Pada orang dewasa, kejadian puncak pada dekade ketiga dan keempat kehidupan.
1,3,11,14,19,20
Prevalensi dermatitis seboroik pada individu positip-HIV berkisar dari 20- 83.
.
4,7,10
Selain infeksi HIV, sejumlah penyakit neurologik seperti penyakit Parkinson juga menyebabkan kejadian dermatitis seboroik yang lebih tinggi, dan
pasien Parkinson yang diobati dengan levodopa mengalami perbaikan dalam dermatitis seboroik.
1,6,16,21
Prevalensi dermatitis seboroik yang lebih tinggi juga ditemukan dalamm kasus kraniosinostosi, pada polineuropati amiloidotik familial, pada cedera otak
traumatik, cedera spinal cord traumatik, cerebrovascular accidents CVA, epilepsi dan pada paralisis saraf wajah.
Pada tahun 1996, Ercis et al. melaporkan bahwa 30,9 pasien penderita sindrom Down mengalami dermatitis seboroik, akan tetapi, Daneshpazhooh et al.
melaporkan prevalensinya hanya 3.
1,7,14
Penyakit sistemik lainnya di mana kejadian dermatitis seboroik lebih tinggi meliputi infark otot jantung akut, pankreatitis alkoholik dan kecanduan
alkohol.
6,20
2.1.3 Etiologi dan Patogenesis
7,14,21-23
Patogenesis yang pasti dari dermatitis seboroik belum dimengerti sepenuhnya, tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur Malassezia,
kelainan immunologi, aktivitas sebaseus yang meningkat dan kerentanan pasien.
1-12
Spesies Malassezia dan Propionibacterium acne juga memiliki aktivitas lipase yang menghasilkan transformasi trigliserida ke dalam asam lemak
bebas.
1,4,14
Ketujuh spesies Malassezia adalah lipofilik kecuali spesies zoofilik,
Universitas Sumatera Utara
Malassezia pachydermatis.
6,7,11,12
Asam lemak bebas dan radikal oksigen reaktif yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri yang merubah flora kulit
normal.
1,4,7,15
Sebagian penulis meyakini bahwa gangguan dalam flora, aktivitas lipase dan radikal oksigen bebas akan berhubungan erat dengan dermatitis
seboroik dibandingkan dengan perubahan respon kekebalan. Hormon dan lipid kulit,
pasien dengan dermatitis seboroik
memeperlihatkan kadar lipid permukaan kulit yang tinggi trigliserida dan kolesterol, tetapi level yang rendah dari asam lemak bebas dan squalene.
7,12
1,4,9,11
Penderita dermatitis seboroik biasanya mempunyai kulit kaya sebum dan berminyak. Seperti yang telah disebutkan di atas, lipid sebum penting untuk
proliferasi Malassezia dan sintesa faktor-faktor proinflamasi sehingga menciptakan kondisi yang sesuai untuk perkembangan dermatitis seboroik.
10-15
Lesi dermatitis seboroik sering dijumpai pada bagian-bagian kulit yang kaya kelenjar sebum.
Dermatitis seboroik paling umum terjadi pada masa pubertas dan remaja, selama periode ini produksi sebum paling tinggi, hal ini berhubungan dengan
hormonal yang meningkat pada masa pubertas, oleh karena itu dermatitis seboroik lebih umum pada laki-laki daripada perempuan, yang menunjukkan
pengaruh androgen pada unit pilosebum.
15-22
Dermatitis seboroik merupakan kondisi inflamasi, yang sebagian besar disertai dengan keberadaan jamur Malassezia dan diduga bahwa reaksi kekebalan
yang tidak tepat bisa memberi kontribusi kepada patogenesis dermatitis seboroik.
6,10,12-16
11,12,14,18
Walaupun mekanisme imunopatogenik yang terlibat dalam perkembangan dermatitis seboroik belum diketahui dengan jelas.
4,6,9,10
Universitas Sumatera Utara
Studi yang dilaksanakan Bergbrant et al. menunjukkan secara langsung gangguan fungsi sel-sel T dan peningkatan sel-sel NK natural killer dalam darah
perifer pasien
dermatitis seboroik dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
5,6,11,12,18
Studi yang sama menunjukkan peningkatan konsentrasi total antibodi IgA dan IgG serum pada pasien penderita dermatitis seboroik, yang juga ditegaskan
oleh beberapa studi lainnya, peningkatan produksi imunoglobulin terjadi sebagai reaksi terhadap toksin jamur dan aktivitas lipase.
