2.6.4. Pengobatan TB Paru dan Efek Samping
Pengobatan TB paru bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis OAT. Pengobatan tuberkulosis paru dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal monoterapi. Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap OAT-KDT lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Kombinasi beberapa jenis obat tersebut
terdiri dari ; Rifampisin, INH, Pyrazinamid, Etambutol, Streptomisin. 2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
DOT = Directly Observed Treatment oleh seorang Pengawas Menelan Obat PMO. Pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang
PMO, supaya penderita meminum obatnya secara teratur setiap hari. Minum obat yang tidak teratur dan terputus putus bisa menimbulkan kekebalan kuman terhadap
obat anti TB paru sehingga kuman tidak mati dan penyakit sulit untuk sembuh. Keadaan ini akan sangat membahayakan penderita sendiri maupun masyarakat
sekitarnya. 3. Pengobatan TB paru diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Pada tahap intensif awal pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak
Universitas Sumatera Utara
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB paru BTA positif menjadi BTA negatif konversi dalam 2 bulan.
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini sangat penting untuk membunuh
kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan kembali. Beberapa faktor yang memengaruhi hasil pengobatan yaitu ; luasnya tubuh yang
diserang, jenis, jumlah dan dosis obat yang cukup, teratur dalam menjalankan proses pengobatan, Istirahat yang cukup, perumahan yang sehat, makan-makanan bergizi,
iklim dan faktor psikis. Sebagian besar pasien menyelesaikan pengobatan TB paru tanpa efek samping
yang bermakna, namun sebagian kecil mengalami efek samping. Oleh karena itu pengawasan klinis terhadap efek samping harus dilakukan. Petugas kesehatan dapat
memantau efek samping dengan dua cara. Pertama dengan menerangkan kepada pasien untuk mengenal tanda-tanda efek samping obat dan segera melaporkannya kepada
dokter. Kedua, dengan menanyakan secara khusus kepada pasien tentang gejala yang dialaminya.
Efek samping saat minum obat yang perlu diketahui yaitu; kulit berwarna kuning, air seni berwarna gelap seperti minum air teh, kesemutan, mual dan muntah,
hilang nafsu makan, perubahan pada penglihatan, demam yang tidak jelas, lemas dan keram perut.
Universitas Sumatera Utara
2.6.5. Memastikan Penyakit TB Paru