28.6 21.4 21.4 42.9 21.4 42.9 50 64.3 64.3 21.4

Total ATK Kepl. Dapur Kecantikan Alat Listrik M. Goreng Pembersih Susu S.Drink & Snack

Total

Juml. Kop. Yg. Menjual (%)

Omzet per Tahun Sepuluh Produk Terlaris Toko (Rupiah juta,-)

No Koperasi


(42)

"&

Tabel 7. Omset Pembelian Toko Koperasi Sampel dan Prosentase Pembelian Yang Dilakukan Melalui Distributor di Kodya Bandar Lampung 1999

No Nama Koperasi

Omset Pembelian Toko (Rp. )

Pembelian Melalui Distributor (%)

1. KPRI Saptawa Penwilda TK I 741.151.437 20

2. KOPTI Kodya Bandar Lampung 1.683.467.960 10

3. KSU Sampurna 86.891.20. 4

4. KPRI Handayani 30.000.000 4

5. KUD Sukarame 528.456.300 12

6. KPRI Tiga Sehat Kanwil Depkop & PKM 35.000.000 2

7. KSU Mawar Indah 75.123.005 4

8. KPRI Betik Gawi 67.456.700 6

9. KPN Ragom Gawi 45.606.000 3

10. KPN Bina Dharma 30.000.000 4


(43)

"'

Tabel 8. Prosentase Penjualan Sepuluh Produk Terlaris Terhadap Seluruh Produk yang Dijual Toko Koperasi Sampel di Kodya Bandar Lampung, 1999.

No Nama Koperasi

Omset Penjualan

Pertahun

Prosentase Penjualan 10

Produk Terlaris Terhadap

Seluruh Produk yang

Dijual Toko

1. KPRI Saptawa Penwilda TK I 815,266,581

1,827

2. KOPTI Kodya Bandar Lampung 1,767,641,358

7,099

3. KSU Sampurna 91,235,762

343

4. KPRI Handayani 33,000,000

-

5. KUD Sukarame 581,301,930

2,794 6. KPRI Tiga Sehat Kanwil Depkop & PKM 35,875,000 984

7. KSU Mawar Indah 78,879,155

-

8. KPRI Betik Gawi 70,829,535

-

9. KPN Ragom Gawi 49,254,480

448

10. KPN Bina Dharma 31,500,000

-

11. Koptanala Bandar Lampung 15,900,000

-

Total Omzet/Th 3,537,683,801


(44)

"(

Tabel 9. Omzet per Bulan Sepuluh Produk Terlaris Toko Koperasi Sampel di Kodya Bandar Lampung, 1999

Beras Obatan

Obatan Gula Rokok M. Goreng Pembersih Susu

S. Drink & Snack

Kepl Dapur

Alat

Listrik Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 KPRI Saptawa Penwilda TK 1 26,726,250 - 2,350,000 1,598,000 3,100,000 2,514,400 5,200,000 920,000 2,203,650 - 44,612,300 2 Kopti Kodya Bandar Lampung - - 15,400,000 - 6,500,000 - - - 3,000,000 - 24,900,000 3 KSU Sampurna 15,500,000 - - 523,000 7,250,000 - 1,521,000 321,000 1,500,000 - 26,615,000

4 KPRI Handayani - - - 0

5 KUD Sukarame 6,750,000 - 3,456,900 1,834,500 8,765,000 - - - 20,806,400

6 KPRI Tiga Sehat Kanwil Depkop & PKM - - - 630,000 - 545,100 721,000 1,750,000 3,646,100

7 KSU Mawar Indah - - - 0

8 KPRI Betik Gawi - - - 0

9 KPN Ragon Gawi 5,500,000 - - 443,000 1,230,000 888,100 2,240,000 250,000 443,000 - 10,994,100

10 KPN Bina Dharma - - - 0

11 Koptanala Bandar Lampung - - - 0

Total 54,476,250 - 21,206,900 4,398,500 26,845,000 4,032,500 8,961,000 2,036,100 7,867,650 1,750,000 131,573,900

Jml Kop yg, Menjual (%) 36.36 27.27 36.36 45.45 27.27 27.27 36.36 45.45 9.09 54.55

No Koperasi


(45)

#)