6,11,12,18
Faergemann et al. menemukan infiltrasi sel-sel NK natural killer dan makrofag pada bagian-bagian kulit yang terpengaruh , dengan aktivasi lokal yang
bersamaan dari komplemen dan pemicuan sitokin proinflamasi, yang semuanya bisa menyebabkan kerusakan pada epidermal.
5,6,11,12,16,18
Berdasarkan hasil penelitian Gupta AK pada tahun 2004 menunjukkan adanya imunodefisiensi sebagai faktor penyebab prevalensi dermatitis seboroik
lebih tinggi secara signifikan 34-83 .
10
Valia RG menyatakan pasien positip- HIV, dermatitis seboroik yang terjadi gambaran klinisnya lebih berat bahkan
sering mempengaruhi anggota gerak.
1,7,10
Faktor-faktor neurogenik, kejadian dermatitis seboroik pada pasien penderita penyakit parkinson sudah lama diamati secara klinik, terutama pada
pasien penderita dermatitis seboroik yang sudah lama dan berat, menciptakan kondisi yang sesuai terhadap proliferasi Malassezia.
1,7,8
Dermatitis seboroik dapat terjadi pada pasien dengan parkinson, tampak perubahan dalam konsentrasi sebum yang dipicu secara endokrinologik bukan
secara neurologik.
6,12
Hal ini didukung oleh temuan-temuan tentang peningkatan
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi hormon α Melanocyte Stimulating Hormon α-MSH plasma pada
pasien penderita penyakit parkinson, mungkin disebabkan ketiadaan faktor penghambat-MSH sebagai akibat dari aktivitas neuronal dopaminergik yang tidak
cukup.
6,12
Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk pada tahun 2012 dijumpai pengobatan dengan L-dopa berhasil memulihkan sintesa faktor penghambat-MSH
dan mengurangi sekresi sebum pada pasien penderita penyakit parkinson.
12
Efek sebostatik dari L-dopa ini terbatas hanya pada pasien penderita penyakit
parkinson, sementara pada kondisi seborea lainnya seperti jerawat, L-dopa tidak mempunyai efek pada produksi sebum.
12
Lebih jauh lagi, immobilitas wajah pasien penderita penyakit parkinson wajah seperti-masker bisa secara sekunder
menyebabkan peningkatan akumulasi sebum, yang dengan demikian memberi kontribusi tambahan kepada kecenderungan perkembangan dermatitis seboroik.
12
Beberapa laporan menyatakan faktor fisik seperti perawatan PUVA Psoralen Ultraviolet A pada wajah juga dapat memicu dermatitis seboroik.
1
Efek mikrobial, patogenesis dermatitis seboroik masih kontroversial sejak dahulu, kehadiran atau ketidakseimbangan flora berperan dalam penyakit ini,
meskipun beberapa pasien memiliki kultur yang menunjukkan Candida albicans, Staphylococcus aureus, Propionobacterium acnes dan bakteri aerob lainnya,
tetapi tidak berhubungan dengan patogenesis dermatitis seboroik.
Beberapa obat yang dikenal dapat memicu dermatitis seboroik dari laporan
beberapa penelitian seperti laporan dari Picardo M dan Cameli N pada tahun 2008 seperti griseofulvin, simetidin, lithium, metildopa, arsenik, emas, auranofin,
1,18,20
Universitas Sumatera Utara
aurothioglukose, buspiron, klorpromazin, etionamid, baklofen, interferon fenotiasin, stanozolol, thiothixene, psoralen, methoxsalen, dan trioxsalen.
Gangguan proliferasi epidermis, pasien dengan dermatitis seboroik menunjukkan hiperproliferasi epidermis atau diskeratinisasi yang terkait dengan
peningkatan aktivitas kalmodulin, yang juga terlihat pada psoriasis. Ini menjelaskan mengapa pasien dengan dermatitis seboroik yang diterapi dengan
sejumlah obat sitostatik menunjukkan perbaikan.
4
1
Faktor genetik, riwayat keluarga dari dermatitis seboroik seringkali telah dilaporkan, tetapi hanya beberapa tahun terakhir yang memiliki mutasi ZNF750
yang menguraikan protein finger zinc C2H2 yang telah dijelaskan dan mengakibatkan terjadinya dermatosis menyerupai dermatitis seboroik.
