Hubungan Informan Dengan Lawan Jenis

37 4. Pengambilan informasi seijin informan. Sebelum melakukan wawancara dan observasi peneliti terlebih dahulu meminta ijin kepada informan agar informan merasa nyaman selama proses wawancara dan observasi berlangsung. Peneliti juga memberikan informasi singkat mengenai apa yang akan dilakukan selama proses pengambilan informasi dari informan. 5. Dalam proses verifikasi peneliti memberikan kembali catatan verbatim hasil wawancara kepada informan dengan maksud agar informan mengetahui bahwa informasi yang didapat peneliti sebagai dasar penelitian ini adalah benar-benar dari apa yang diberikan oleh informan.

C. HASIL

PENELITIAN

1. Hubungan Informan Dengan Lawan Jenis

Informan memiliki hubungan dengan lawan jenisnya, dia membaginya dalam beberapa kategori yaitu sebagai teman biasa, sahabat, teman dekat dan sebagai pacar. Menurut informan sahabat lebih dari teman biasa karena lebih banyak masalah pribadi yang bisa dibagikan dengan sahabat. Menurutnya teman dekat adalah lawan jenis yang bergaul dekat tetapi tidak setulus sahabat ”ada maunya”, sedangkan pacar adalah interaksi paling dekat dan mendalam dibanding dengan yang lainnya. 38 Informan pernah berpacaran dengan seorang pria saat dia masih menempuh pendidikan S1 nya, sebenarnya informan sudah lama tertarik dengan pria ini yaitu sejak informan duduk di bangku SMU. Rasa tertarik informan ini ternyata hanya dibalas dengan perasaan sebagai sahabat oleh sang pria. “Pernah, menurutku 1 kali. pacaran” wawancara 1, 168 Dianggap sebagai sahabat ternyata menyakitkan bagi informan, diapun sempat merasa kecewa dan berusaha melupakan si pria itu. Setelah sekian waktu kemudian pria tadi menghampiri informan dan menyatakan isi hatinya bahwa sebenarnya selama ini dia juga tertarik kepada informan. setelah sang pria menyatakan isi hatinya kemudian informan menerima dia karena menurut informan dalam diri pria ini dia menemukan figure yang dia cari selama ini, selain itu informan juga merasa inilah kesempatan baginya untuk berpacaran dengan orang yang selama ini dia sukai. “Soalnya dari aku sudah seneng sama dia lama, dan dulu menurutku dia orang yang aku cari, figure yang aku harapkan tu ada di dia semua, walaupun cuma permukaan. Maksudnya aku ngga ngeliat kedalamannya seperti apa. Bagiku susah sih waktu itu buat nemuin cowok yang kayak dia.” Wawancara 1, 178 Dalam berpacaran informan juga mengalami gesekan dan perbedaan pendapat. Setelah dua bulan mereka berpacaran secara jarak jauh, mereka mengakhiri hubungannya karena adanya permasalah keluarga. 39 Figure pria yang selama ini dia cintai dan sayangi ternyata harus putus karena masalah keluarga, informan menjadi kecewa, menutup hatinya untuk pria dan memutuskan untuk berfokus pada masalah kuliahnya. ”Banyak faktor…masalah keluarga” wawancara 1,242 ”Ngga ada faktor lain” wawancara 1, 243 “Waktu aku putus sih aku sempet kepikiran, ah ya udah aku ngga mau mikirin cowok dulu aku pengennya kuliah, itu yang pertama. Yang kedua bagiku untuk membuka hati sama cowok juga susah.” Wawancara 1, 303 Sejak dia putus informan belum lagi memikirkan untuk berpacaran, hatinya masih ragu akankah dia kembali menjalin hubungan serius dengan pria atau tidak. Harapan dari informan adalah dia bisa menemukan pria yang cocok sesuai figure yang dia harapkan dan bisa selalu ada ketika dibutuhkan oleh informan. Selain pacar infroman juga pernah memiliki teman dekat seorang pria, tetapi setelah tahu bahwa informan berpacaran kemudian hubungan dengan teman dekat ini menjauh. Informan menganggap bahwa teman dekat hubungannya tidak setulus sahabat karena ada harapan tersendiri dari salah satu pihak. Selain pacar informan menganggap ada juga teman yang dekat dan bisa berbagi secara tulus, dia menyebutnya sebagai sahabat. Dalam berinteraksi dengan lawan jenis informan juga memiliki sahabat laki- laki, tetapi jumlahnya sangat terbatas. Bagi informan seorang sahabat 40 harus bisa memberi dukung dan support, menerima apa adanya, bisa mendengarkan dan memberi masukan yang membangun. Interaksi informan dengan lawan jenis terjadi dalam beberapa aspek kehidupannya seperti gereja, campus dan tempat kerja. Di gereja informan memiliki sahabat pria. Menurut informan kesamaan prinsip dasar mereka menjadikan dirinya lebih mudah untuk terbuka dan berbicara masalah yang dalam. Bagi informan seorang sahabat adalah tempat dimana dia bisa bercerita hingga masalah yang terdalam yaitu keluarga. Dengan teman di gerejanya informan merasa leih bisa terbuka, interaksi saling mendukung, saling membangun, dan saling memberi