12 diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan
mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pohan,2007:13
1.5.1.2 Pelayanan Kesehatan
Undang-Undang Kesehatan No 23 Tahun 1992 memberikan batasan: kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO yang paling
baru ini, memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik
fisik, mental maupun sosial, dan tidak hannya bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hannya mencapai tiga aspek, yakni: fisik,
mental dan sosial, tetapi menurut Undang-Undang No.231992, kesehatan it mencakup empat aspek yakni fisik badan, mental jiwa, sosial, dan
ekonomi.Notoadmojo, 2007:3 Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hannya diukur dari aspek fisik,
mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum
memasukiusia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja pensiun atau usila usia lanjut, berlaku produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan, misalnya sekolah atau kuliah bagi anak dan remaja, dan kegiatan pelayanan sosial bagi usila. Keempat dimensi kesehatan tersebut saling
mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok,
13 atau masyarakat. Itulah sebabnya maka kesehatan itu bersifat holistik atau
menyeluruh. Wujud atau indikator dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan individu anatara lain sebagai berikut.
a. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan
memang secara klinis tidak sakit. Semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh.
b. Kesehatan mentaljiwa mencakup tiga komponen, yakni:pikiran,
emosional, dan spiritual. Pikiran yang sehat tercermin dari cara berfikir seseorang yakni mampu berfikir logis masuk akal atau berfikir secara runtut. Emosional
yang sehat tercermin dari kemapuan seseorang untuk mengekspresikanemosinya, misalnya takut, gembira, kawatir, sedih dan sebagainya. Spiritual yang sehat
tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap sang pencipta alam dan seisinya Allah Yang Maha
Kuasa. Secara mudah dan spiritual yang sehat itu dapat dilihat dari praktik keagamaan atau kepercayaannya, serta perbuatan baik yang seseuai dengan
norma-norma masyarakat. c.
Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain
tanpa membeda-bedakan ras, suku, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik san sebagainya, saling menghargai dan toleransi.
d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari produktifitas seseorang
dewasa dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara finansial. Bagi anak, remaja dan
usila dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Bagi mereka, produktif disini
14 diartikan mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti,
misalnya sekolah ataupun kuliah bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan atau keagamaan bagi para usila.
Berdasarkan undang-undang kesehatan tersebut, untuk mewjududkan kesehatan maka pemerintah melakukan berbagai upaya.Upaya kesehatan adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dialakukan oleh pemerintah danatau masyarakat. Hal ini berarti, bahwa dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan ini, baik kesehatan individu, kelompok atau masyarakat harus diupayakan. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh
individu, kelompk, masyarakat, baik secara lembaga oleh pemerintah, ataupun swadaya masyarakat LSM.
Dilihat dari sifat, upaya mewujudkan kesehatan tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek, yakni: kuratif pengobatan penyakit, rehabilitatif pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau
cacad. Sedangkan peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek juga, yakni:preventif pencegahan penyakit dan promotif peningkatan kesehatan itu sendiri.
Kesehatan perlu ditingkatkan karena kesehatan seseorang itu relatif dan mempunyai bentangan yang luas. Oleh sebab itu, upaya kesehatn promotif
mengandung makna kesehatan seseorang, kelompok atau individu dan harus selalu diupayakan sampai ke tingkat kesehatan yang optimal.
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan, yang disebut sarana atau pelayanan kesehatan health
services. Jadi, pelayanan kesehatan adalah tempat atau sarana yang digunakan
15 untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Dilihat dari sifat upaya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, pada umumnya dibedakan menjadi tiga yakni:
a. Sarana pelayanan kesehatan primer primary care:
Adalah sarana atau pelayanan kesehatan bgi kasus-kasus atau penyakit-penyakit ringan. Sarana kesehatan primer ini adalah yang paling dekat bagi masyarakat,
artinya pelayanan kesehatan yang paling pertama menyetuh masalah kesehatan di masyarakat. Misalnya: Puskesmas, Poliklinik, dokter praktik swasta, dan
sebagainya. b.
Sarana pelayanan kesehatan tingkat dua secondary care: Adalah sarana atau pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-
penyakit dari kesehatan pelayanan primer. Artinya, sarana pelayanan kesehatan ini menangani kasus-kasus yang tidak atau belum bisa ditangani oleh sarana
kesehatan primer, karena peralatan atau keahliannya belum ada. Misalnya, Puskesmas dengan rawat inap Pus-Kesma RI, Rumah sakit kabupaten, Rumah
sakit tipe D dan C, Rumah Bersalin. c.
Sarana Pelayanan kesehatan tingkat tiga tertiary care Adalah sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus –kasus yang tidak dapat
ditangani oleh sarana-sarana pelayanan kesehatan primer seperti disebutkan diatas. Misalnya, Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit tipe B atau A.
Sarana pelayanan kesehatan primer seperti telah diuraikan diatas, di samping melakukan pelayanan kuratif, juga melakukan pelayanan rehabilitatif,
preventif, dan prmotif. Oleh sebab itu, Puskesmas khususnya melakukan pelayanan kesehatan yang lengkap atau komperehensif preventif, promotif,
16 kuratif dan rehabilitatif. Dilihat dari empat dimensi kesehatan seperti diuraikan
diatas, yakni, fisik, mental, sosial, dan ekonomi, maka pelayanan kesehatan tersebut harus juga melakukan pelayanan kesehatan fisik, mental, sosial, dan
ekonomi. Dalam realita sosial memang keempat aspek tersebut sulit dipisahkan. Oleh sebab itu, pelayanan kesehatan yang baik harus bersifat holistik, artinya
mencakup sekurang-kurangnya pelayanan kesehatan fisik dan mental. Pemberian layanan kesehatan harus memahami status kesehatan dan
kebutuhan layanan kesehatan masyarakat yang dilayaninya dan mendidik masyarakat tentang layanan kesehatan dasar dan melibatkan masyarakat dalam
menentukan bagaimana cara yang paling efektif meneyelenggarakan layanan kesehatan. Masyarakat tidak akan mampu menilai dimensi kompetensi teknis dan