Konformitas sebagai Moderator HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI, KONFORMITAS, DAN

43 meningkatnya konformitas pada remaja yang memiliki harga diri yang rendah, maka kemungkinan untuk melakukan pembelian impulsif juga meningkat. Pembelian impulsif rentan terjadi saat remaja putri berbelanja bersama teman-temannya di sebuah toko karena remaja putri lebih sering menghabiskan waktu berbelanja Lin Chuang, 2005; Lin Chen, 2012 bersama teman-temannya. Remaja putri cenderung membeli secara impulsif karena takut dinilai negatif oleh kelompoknya Lin Chen, 2012 Berdasarkan paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja putri yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung tidak melakukan konformitas sehingga pembelian impulsif rendah. Sedangkan remaja putri dengan harga diri yang rendah cenderung melakukan konformitas sehingga pembelian impulsif meningkat. Gambar 1 Model Konformitas sebagai Mediator

2. Konformitas sebagai Moderator

Berdasarkan struktur hubungan antara harga diri, konformitas, dan pembelian impulsif, kerangka kerja konformitas sebagai moderator menunjukkan bahwa pembelian impulsif terjadi dikarenakan adanya Harga Diri Pembelian Impulsif Konformitas 44 interaksi antara harga diri dan konformitas. Oleh karena itu, hubungan antara harga diri dengan pembelian impulsif dimoderasi oleh konformitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rambe dalam Hafiyah, 2009 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara bentuk konformitas dengan tingkat harga diri yang dimiliki oleh individu. Tidak selalu pelajar dengan harga diri rendah menampilkan konformitas, begitu juga tidak selalu pelajar dengan harga diri tinggi tidak menampilkan konformitas Hafiyah, 2009. Oleh karena itu remaja dengan harga diri yang tinggi maupun rendah dapat memiliki konformitas yang tinggi maupun rendah juga. Remaja putri yang memiliki harga diri yang tinggi dan melakukan konformitas, maka perilaku pembelian impulsifnya menjadi rendah. Hal tersebut dikarenakan remaja putri yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung mampu membangun relasi secara sosial sehingga dapat melakukan penyesuaian yang baik dalam bersosial, mengikuti dan menyesuaikan aturan yang telah dibuat oleh lingkungan sehingga dapat dijadikan panutan oleh lingkungannya. Tidak hanya itu, remaja putri yang memiliki harga diri tinggi dapat menunjukkan identitas dirinya ketika bersama teman-temannya, merasa yakin pada dirinya, tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, dan dapat menyelesaikan permasalahan Coopersmith, 1967; Santrock, 2007; 2012. Oleh karena itu, remaja putri dengan harga diri yang tinggi memiliki kesempatan untuk memilih konformitas mana yang akan dipilih sehingga mereka tidak akan selalu 45 mengikuti konformitas yang negatif. Dalam hal ini, contoh konformitas yang positif seperti belajar bersama kelompok, berorganisasi Santrock, 2002, membeli aksesoris bersama teman-teman Natalia, 2009 atau pergi berkumpul dengan teman. Oleh karena itu, pembelian impulsif yang rendah bukan berdasarkan tingkat konformitas yang tinggi, melainkan berdasarkan tingkat harga diri yang tinggi pada remaja putri tersebut. Remaja putri yang memiliki harga diri yang tinggi dan memilih untuk tidak melakukan konformitas. Remaja putri ini memiliki pribadi yang tidak mudah terpengaruh dengan orang lain mengenai pernyataan negatif maupun positif tentang dirinya. Mereka juga dapat menerima kritik dengan baik, mengekspresikan diri sendiri secara mandiri, aktif, mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang sekitar Coopersmith, 