Jamur Patogen Sclerotium Penyakit Rebah Kecambah pada Kedelai

penguraian kitin berlangsung terus-menerus sehingga tidak terjadi akumulasi kitin dari sisa cangkang udang, kepiting, cumi dan organisme laut lainnya.

2.2 Jamur Patogen Sclerotium

rolfsii Menurut Alexopoulos Mims 1979, Sclerotium rolfsii dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Mycetaceae Divisi : Mycota Kelas : Deuteromycota Ordo : Mycelia Steril Famili : Agonomycetaceae Genus : Sclerotium Spesies : Sclerotium rolfsii Sacc Sclerotium rolfsii memproduksi hifa putih kemudian miseliumnya menginfeksi jaringan tanaman inang yang biasanya setelah 3-4 hari setelah infeksi ketika kondisi kering. Cabang hifa utama umumnya besar 5-9 µm dibandingkan pada banyak kelompok jamur yang biasanya mempunyai diameter hifa 2-4 µm. Sekitar tujuh hari setelah infeksi, hifa mulai membentuk sklerotia. Sklerotia berdiameter 0,5-2 mm, tetapi beberapa dapat berdiameter sampai 8-9 mm. Sklerotia dapat bertahan selama beberapa tahun di dalam tanah, media, atau di tanaman yang terserang. S. rolfsii tidak memproduksi spora aseksual. Pertumbuhan hifa dan sklerotia terjadi pada suhu optimum yang berkisar antara 27-35 o C seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.1. Pada suhu 27 o C di media PDA. Sklerotia terbentuk setelah hari kelima sampai hari ketujuh Mullen, 2001. Menurut Hartati et al., 2008, Sclerotium sp. dapat hidup pada kondisi lingkungan yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh jamur tersebut mampu tumbuh pada kisaran suhu antara 28-35 C, kelembapan 55-100, kisaran pH antara 4-8. Gambar. 2.2.1 Koloni Sclerotium rolfsii a pada media PDA, b menginfeksi kecambah kedelai. Sumber: Agrios 2004 dan Siregar 2011 Jamur tular tanah Sclerotium rolfsii menginfeksi lebih kurang 19 tanaman herba. Jamur ini merupakan suatu patogen yang menyebabkan beberapa gejala penyakit tanaman di wilayah yang bersuhu panas dan bersuhu dingin termasuk Amerika Selatan Edmunds Gleason, 2003.

2.3 Penyakit Rebah Kecambah pada Kedelai

Kebutuhan kedelai semakin meningkat di Indonesia. Oleh karena itu, produksi kedelai perlu ditingkatkan. Salah satu hambatan dalam upaya meningkatkan produksi kedelai adalah serangan penyakit tanaman. Salah satu penyakit tanaman yang sering menyerang kedelai adalah rebah semaikecambah damping off. Menurut Djafaruddin 2008, jamur yang menembus masuk ke akar, tanpa memperlihatkan gejala luar dengan segera, dan kemudian menyerang dan menyumbat sistem jaringan pembuluh pengangkutan, hingga menyebabkan gejala layu dan terbatas pada persemaian dinamakan rebah kecambah. Diantara penyebab damping off pada bibit persemaian yang paling penting kadang-kadang pada tanaman yang lebih tua tampak juga, baik berupa busuk akar atau busuk batang, adalah kelompok jamur yang tergolong kepada cendawan busuk akar root rot dari genera Corticium, Pellicularia, Pythium, Rhizopus, Phoma, Macrophoma, Phytophthora, Vertillicium, Rhizoctonia, dan Fusarium, maupun Sclerotium. Kehilangan hasil kedelai akibat infeksi S. rolfsii diperkirakan mencapai 2.500 tontahun di Indonesia. Intensitas kerusakan tanaman kedelai yang terinfeksi patogen tular tanah seperti S. rolfsii, Fusarium solani, dan Pythium sp. dapat mencapai 35 di Nusa Tenggara Barat Sudantha 1997. b a Jamur patogen tular tanah memiliki kisaran inang yang luas dan beberapa diantaranya mempunyai struktur istirahat, sehingga penyakit yang ditimbulkannya menjadi sulit dikendalikan. S. rolfsii merupakan salah satu jenis jamur patogen tular tanah yang dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit pada lebih dari satu jenis tanaman Papuanga, 2008. Rebah kecambah yang disebabkan oleh S. rolfsii merupakan penyakit penting tanaman kedelai, terutama pada musim hujan atau pada lahan yang drainasenya buruk. Infeksi S. rolfsii pada kedelai biasanya mulai terjadi di awal pertumbuhan tanaman dengan gejala busuk kecambah atau rebah kecambah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.1. Pada tanaman kedelai berumur lebih dari 2-3 minggu, gejalanya berupa busuk pangkal batang dan layu, pada bagian terinfeksi terlihat bercak berwarna coklat pucat dan di bagian tersebut tumbuh miselia jamur berwarna putih Punja, 1988; Semangun, 1993. Gejala serangan mulai tampak pada minggu kedua setelah inokulasi yang ditandai dengan mulai membusuknya bagian pangkal batang, yaitu pada batas permukaan tanah, diikuti dengan daun layu secara perlahan-lahan, kemudian menguning dan mati. Pada tingkat serangan yang lebih lanjut pada bagian pangkal batang terlihat adanya miselium jamur dan butir-butir sklerotia yang mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi coklat Ratulangi, 2004.

2.4 Pengendalian Hayati oleh Bakteri Kitinolitik