3. Provinsi Jawa Barat

Koperasi Konsumsi Sampel

Objek kajian pengembangan Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi dilaksanakan di Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. Dari sekian banyaknya koperasi yang ada di Kabupaten Sumedang sebanyaknya 21 Koperasi/KUD sebagai sampel, ikut rencana kegiatan pengembangan Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi. 21 Koperasi/KUD tersebut terdiri dari 10 Koperasi Unit Desa (KUD), 9 Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI), dan 2 Koperasi Serba Usaha (KSU). Nama-nama 21 Koperasi/KUD sampel dapat disampaikan sebagai berikut : 1. KUD Jatinangor, 2. KUD Sugih Mukti, 3. KUD Ganeas, 4. KUD Hidup Rukun, 5. KUD Cibereum, 6. KUD Paseh, 7. KUD Situraja, 8. KUD Bina Raharja, 9. KUD Bbakti Tani, 10. KUD Citali, 11. KPRI Kandaga Guru Sumedang (KGS), 12. KPRI Medal Raharja Pemda, 13. KPRI Pegawai Kesehatan Sumedang (KPKS), 14. KPRI Kopedas Pegawai Departemen Agama, 15. KPRI Dinas Pertanian, 16. KPRI Sinar Deppen, 17. KPRI Warga Kencana BKKBN, 18. KPRI Bina Sejahtera, 19. KPRI Guru Cicarimah (GUCI), 20. KSU Swadaya Madya, dan 21. KSU Mitra Sejahtera.,- Terpilihnya 21 Koperasi/KUD sampel tersebut disesuaikan dengan jenis usah yang diinginkan yaitu unit usaha koperasi yang bergerak di bidang konsumsi.

Hasil rapat di Kantor Departemen Koperasi, PK dan M Kabupaten Sumedang Jawa Barat pada tanggal 1 September 1999 yang diikuti 21 Koperasi/KUD sampel, telah pula memutuskan hal-hal sebagai berikut :

a. Menunjuk 7 (tujuh) Koperasi/KUD sebagai penggerak dan mengurus kerjasama tersebut pada PIHAK KETIGA dalam mencari mitra kerja (mencari pabrikan-pabrikan, grosir-grosir dan lain-lain).

b. Atas permintaan peserta rapat, Bapak Frans telah menyampaikan keberhasilan-keberhasilan KUD Citali, serta hambatan-hambatan yang dialami KUD Citali. Karena perlu diinformasikan bahwa KUD Citali sebagai KUD terbaik di Kabupaten Sumedang.


(46)

#*

c. KUD Citali dan KUD Situraja sebagai motor penggerak informasi harga, oleh karena itu akan dipasang internet. KUD Citali dan KUD Situraja yang telah lama melakukan kerjasama dengan PUSKUD Jawa Barat diminta untuk berjalan seperti biasa, hanya systemnya dapat dirubah sebagai Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi.

d. Telah disepakati oleh Koperasi/KUD yang hadir supaya informasi terus berjalan dengan baik maka diadakan pertemuan periodic bulan satu kali. e. Kita tancapkan “Pena Emas” pada Pusat Pembelian Bersama Melalui

Koperasi di Sumedang, kemudian untuk dijadikan pilot proyek.

Didalam diskusi, disampaikan permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan Pusat Pembelian Bersama Melalui Koperasi adalah dibidang permodalan. Oleh karena itu masih dicarikan jalan keluar untuk mengatasi permodalan tersebut.

Sampai saat sekarang ini 21 Koperasi/KUD tersebut di atas dalam melaksanakan kegiatan usaha koperasi, pengurus telah melakukan kerjasama dengan distributor dan agen. Jumlah Koperasi/KUD yang melakukan kerjasama dengan distributor sebanyak 67 %, dan dengan agen sebanyak 76 %, adapun jumlah distributor 65 distributor, dan 80 agen.

Guna memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat, jenis-jenis barang yang dijual Koperasi/KUD antara lain, beras, terigu, obat-obatan, gula, pembersih, susu, soft drink, snack, keperluan dapur, alat-alat kecantikan, minyak goring, rokok, alat tulis kantor dan alat listrik. Koperasi di dalam menjual barang telah memberikan fasilitas pada anggota pembeli, yaitu sebanyak 14 % dari 21 Koperasi/KUD sampel memberikan potongan harga atas dasar diskon, 5 % dari 21 Koperasi/KUD sampel memberikan potongan harga atas pembelian minimal, 43 % dari 21 Koperasi/KUD sampel barang diantar pada pembeli, dan 38 % dari 21 Koperasi/KUD sampel dilakukan dengan cara lain. Koperasi/KUD sampel selalu memberikan keringanan pembayaran pada anggota pembeli, tentunya disesuaikan dengan jenis dan jumlah barang yang dibeli. Sehingga terjadi satu koperasi terdapat dua syarat pembayaran, kontan dan kredit. Pembayaran


(47)

#!

secara kontan dilakukan 86 % dari 21 Koperasi/KUD sampel, dan 62 % pembayaran secara kredit.

