Kehidupan Sosial Ekonomi Mayarakat Desa Banyubiru

45 terletak tidak jauh dari Salatiga mempengaruhi perkembangan umat atau jemaat. Salatiga merepukan salah satu tanah misi Kristenisasi yang sering disebut dengan Salatiga zending . Menjadi persoalan, munculnya titik perbedaan antara ajaran Kristen dengan tradisi Jawa. Pemaknaan yang berbeda akan peristiwa kematian. Bagi orang Jawa peristiwa kematian dimaknai tidak hilang begitu saja, namun ada ritual dan tradisi-tradisi yang menyertaunya, salah satunya ziarah kubur. Bagi Jemaat Kristen, berbagai ritual tentang kematian seperti ziarah kubur tidak perlu, karena orang meninggal tidak butuh doa. Sehingga di sini terlihat jemaat Kristen memiliki titik keberatan akan tradisi Jawa dalam soal ziarah kubur dan menjadi menarik untuk diteliti bagaimana negosiasi identitas mereka.

II. Kondisi Sosial dan Budaya

1. Kehidupan Sosial Ekonomi Mayarakat Desa Banyubiru

Memayu hayuning bawana berperilaku selaras demi keindahan dunia, menjadi konsep atau motto hidup orang Jawa yang cukup penting. Orang Jawa lebih merasa nyaman dengan perilaku dunia yang serba baik, kepada alam maupun kepada sesama manusia. Memayu hayuning bawana menjadi nilai kearifan dalam menanggapi dunia terkecil dalam lingkaran pengaruh masyarakat Amrih, 2008:74. Konsep hidup ini membawa warga Desa Banyubiru sebagai orang Jawa secara komunal menghargai sesamanya. Desa Banyubiru dalam kehidupan bermasyarakat masih sangat menghargai sesama warga. Sebagai contoh ketika ada orang meninggal, mulai dari perawatan jenasah dan penggalian makam dilakukan oleh warga dengan 46 sukarela. Ibu-ibu berkumpul untuk menyiapkan makan sedangkan bapak-bapak dan juga remaja menggali makam bersama. 26 Tradisi semacam ini menuntut warga masyarakat untuk hidup secara komunal, hidup di tengah masyarakat. Hukum sosial dalam masyarakat masih sangat berlaku, seperti yang diungkapkan Bapak Supri Daryono berikut: “Di sini warga takut untuk tidak hidup bersosial di tengah masyarakat. Mereka takut kalau nanti mengalami kesusahan tidak akan dibantu, karena warga selalu niteni atau mengingat-ingat siapa yang tidak pernah hidup bersosial atau membantu warga lain.” 27 Hukum sosial menjadi suatu pengontrol bagi dirinya, manusia selalu merasa diawasi ketika hidup bersosial di tengah masyarakat. Inilah menurut Foucault menjadi panoptik, yaitu sebagai alat pendisiplinan yang memberikan efek kepatuhan bagi kehidupan sosial masyarakat . Menurut Foucault “Panoptik bisa berfungsi sebagai usaha menciptakan penyeragaman dalam hubungan dengan orang di tengah kehidupan sehari-hari ” Foucault, 1995: 205. Disadari atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari muncul ketakutan ketika tidak bersosial di tengah masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Cahyo berikut 28 : “Saya takut kalau tidak ikut membuat makam, nanti kalau ada keluarga saya yang meninggal tidak ada yang membantu yang susah akhirnya ya saya sendiri. Lebih baik semacam ini saling membantu, ini bagi saya sudah aturan hid up bermasyarakat.” Aturan hidup bermasyarakat menjadi usaha pengontrolan dan penyeragaman perilaku sosial masyarakat Desa Banyubiru. Muncul perasaan 26 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Supri Daryono perangkat Desa Banyubiru tanggal 16 Februari 2013 27 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Supri Daryono perangkat Desa Banyubiru tanggal 16 Februari 2013 28 Berdasarkan hasil wawancara dengan Cahyo Warga Banyubiru tanggal 15 April 2013 47 takut ketika tidak hidup bersosial di tengah masyarakat. Selain itu kehidupan secara komunal tampak dalam gotong royong atau kerja bakti. Dalam sebuah pembangunan Desa, warga masyarakat bersama-sama bekerja dengan sukarela. Begitu pula ketika salah satu warga membangun rumah. Ketika pekerjaan itu cukup berat maka dilakukan sambatan yaitu dengan meminta bantuan pada seluruh warga untuk melakukan pekerjaan tersebut. 29 Tradisi semacam ini tidak muncul dengan sendirinya begitu saja, namun terkonstruksikan sejak jaman leluhurnya dahulu. Sehingga ada usaha untuk tetap melestarikan dan menjaga kehidupan sosial masyarakat tersebut. Kelanggengan kehidupan sosial masyarakat ini juga dipengaruhi oleh mata pencaharian dan kehidupan ekonomi mayarakat Desa Banyubiru. Mata pencaharian dan keadaan ekonomi ini menimbulkan keinginan untuk saling membantu sesama warga. Untuk iuran pembangunan desa misalnya, secara nominal tidak disama ratakan tetapi disesuaikan dengan kondisi ekonomi. Begitu pula ketika ada yang perlu dibantu secara ekonomi warga akan bersama-sama suka rela membantu. 30 Secara Ekonomi masyarakat di desa Banyubiru masih banyak yang berkekurangan. Masih banyak warga yang menerima bantuan dari pemerintah. Berikut data keluarga yang menerima bantuan social dari pemerintah 31 : a. Penerima Raskin : 543 KK 32 29 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Supri Daryono perangkat Desa Banyubiru tanggal 16 Februari 2013 30 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Supri Daryono perangkat Desa Banyubiru tanggal 16 Februari 2013 31 Berdasarkan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ Desa Banyubiru Tahun 2011 48 b. Penerima Jamkesma data tahun 2011 : 944 orang c. Penerima Program Keluarga Harapan : 30 orang Memayu hayuning bawa na berperilaku selaras demi keselamatan dunia sebagai nilai kearifan lokal membawa warga Desa Banyubiru untuk meciptakan kesejahteraan bagi sesamanya. Saling membantu baik secara sosial maupun ekonomi menjadi kewajiban bagi dirinya. Hukum sosial seperti pengucilan menjadi alat kekuasaan yang produktif, bagi pihak yang merasa diuntungkan, baik itu instansi maupun pribadi.

2. Tradisi Sedekah Bumi di Desa Banyubiru