Pengendalian Hayati oleh Bakteri Kitinolitik

Jamur patogen tular tanah memiliki kisaran inang yang luas dan beberapa diantaranya mempunyai struktur istirahat, sehingga penyakit yang ditimbulkannya menjadi sulit dikendalikan. S. rolfsii merupakan salah satu jenis jamur patogen tular tanah yang dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit pada lebih dari satu jenis tanaman Papuanga, 2008. Rebah kecambah yang disebabkan oleh S. rolfsii merupakan penyakit penting tanaman kedelai, terutama pada musim hujan atau pada lahan yang drainasenya buruk. Infeksi S. rolfsii pada kedelai biasanya mulai terjadi di awal pertumbuhan tanaman dengan gejala busuk kecambah atau rebah kecambah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.1. Pada tanaman kedelai berumur lebih dari 2-3 minggu, gejalanya berupa busuk pangkal batang dan layu, pada bagian terinfeksi terlihat bercak berwarna coklat pucat dan di bagian tersebut tumbuh miselia jamur berwarna putih Punja, 1988; Semangun, 1993. Gejala serangan mulai tampak pada minggu kedua setelah inokulasi yang ditandai dengan mulai membusuknya bagian pangkal batang, yaitu pada batas permukaan tanah, diikuti dengan daun layu secara perlahan-lahan, kemudian menguning dan mati. Pada tingkat serangan yang lebih lanjut pada bagian pangkal batang terlihat adanya miselium jamur dan butir-butir sklerotia yang mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi coklat Ratulangi, 2004.

2.4 Pengendalian Hayati oleh Bakteri Kitinolitik

Pengendalian S. rolfsii umumnya secara mekanis dengan mencabut dan membuang tanaman yang sakit. Cara pengendalian tersebut kurang efektif karena patogen masih mampu bertahan lama di dalam tanah, dengan membentuk organ pembiakan, yaitu sklerotia. Sklerotia merupakan pemampatan dari himpunan miselium jamur, warnanya kecoklatan, berbentuk butiran kecil dengan diameter sekitar 1 mm, berkulit keras, dan mampu bertahan lama dorman di tanah Rahayu, 2008. Pengendalian penyakit tanaman juga dilakukan dengan menggunakan senyawa kimiawi. Namun demikian, penggunaannya yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan upaya penanggulangan alternatif untuk mengendalikan jamur patogen tanaman misalnya dengan memanfaatkan agen pengendali hayati yang lebih ramah lingkungan Papuanga, 2009. Pemanfaatan mikroorganisme untuk mengendalikan penyakit tanaman merupakan bidang yang relatif belum lama berkembang. Pengendalian hayati jamur penyakit tanaman sering menggunakan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri Suryanto, 2009. Selain bakteri penghasil antibiotik, bakteri kitinolitik juga berperan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman Suryanto Munir, 2006. Degradasi kitin dapat dilakukan oleh mikroorganisme kitinolitik dengan melibatkan enzim kitinase. Sebagian besar mikroorganisme ini ialah dari kelompok bakteri, misalnya Streptomyces, Bacillus, Aeromonas, Serratia, dan Enterobacter. Beberapa tumbuhan tingkat tinggi juga dilaporkan memiliki aktivitas kitinolitik. Enzim kitinase yang dihasilkan oleh mikroorganisme kitinolitik memiliki banyak kegunaan. Adanya enzim kitinase memungkinkan konversi kitin menjadi produk yang berguna dalam industri pangan, kosmetik, farmasi dan lain-lain. Aplikasi lainnya dari aktivitas kitinolitik adalah untuk pengendalian jamur patogen secara biologis Pujiyanto Wijanarka, 2004. Bakteri antagonis Serratia marcescens menghasilkan enzim glukanase dan kitinase. Enzim kitinase yang dilepas oleh bakteri antagonis ini akan menyebabkan lisis pada ujung hifa. Bagian ujung hifa, sekat dan percabangan, umumnya peka terhadap penguraian karena enzim Soesanto, 2008. BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat