BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Lokasi
Seperti dikatakan oleh Kepala Desa Bapak Harnomo wawancara pada tanggal 24 Juni 2009 Jam 14.00 WIB, ”Nama desa
Jumo diambil dari nama seseorang yang termasuk sesepuh Desa. Dia bernama mbah Jumo seseorang yang pertama kali tinggal di Desa
Jumo ”. Dahulu desa Jumo merupakan area Hutan yang dominan
ditumbuhi pohon Jati, namun pada awal tahun 2000 terjadi penjarahan kayu jati secara besar-besaran sehingga mengakibatkan hutan gundul
dan sering terjadi banjir saat musim penghujan. Sejak saat itu di desa
Jumo yang semula berhawa sejuk berubah menjadi panas.
Desa Jumo merupakan daerah pedesaan dengan memiliki 6 dusun di antaranya dukuh Dawung, Krangkong, Persen, Gajahmati,
Karangrandu dan Kebonagung. Masyarakat hidup dari pertanian dengan kondisi tanah tadah hujan yang sangat sempit dan tidak
mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Tidak sedikit pula para warganya peralihan profesi ke arah wirausaha, merantau dan bagi yang
tidak memiliki ladang mereka bekerja sebagai buruh tani. Adapun desa Jumo termasuk dalam wilayah Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan Jawa Tengah, letaknya ditengah-
tengah area desa Bringin kabupaten Semarang sebelah utara dan sebelah selatan berbatasan dengan desa Kapung kecamatan
Tanggungharjo. Pada Tahun 2008 jumlah penduduk mencapai 4.287 jiwa
terdiri dari 2.097 jumlah laki-laki dan 2.190 jumlah perempuan yang terbagi dari 9 RT dan 28 RW. Infra struktur rumah warga 90 terbuat
dari kayu berlantai tanah atau kayu papan
trompo
sedangkan sekitar 10 merupakan bangunan penting desa Jumo terbuat dari tembok
misalkan: Sekolahan, Kantor Kelurahan, Puskesmas dan Masjid. Warga desa menganggap rumah yang terbuat dari kayu atau papan
mudah dijual sewaktu-waktu dan dapat dipindah-pindah dari satu tempat ketempat lainya.
Pada umumnya setiap rumah yang ada di desa Jumo tempat MCK kurang memadai bahkan ada rumah warga yang tidak memiliki
WC serta kurang memperhatikan penerangan dan ventilasi yang cukup sebagai rumah sehat. Adapun jumlah warga yang bermata pencaharian
sebagai petani sekitar 80 dan untuk 20 dibagi atas buruh, merantau dan berdagang. Secara geografis wilayah desa Jumo dibatasi oleh:
a. Desa Kalimaro sebelah utara
b. Desa Penadaran sebelah timur
c. Desa Mliwang sebelah barat
d. Desa Kapung sebelah selatan
Untuk jarak desa Jumo ke selatan Kota Purwodadi-Grobogan sejauh 30 km sedangkan kearah utara desa Bringin-Semarang yang
jaraknya 25 km. Desa dialiri listrik dimulai pada tahun 1992 itupun masih terbatas hanya daerah-daerah yang ada dipinggir jalan raya.
Kondisi fisik jalan raya di desa itu belum pernah di aspal sampai sekarang Juli 2009 jadi saat terjadi musim penghujan kondisi jalan
raya sangat becek dan banyak terdapat lubang serta terdapat genangan air ditengah-tengah badan jalan sehingga mengganggu aktifitas. Tidak
ada kasus sosial dari tahun ketahun tetapi sering terjadi penebangan kayu secara illegal di hutan oleh warga sekitar dan tidak adanya
Reboisasi Hutan. Pendidikan formal warga 80 lulus SD, 15 SMPSMA dan
5 Perguruan Tinggi. Sehingga terlihat jelas dari SDM yang dimiliki masyarakatnya dan tidak adanya keahlian khusus oleh warga maka
jalan satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah bertani.
Di desa terpencil ini sarana pendidikan meliputi 3 buah TK, 3 buah SD, 1 Madrasah Diniyah dan 1 buah SMP serta memiliki
beberapa sarana peribadatan umat Islam karena mayoritas Agama masyarakat desa Jumo adalah Islam maka disitu terdapat 6 buah
Masjid dan 13 Mushola langgar. Kepala desa jumo bapak Harnomo mengatakan para warga mayoritas beragama Islam, maka setiap Dusun
memiliki satu Buah masjid dan beberapa mushola agar masyarakat
dapat beribadah secara nyaman karena dekat atau mudah di jangkau dengan berjalan kaki. Masyarakat juga rutin melakukan kegiatan yang
bernuansa Islami seperti Tahlilan, Pengajian, Manakib, Kenduren, Yasinan dll. Untuk jadwal yasinan disetiap RT yaitu kelompok Ibu-ibu
di laksanakan pada hari kamis malam atau malam jum‟at di rumah warga secara bergiliran dari rumah ke rumah dengan di pimpin oleh
seorang ustadz yang bertugas sebagai pembawa do‟a. isi dari kegiatan itu adalah
tahlilan, membaca surat Yasin dan pembacaan do‟a. Kegiatan religi lainya adalah pengajian yang di hadiri khusus
ibi-ibu satu kelurahan yang di adakan setiap minggu pon dalam kalender Jawa. Pada hari tersebut kurang lebih 280 jamaah yang hadir
dibagi dari 6 dusun. sedangkan manakib adalah kegiatan untuk laki- laki dilaksanakan pada senin malam ba‟da magrib yang inti kegiatanya
sama dengan yasinan.
2. Latar Belakang adanya Ritual kejawen yang ada di Desa Jumo,