Kegiatan usaha koperasi sampel sampai saat sekarang ini berkembang dengan baik, pelayanan pada anggota terus ditingkatkan. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa kredit program yang datangnya dari Bank Pemerintah telah dikembalikan melalui angsuran, semua koperasi telah melunasi kreditnya.


(48)

#"

Tabel 10. Fasilitas Diberikan Pada Konsumen Toko dan Syarat Pembayaran Pelanggan.

Fasilitas Diberikan Pada Konsumen Toko Potongan Harga

No Nama Koperasi

Dasar diskon

Minimum Pembelian

Pengantaran Barang

Dan

lain-lain

Syarat Pembayaran

Pelanggan

1. KUD Jatinangor - - - x x -

2. KUD Sugih Mukti x - - - x -

3. KUD Ganeas x - - - x x

4. KUD Hidup Rukun - - - x x -

5. KUD Cibeureum - - x - x x

6. KUD Paseh - - x - x x

7. KUD Situraja - - - x x x

8. KUD Bina Raharja - x - - - -

9. KUD Sri Bakti Tani - - x - x -

10. KUD Citali x - - - x -

11. KPRI KGS - - - x x x

12. KPRI Medal Raharja - - x - - x

13. KPRI KPKS - - - x x x

14. KPRI Kopeg Depag - - x - x x

15. KPRI Dinas Pertan - - x - x x

16. KPRI Sinar Deppen - - x - x x

17. KPRI WK BKKBN - - - x x x

18. KPRI Bina Sejahtera - - x - x x

19. KPRI GUCI - - x - - -

20. KSU Swa. Madya - - - x x -

21. KSU Mitra Sejahtera - - - x x x

Pelaksanaan Kegiatan (%) 14 5 43 38 86 62

Keterangan : Tanda x (Koperasi malaksanakan kegiatan)


(49)

##

A. ANALISA INTERNAL KOPERASI SAMPEL

Kegiatan Usaha

Dari 21 Koperasi/KUD sampel yang terpilih untuk direncanakan sebagai pengembangan pusat pembelian bersama melalui koperasi di Kabupaten Sumedang Jawa Barat dapat disampaikan kegiatan usaha yang dikelola sebagai berikut : jumlah koperasi/KUD sampel yang kegiatan usahanya dibidang Simpan Pinjam 100 % (seluruh Koperasi/KUD bergerak di bidang Waserda/Toko 100 %, yang melaksanakan penyaluran Sembako 62 %, melaksanakan penyaluran Pupuk 38 %, malaksanakan KUT 38 %, melaksanakan Pengadaan Pangan 19 %, melaksanakan kegiatan Listrik 5 %, dan yang melaksanakan Angkutan dan lainnya 29 %.

Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa omset pembelian Koperasi/KUD sampel apabila diklasifikasikan, maka dari omset pembelian Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 50.000.000,- sebanyak 6 Koperasi/KUD (29 %), omset pembelian Rp. 51.000.000,- sampai Rp. 1.000.000.000,- sebanyak 5 Koperasi/KUD (24 %), omset pembelian Rp. 151.000.000,- sampai Rp. 200.000.000,- sebanyak 2 Koperasi/KUD (9 %) dan omset pembelian di atas Rp. 201.000.000,- sebanyak 8 Koperasi/KUD (38 %). Dalam rapat bersama bertempat di Kantor Departemen Koperasi, PK dan M Kabupaten Sumedang telah mengundang 21 Koperasi/KUD, antara lain telah memutuskan 7 Koperasi/KUD sebagai pelopor/penggerak pengembangan pusat pembelian bersama melalui koperasi. Dari 7 Koperasi/KUD yang telah ditunjuk dapat disampaikan masing-masing omset pembeliannya, yaitu untuk KUD Citali Rp. 224.000.000,- KUD Situraja Rp. 96.000.000,-, KUD Bina Raharja Rp. 185.534.160,-, KPRI Kandaga Guru Sumedang (KGS) Rp. 780.000.000,- KPRI Medal Raharja Pemda Rp. 60.000.000,-. KPRI Pegawai Kesehatan Sumedang (KPKS) Rp. 176.103.671,-, KSU Mitra Sejahtera Rp. 24.000.000,-.