support dirasa informan lebih bisa dilakukan karena prinsip dasar kehidupan mereka yang sama. “Kalo menurutku belum bisa karena beda agama, ya mungkin yang terutama itu. Soalnya menurutku kalo aku sudah nyebut dia sahabat berarti yang paling dalem aku bisa cerita ke dia. Paling dalem kadang menyangkut perinsip hidup, pandangan hidup, tujuan hidup. Nah kalo udah beda, susah buat ngomongin.” Wawancara 1, 118 Di luar gereja informan juga berinteraksi dengan pria, salah satunya adalah di campus. Di campus informan memandang pria sebagaimana pria pada umumnya. Interaksi yang dilakukan lebih besifat umum, seerti berbicara masalah tugas campus, pengalaman kerja dan hal-hal yang terkait perkliahan dan pekerjaan. Sejak S1 sebenarnya informan merasa kurang tertarik dengan kegiatan di campus, sehingga kegiatan yang biasa dia lakukan 41 hanyalah kuliah, mengerjakan tugas lalu pulang. Ketika harus bergaul dengan rekan pria di campusnya informan tampak kurang nyaman dan cenderung menutup diri. Informan bahkan menolak untuk diajak dalam acara-acara yang dia tahu di sana akan banyak bertemu dengan teman-teman pria dari campusnya. Bahkan dalam relasinya dengan lawan jenis di campus informan terkesan acuh dan tidak peduli, hal ini dimunculkan dengan tidak ingatnya informan akan nama teman sekalasnya maupun sikap dan ekspresinya ketika berbicara dengan lawan jenis dari campus. Interaksi informan dengan lawan jenis di campus bisa dikatakan minim. ”Kalau sama temen cowok, bagiku mereka enak buat tukar pikiran untuk masalah diskusi-diskusi. Terus buat ngobrol sebentar, ngga bisa sih aku terbuka cerita sama cowok, ngobrolnya seputar hal umum aja. Mungkin masalah tugas dan pengalaman seputar kegiatan kampus atau pengalaman kerjanya, kan mereka kebanyakan udah lebih tua dari aku dan lebih banyak pengalamannya, itukan aku belum tahu, jadi dari cerita mereka tentang pengalamannya itu aku bisa belajar lebih lagi.” wawancara 2, 39-50 Di tempat kerjanya di sebuah toko perkakas, informan bekerja di bagian keuangan membantu mamanya yang adalah kepala cabang Jogja dan Solo. Hubungan informan dengan rekan kerja yang pria berbeda dengan yang wanita. Dengan karyawan pria informan lebih banyak berinteraksi sebatas pekerjaan. Pemberian tugas dan teguran dilakukan informan kepada karyawannya sesuai dengan tanggung jawab dan tugas informan di toko tersebut. Informan memiliki penilaian yang kurang baik dan cenderung negatif kepada karyawan 42 pria di tokonya. Informan menilai bahwa karyawan pria di tokonya tidak menghargai wanita. Informan menilai dari cara mereka bercanda seolah-olah kurang menghargai wanita. Informan juga merasa bahwa dirinya diremehkan oleh karyawan toko karena dirinya perempuan, sikap meremehkan ini informan terima dalam bentuk tegurannya salam hal pekerjaan tidak didengarkan dengan baik sehingga terjadi kesalahan yang berulang. “Kalau di tempat kerja mungkin aku mandang laki mungkin sempet rada negatif, soalnya karena tingkah lakunya sama bercandanya menurutku kurang begus…kurang menghargai cewek.” Wawancara 2,4-7 “Setelah Ts keluar, Db duduk di mejanya dan sedikit mengeluh karena kinerja beberapa karyawan menurutnya tidak bagus dan cenderung meremehkan, Db beranggapan bahwa apakah karena dirinya perempuan maka bisa diremehkan.” Observasi 8, 51-55 Informan menilai bahwa karyawan wanita sebenarnya lebih baik dari pria, karyawan wanita dianggap lebih bisa dipercaya dan bertanggung jawab. Di lingkungan pekerjaan informan adalah orang yang tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain jika penjelasan itu dianggapnya sebagai suatu pembelaan saja. Ketika disibukkan dengan tanggung jawab dan pekerjaannya informan tidak mau terganggu dengan apa yang bukan menjadi tanggung jawabnya. Penilaian negatif informan terhadap karyawan pria di tempatnya bekerja membuat informan tidak bertegur sapa dengan mereka, dan memilih langsung pulang ketika jam pulang ataupun langsung masuk ke ruangannya ketika dia datang. 43 Secara umum informan sulit terbuka, enggan bergaul dengan pria dan memiliki perasaan tidak nyaman ketika harus berintearksi dengan sekelompok pria. Menurut informan pria itu seharusnya bisa melindungi tetapi pada kenyataannya informan tidak melihat fakta itu. Sejak kecil sebenarnya informan tidak percaya kepada pria ditambah lagi dengan kenyataan bahwa informan tidak menemukan figure pria yang tepat dalam kehidupannya. Pengalaman penculikan yang dilakukan oleh tukang becak terhadap informan juga membentuk penguatan akan penilaiannya bahwa pria itu tidak bisa dipercaya.

2. Hubungan Informan Dengan Ayah