Serratia marcescens, Bacillus circulans, Bacillus thuringiensis subsp. pakistani dan Pseudomonas aeruginosa Muharni Widjajanti, 2011. Enzim kitinase yang
dihasilkan oleh mikroorganisme kitinolitik memiliki banyak kegunanaan, karena mampu mengubah kitin menjadi produk-produk yang berguna untuk bidang pertanian,
farmasi dan medis Muharni, 2009.
Enzim kitinase dapat diproduksi dari mikroorganisme kitinolitik yang ditumbuhkan pada media yang mengandung kitin Pujiyanto Wijanarka, 2004.
Beberapa laporan menyatakan bahwa aktivitas kitinase dari Aeromonas caviae efektif digunakan untuk mengontrol serangan jamur patogen Rhizoctonia solani
dan Fusarium oxysporum pada kapas dan Sclerotium rolfsii pada buncis Muharni Widjajanti, 2011 .
1.2 Permasalahan
Pengendalian Sclerotium rolfsii pada kedelai masih dilakukan secara mekanis dan kimiawi Rahayu, 2008; Hardaningsih, 2011. Pengendalian secara mekanis dan
kimiawi tersebut memilki kelemahan yaitu dapat merusak lingkungan dengan residu yang ditinggalkan oleh zat kimia sebagai bahan aktifnya. Pengendalian secara biologi
dengan menggunakan bakteri kitinolitik akan lebih aman dan tidak meninggalkan residu di dalam tanah. Berdasarkan pentingnya pengendalian hayati terhadap tanaman
yang berpenyakit akibat jamur, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan bakteri kitinolitik dalam mengahambat pertumbuhan jamur patogen
Sclerotium rolfsii penyebab penyakit rebah kecambah pada kedelai.
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi bakteri kitinolitik dalam menghambat Sclerotium
rolfsii
penyebab penyakit rebah kecambah pada kecambah kedelai.
1.4 Hipotesis
Bakteri kitinolitik mampu menghambat pertumbuhan jamur patogen Sclerotium
rolfsii
penyebab penyakit rebah kecambah pada kecambah kedelai.
1.5 Manfaat
Dengan diketahuinya kemampuan bakteri kitinolitik mengendalikan pertumbuhan Sclerotium
rolfsii
maka pemakaian pestisida kimia dapat dikurangi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik
Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan artropoda
lainnya, serta bagian dari dinding sel kebanyakan jamur dan alga. Setiap tahun dari perairan laut dihasilkan sekitar 10
11
ton kitin, namun kurang dari 0,1 yang dimanfaatkan kembali. Kitin memiliki struktur yang mirip selulosa. Selulosa tersusun
atas monomer glukosa, sedangkan kitin tersusun dari monomer N-asetilglukosamin. Keduanya memiliki kelarutan sangat rendah dalam air serta mengalami biodegradasi
melalui mekanisme yang hampir serupa dengan melibatkan komplek enzim Toharisman, 2007.
Berbagai mikroorganisme mensekresi metabolit yang dapat mempengaruhi aktivitas dan pertumbuhan patogen. Banyak mikroorganisme menghasilkan dan
mengeluarkan enzim litik yang dapat menghidrolisis sebagian besar senyawa polimer termasuk kitin Pal Gardener, 2006. Kitinase ialah enzim yang mendegradasi kitin
menjadi N-asetilglukosamin. Degradasi kitin dapat dilakukan oleh organisme kitinolitik dengan melibatkan enzim kitinase, seperti dari kelompok bakteri Muharni,
2009.
Bakteri kitinolitik merupakan kelompok bakteri penghasil kitinase yang dapat mendegradasi senyawa kitin. Menurut Toharisman 2007, kitinase dari organisme
laut berperan dalam proses daur ulang kitin. Banyak bakteri dan jamur mengeluarkan kitinase untuk menguraikan kitin menjadi karbon dan nitrogen. Dua senyawa tersebut
selanjutnya dipakai sebagai sumber energi biota lainnya. Dengan adanya kitinase
penguraian kitin berlangsung terus-menerus sehingga tidak terjadi akumulasi kitin dari sisa cangkang udang, kepiting, cumi dan organisme laut lainnya.
2.2 Jamur Patogen Sclerotium