Koperasi/KUD sampel selama ini telah melakukan pembelian melalui pihak ketiga (distributor). Ada sebanyak 100 % jumlah Koperasi/KUD


(50)

#$

melaksanakan pembelian melalui distributor dan jumlah distributor yang bermitra dengan Koperasi/KUD sebanyak 65 distributor.

Tabel 11. Omset Pembelian Toko per Tahun dan % Pembelian yang dilakukan Melalui Distributor.

No Nama Koperasi

Omset Pembelian Toko

(Rp.)

Pembelian Melalui Distributor (%)

Omset Penjualan (Rp.)

1. KUD Jatinangor 95,000,000 - 118,750,000

2. KUD Sugih Mukti 89,100,000 50 133,650,000

3. KUD Ganeas 16,872,000 25 21,090,000

4. KUD Hidup Rukun 5,110,000 50 7,665,000

5. KUD Cibeureum 360,000,000 30 468,000,000

6. KUD Paseh 24,000,000 50 36,000,000

7. KUD Situraja 96,000,999 100 144,000,449

8. KUD Bina Raharja 185,534,160 25 231,917,700

9. KUD Sri Bakti Tani 275,914,404 40 386,280,164

10. KUD Citali 224,000,000 60 358,400,000

11. KPRI KGS 780,000,000 20 936,000,000

12. KPRI Medal Raharja 60,000,000 9 65,400,000

13. KPRI KPKS 176,103,671 70 289,476,267

14. KPRI Kopeg Depag 250,000,000 - 312,500,000

15. KPRI Dinas Pertan 350,000,000 - 455,000,000

16. KPRI Sinar Deppen 298,075,000 - 342,786,250

17. KPRI WK BKKBN 81,147,387 100 121,721,080

18. KPRI Bina Sejahtera 30,000,000 100 45,000,000

19. KPRI GUCI 412,000,000 10 453,200,000

20. KSU Swa. Madya 5,600,000 - 6,440,000

21. KSU Mitra Sejahtera 24,000,000 - 28,800,000

Total 3,838,457,621 739 4,962,076,910


(1)

IV. Tawaran Yang Disediakan Pemasok

No Nama Pemasok Tawaran

1.

2. 3.

PT...

...

...

Misalkan :

- Diskon .... %

- Pengantaran barang sampai di gudang koperasi anggota Pusat Pembelian.

- Kredit ... ... ...


(2)

V. Rencana Kinerja Keuangan

Proforma/Perkiraan SHU Dalam ... bulan

Rencana Penjualan Rp...

Dikurangi : Nilai Pembelian

Rp...

Keuntungan Kotor Usaha Rp...

Dikurangi : Biaya Usaha Rp...

- biaya Distribusi Rp... - Biaya Administrasi Rp... - Si dan Umum Rp... --- +

Rp... --- Keuntungan Bersih

Usaha

Rp... Dikurangi

:

- Biaya Finansial :

Bunga Pinjaman dll. Rp...

---

Keuntungan Kena Pajak Rp...

Pajak Koperasi Rp...

--- SHU Pusat Pembelian Bersama Setelah Pajak Rp...


(3)

Adapun rincian dari pos-pos di atas adalah sebagai berikut :

1. Rencana Penjualan * (Total untuk seluruh barang)

Bulan Penjualan

1. Januari 2. Februari 3. Maret 4. April

5. dan seterusnya

Rp... Rp... Rp... Rp...

Total ... bulan Rp...


(4)

2. Biaya

A. Nilai Pembelian *2)

Bulan Nilai

1. Januari 2. Februari 3. Maret 4. April

5. dan seterusnya

Rp... Rp... Rp... Rp...


(5)

B. Biaya usaha : terdiri dari Biaya Distribusi, Biaya Administrasi dan Umum.

B.1. Biaya Distribusi *3

Bulan Jumlah Biaya

1. Januari 2. Februari 3. Maret 4. April

5. dan seterusnya

Rp... Rp... Rp... Rp...


(6)

B.2. Biaya Administrasi dan Umum *4

Bulan Penjualan

1. Januari 2. Februari 3. Maret 4. April

5. dan seterusnya

Rp... Rp... Rp... Rp...