1
Beberapa laporan juga menyatakan stres oksidatif yang muncul sebagai akibat dari over produksi oksigen radikal atau mekanisme pertahanan antioksidan
tidak memadai dapat memicu dermatitis seboroik.
1
Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk
Faktor-faktor lainnya yang dapat mencetuskan dermatitis seboroik yaitu aspek musiman; kekambuhan penyakit
lebih umum pada musim gugur dan musim dingin.
1
Kondisi ini dipicu oleh stres emosional dan dahulu dijumpai angka kejadian dermatitis seboroik yang tinggi
dilaporkan pada pasukan perang di masa perang.
1,12
Dari beberapa penelitian kejadian dermatitis seboroik juga sering diamati pada penyakit depresi dan down syndrome, tetapi ini bisa terkait dengan
kecenderungan pasien penderita depresi tetap berada di ruangan tertutup, dan higiene yang buruk.
6,11
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Faktor Resiko Dermatitis Seboroik Faktor Resiko
Deskripsi
Lipid dan hormon Penyebaran lesi pada tubuh berhubungan dengan
penyebaran kelenjar sebaseus, dengan sebum yang berlebihan dijumpai pada skalp, lipatan nasolabial, dada,
alismata dan telinga Sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda ketika kelenjar sebaseus lebih aktif.
Penyakit penyerta Penyakit parkinson
Kelumpuhan saraf kranial Paralisis batang tubuh
Gangguan emosional HIV AIDS
Kanker Pankreatitis alkoholik
Down syndrome
Faktor imunologi Penurunan sel T helper
Penurunan phytohemagglutinin stimulasi concanavalin A Penurunan titer antibodi
Gaya hidup Nutrisi yang buruk
Higiene yang buruk
Dikutip sesuai Kepustakaan No. 13 2.1.4 Gambaran Klinis
Lesi dermatitis seboroik tipikal adalah bercak-bercak eritema, dengan sisik-sisik yang berminyak.
1-10
Penyakit ini suka muncul di bagian-bagian yang kaya kelenjar sebum, seperti kulit kepala, garis batas rambut, alis mata, glabela,
lipatan nasolabial, telinga, dada atas, punggung, ketiak, pusar dan sela paha.
2-8
Pasien sering mengeluhkan rasa gatal, terutama pada kulit kepala dan pada liang telinga.
1,5,6,12
Lesi pada kulit kepala dapat menyebar ke kulit dahi dan membentuk batas eritema bersisik yang disebut “corona seborrheica”.
1,3,12
Dua bentuk dermatitis seboroik bisa terjadi pada dada, tipe petaloid dan tipe pitiriasiform.
1,5
Universitas Sumatera Utara
Tipe petaloid diawali dengan papul-papul folikuler dan perifolikuler merah hingga coklat, yang berkembang menjadi bercak-bercak yang mirip bentuk
mahkota bunga.
1,5,8,12
Tipe pitiriasiform mungkin merupakan bentuk berat dari dermatitis seboroik petaloid.
1,8,12
Tipe ini mempunyai bercak-bercak yang mengikuti garis- garis kulit yang mirip pityriasis rosea.
1,8,12
Dermatitis seboroik juga dapat mengenai liang telinga yang gambarannya seperti dermatitis kronis.
12
Gejala yang umum lainnya dari dermatitis seboroik adalah blefaritis dengan kerak-kerak berwarna kekuningan sepanjang pinggir kelopak mata.
1,5,8,12
Bila hanya manifestasi ini yang ada, maka diagnosis tidaklah sulit.
1,5,8
Varian serius dari penyakit kulit ini adalah exfoliative erythroderma seborrheic
erythroderma. Komplikasi yang utama pada lesi adalah infeksi sekunder, tampak eritema,
eksudat, gangguan kenyamanan dan limfadenopati pada daerah yang terkena.
1,8,12
5,11
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Pola Klinis Dermatitis Seboroik Pola Klinis Dermatitis Seboroik
Bayi • Kulit kepala cradle cap
• Tubuh termasuk daerah fleksor dan popok • Penyakit Leiner
o Nonfamilial
o Disfungsi C5 familial
Dewasa • Kulit kepala
• Wajah termasuk blepharitis • Tubuh
o Petaloid
o Pityriasiform
o Fleksural
o Plak eksematous
o Folikuler
• Generalisata berupa eritroderma
Dikutip sesuai Kepustakaan No. 1
Gambar 2.1 Lokasi Predileksi Dermatitis Seboroik Dikutip sesuai Kepustakaan No. 1
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Diagnosis