43
Secara umum informan sulit terbuka, enggan bergaul dengan pria dan memiliki perasaan tidak nyaman ketika harus berintearksi
dengan sekelompok pria. Menurut informan pria itu seharusnya bisa melindungi tetapi pada kenyataannya informan tidak melihat fakta
itu. Sejak kecil sebenarnya informan tidak percaya kepada pria ditambah lagi dengan kenyataan bahwa informan tidak menemukan
figure pria yang tepat dalam kehidupannya. Pengalaman penculikan yang dilakukan oleh tukang becak terhadap informan juga
membentuk penguatan akan penilaiannya bahwa pria itu tidak bisa dipercaya.
2. Hubungan Informan Dengan Ayah
Informan melihat bahwa papanya adalah figure pria bagi dia. Dimata informan papanya adalah orang yang sabar. Papa informan jarang
sekali memarahi dia, walaupun sekali waktu jika informan bersalah papanya juga tetap memarahi dia.
Sejak kecil informan merasa dekat dengan papanya, informan merasa papanya lebih sering membela dia daripada kakak dan adiknya.
Ketika meminta sesuatu informan papa informan cenderung menuruti permintaannya. Selain itu ketika papanya ada di rumah dan
tidak lelah informan sering bermain bersama papanya, entah itu bermain boneka kertas ataupun bermain ijak-injakan kaki. Papa
informan juga selama ini sering mengantar jemput untuk sekolah, ke
44
gereja dan persekutuan doa. Kebersamaan dengan papanya membuat informan semakin merasa dekat. Sikap sabar, dekat, pembelaan,
menuruti permintaan, mengantar dan kebersamaan ini membuat informan semakin yakin bahwa papanya sangat sayang dengan
dirinya. ”pokoke papaku mbelani banget aku.” Wawancara 3, 107
”pokoke dulu itu papaku sayang benget nek sama aku.” Wawancara 3, 110
”pokoke sayang banget.” Wawancara 3, 118 ”ya mungkin sayang ya, tapi kalo ke aku tu keliatane lebih sayang
lagi.” Wawancara 3, 137
Ada pengalaman-pengalaman lain yang menguatkan pemikiran informan bahwa papanya sangat sayang dan dekat dengan dia.
Pertama adalah ketika informan diculik olek tukang becak yang tidak dikenalnya. Setibanya di rumah, sambutan yang berbeda dirasakan
oleh informan. Mamanya marah karena informan mau ikut dengan orang yang tidak dikenal sedangkan papanya memluk, menangis dan
berdoa dengan dia, ditambah lagi dengan informasi yang didapat bahwa sebelum informan pulang papanya smepat panik di sekolah
karena mencari informan. Sikap penerimaan dari papanya ini diartikan oleh informan sebagai perwujudan rasa sayang papanya
kepada dia. Juga setelah di rumah, informan menceritakan bahwa semalaman itu papanya menyempatkan diri untuk terus bersama
dengan informan, menemaninya bermain, duduk bersama, memberi
45
makanan yang disukai oleh informan bahkan menemani informan tidur sebari duduk di kursi di sebelah tempat tidur informan. Sikap
yang ditunjukan papanya ini membuat informan semakin yakin bahwa papanya sayang dan sangat sayang dengan dia.
Selain kejadian penculikan itu informan juga melihat perwujudan sayang papanya ketika informan membeli sirup dan kemudian
memecahkannya, reflek tidak memarahi tetapi memberi dukungan untuk belajar membuat informan lebih yakin lagi bahwa papanya
sayang kepada dia. Pernah juga informan ingin membeli es batu. Informan sudah bersepeda tetapi begitu di jalan dia bertemu papanya,
papanya malah memintanya pulang untuk kemudian mengantarnya lagi membeli es batu bahkan menambahkan ice cream dan roti untuk
informan. Sikap mengantar saat papanya lelah dan kepanasan selesai berjualan keliling juga membuat informan semakin dekat dan yakin
lagi bahwa papanya sangat sayang dia. Dalam kebudayaan Cina, kami mengenal istilah Imlek dimana semua
keluarga berkumpul dan saling mengunjungi untuk bersilaturahmi. Informan juga melakukan hal yang demikian, ketika papanya masih
hidup, informan dengan keluarganya pergi bersama ke rumah saudara mereka.
Papa informan meninggal dunia karena menderita penyakit leukimia. Sebelum papanya meninggal, saat itu adalah saat kenaikan kelas.
Informan datang ke rumah sakit dengan menunjukkan nilai
46
rankingnya. Saat itu informan mendapat apresiasi ciuman bangga dari papanya, bahakan informan tahu jika papanya sakit tetapi hari
itu tertawa bahagia dan tampak sehat karena informan naik kelas dan juara.
Ketika berbicara tentang papanya informan banyak terdiam dan emosional, dia terkadang berkaca-kaca dan bercerita dengan sangat
detail seperti menceritakan sebuah kisah yang dihapalnya luar kepala.
”informan terdiam sebentar, sambil menangis kecil” wawancara 3, 109
3. Hubungan Informan Dengan Keluarga Setelah Kehilangan