Muncul dan Berkembangnya Gereja Kristen Jawa di Banyubiru

85 atau gereja Jawa di Jawa Timur hasil penginjilan Nederla nds Zendelinggenootschap Gereja Kristen Jawi Wetan , yang berakhir pada pembentukan jati diri Gereja Kristen Jawa yang beraliran Gereformeerd.

2. Muncul dan Berkembangnya Gereja Kristen Jawa di Banyubiru

“Kekuasaan berasal dari manapun, bukan karena kekuasaan mencakup segala sesuatu, tetapi karena kekuasaan berasal dari manapun” Foucault, 1978: 93. Bagi Foucault kekuasaan bisa datang dari manapun, begitu pula hadir dan berkembangnya Gereja Kristen di Jawa karena pengaruh kekuasaan yang ada disekitar Banyubiru. Perkembangan Gereja Kristen Jawa Banyubiru tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Salatiga dan juga instansi seperti SPN dan juga Yon Zipur. Salatiga dan instansi di Banyubiru memiliki kekuasaan yang mempengaruhi berkembangnya ajaran Kristen di Banyubiru, karena Salatiga adalah basis kristenisasi di Jawa, bahkan keberadaan Sinode Gereja Kristen Jawa yang berada di Salatiga memiliki pengaruh cukup besar bagi daerah-daerah sekitar. Selain itu, di Salatiga juga berdiri Universitas Kristen Satya Wacana yang didalamnya terdapat Fakultas Teologi sehingga cukup berpengaruh terhadap perkembangan dan penyebaran ajaran Kristen. Banyubiru adalah salah satu daerah yang tidak jauh dari Salatiga, hanya dipisahkan oleh Rawa Pening. Dari Salatiga Membutuhkan jarak waktu 15 menit untuk sampai di Banyubiru. Posisi Geografis ini membuat daerah Banyubiru tidak bisa dilepaskan dari ajaran Kristen, kususnya Gereja Kristen Jawa. 86 Gereja Kristen Jawa GKJ Banyubiru berdiri tanggal 22 Desember 1987. Meskipun sebenarnya tahun 1975 perhimpunan orang-orang Kristen Jawa sudah ada di Banyubiru seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Siswantoro berikut: “GKJ Banyubiru adalah pepantan atau bagian dari GKJ Ambarawa. Pada waktu itu Banyubiru belum ada bangunan Gereja sehingga berada di rumah salah satu tokoh GKJ yaitu Pak Witono sekitar tahun 1975 dengan jumlah kepala keluarga sekitar 10 orang” 66 Perhimpunan atau kelompok ini awalnya hanyalah kelompok doa. Berkembangnya waktu mereka memiliki inisiatif untuk membeli tanah di Dusun Randusari Desa Banyubiru untuk didirikan bangunan gereja di tahun 1987. Salah satu tokoh yamg memperjuangkan adalah pendeta GKJ Ambarawa Bapak Pdt Pinoejadi. Saat ini keberadaan GKJ Banyubiru cukup berkembang dibanding awal-awal berdiri. Ini karena pengaruh Salatiga dan juga banyaknya pendatang dari asrama SPN dan juga Yon Zipur. Ibadat mingguan selalu dilakukan pada hari Minggu, dengan mendatangkan pendeta dari Ambarawa atau daerah lainnya. Selain ibadat mingguan juga diadakan pendalaman Alkitab dari rumah ke rumah setiap hari Kamis. Pendalaman Alkitab tersebut 66 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Siswantoro Jemaat GKJ Banyubiru tanggal 22 Maret 2013 87 mencoba menafsirkan bacaan Alkitab dengan berbagi pendapat sesama jemaat, jadi di sini tidak ada pendeta yag memimpin. 67 Selain kegiatan pendalaman Alkitab, kegiatan pemuda GKJ Banyubiru cukup berkembang. Perkembangan ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Universitas Kristen Satya Wacana. Banyak kaum muda dari Salatiga baik itu mahasiswa atau jemaat lain yang melakukan anjangsana atau kunjunganke daerah Banyubiru. “Kami sering berkunjung ke desa-desa untuk melakukan kegiatan, salah satunya Desa Banyubiru. Tidak bisa ditentukan waktunya kapan, yang penting kami sering melakukan kegiatan bersama. Baik itu Futsal atau olahraga lain antar Gereja, atau melakukan ibadat bersama. Harapannya supaya kaum muda di daerah-daerah juga memiliki kegiatan dan bisa berkembang dalam kehidupan menggerejanya.” 68 Dengan demikian muncul dan berkembangnya GKJ Banyubiru yang mengarah pada pembentukan identitas Kristen Jawa tidak semata-mata begitu saja. Ada berbagai macam pengaruh baik dari Salatiga ataupun misionaris yang membawa ajaran tersebut. Dalam bagian berikutnya akan lebih diperjelas bagaimana misionaris tersebut berkarya dan ajaran apa yang dibawa bagi pembentukan jemaat GKJ Banyubiru. Sehingga terbentuk penyeragaman perilaku dan cara pandang tersendiri bagi jemaatnya baik itu dalam memandang tradisi Jawa maupun hal-hal lainnya. 67 Berdasrkan hasil wawancara dengan Bapak Sudarman Majelis GKJ Banyubiru tanggal 20 Maret 2013 68 Berdasarkan hasil wawancara dengan Valerian Jemaat Muda GKJ Salatiga tanggal 5 April 2013 88

II. Pengaruh dan Proses Pembentukan Identitas Kristen Jawa

1. Hadirnya Gereja Kristen Jawa di Banyubiru

Perkembangan Gereja Kristen Banyubiru dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Tidak hanya letaknya yang berdekatan dengan Salatiga sebagai basis perkembangan ajaran Kristen, namun juga karena faktor- faktor lain. Berbagai faktor tersebut mencakup Misonaris dan cara penyebaran. Kedua faktor ini menjadi kekuasaan yang tidak mendominasi, namun lebih menjadi kekuasaan yang produktif dalam menciptakan pengetahuan. Foucault memandang bahwa “Dalam kekuasaan tidak ada unsur penaklukan dalam bentuk kekerasan atau at uran” Foucault, 1978: 92. Pengaruh dan proses pembentukan identitas Kristen Jawa hadir tanpa adanya proses pemaksaan maupun kekerasan. Namun penaklukan kekuasaan ini hadir melalui dogma yang dibawa oleh para penyebar ajaran Kristen. Di bawah ini akan dibahas bagaimana peran misionaris dalam menciptakan identitas bagi Jemaat GKJ di Banyubiru. Peran misionaris ataupun penyebar ajaran agama dan juga cara penyebaran sangat mempengaruhi keadaan jemaat. Misionaris atau penyebar ajaran Kristen di sini tidak hanya hadir dari kalangan pendeta namun juga kaum awam. Semuanya menjadi kekuasaan yang mempengaruhi pengetahuan jemaat GKJ di Banyubiru, tanpa ada unsur kekerasan dan pemaksaan.