1967. Berdasarkan pribadi yang telah disampaikan tersebut, maka kemungkinan untuk terjadinya pembelian impulsif semakin rendah. Hal tersebut didukung dengan adanya penelitian yang menjelaskan bahwa semakin rendah tingkat konformitas seseorang maka pembelian impulsif juga akan rendah Sihotang, 2009; Astasari Sahrah, 2009. Pembelian impulsif yang rendah bukan hanya karena tingkat konformitas yang rendah saja, melainkan juga dikarenakan remaja putri memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Sedangkan remaja putri yang memiliki harga diri yang rendah dapat memilih untuk melakukan konformitas. Remaja-remaja putri ini cenderung mudah bergantung pada lingkungan, tidak memiliki keberartian 46 sebagai individu, kurang dapat mengekspresikan diri, kurang yakin akan kemampuan dirinya, mudah terpengaruh dengan perkataan teman- temannya, mudah terasingkan Coopersmith, 1967, dan mudah mengeluh ketika tidak dapat melakukan sesuatu, serta lebih suka menerima hasil perilaku orang lain daripada memulai tindakan sendiri Baron, Byrne Branscombe, 2006. Remaja putri seperti ini cenderung akan melakukan konformitas agar dirinya mendapatkan kenyamanan bersama teman- temannya sehingga cenderung lebih berani melakukan suatu hal Gunarsa Gunarsa, 2009. Biasanya, remaja yang melakukan konformitas cenderung melakukan tindakan negatif Santrock, 2002; King, 2010 dan berdampak negatif Constanzo dalam Worchel Cooper, 1979 terlebih pada mereka yang memiliki harga diri rendah karena mereka tidak ingin mengalami penolakan secara sosial Asch dalam Aronson, Wilson Akert, 2005 dan dinilai negatif Lin Chen, 2012 oleh kelompok acuan. Remaja putri bersedia melakukan apapun yang menjadi aturan dari kelompok tersebut Sears dkk, 1985. Oleh karena itu, dengan meningkatnya konformitas pada remaja yang memiliki harga diri yang rendah, maka kemungkinan untuk melakukan pembelian impulsif juga meninggi. Pembelian impulsif meningkat tidak hanya dikarenakan tingginya konformitas saja melainkan rendahnya harga diri remaja putri juga meningkatkan pembelian impulsif. Sedangkan remaja putri yang memiliki harga diri yang rendah dapat memilih untuk tidak melakukan konformitas sehingga pembelian 47 impulsif yang dilakukan juga akan rendah. Hal tersebut dikarenakan remaja putri yang memiliki harga diri yang rendah cenderung tidak yakin akan diri sendiri, kurang yakin dalam melakukan sesuatu, kurang dapat bertanggung jawab ketika melakukan tindakan yang yang berdampak negatif, selalu mengeluh Baron, Byrne Branscombe, 2006, cenderung lebih inferior, memiliki ketakutan dalam berelasi dengan sosial, kurang dapat mengekspresikan diri, kurang berarti dimata orang lain, kurang dijadikan panutan dan adanya penolakan dari lingkungan Coopersmith, 1967; Brown dalam Passer Smith, 2007 sehingga mereka memilih untuk tidak melakukan konformitas dan pembelian impulsif kemungkinan tidak terjadi. Selain itu, beberapa penelitian konformitas dan pembelian impulsif menunjukkan korelasi yang positif. Dalam hal ini berarti jika konformitas seseorang rendah maka pembelian impulsif akan rendah juga Sihotang, 2009; Astasari Sahrah, 2009. Berdasarkan penjelasan mengenai konformitas sebagai moderator, maka dapat disimpulkan bahwa remaja putri dengan harga diri yang tinggi, tingkatan konformitasnya tidak memiliki pengaruh terhadap pembelian impulsif sehingga pembelian impulsifnya rendah. Di sisi lain, remaja putri dengan harga diri yang rendah, tingkatan konformitasnya dapat mempengaruhi pembelian impulsif sehingga pembelian impulsif meningkat. 48 Gambar 2 Model Konformitas sebagai Moderator

F. PERTANYAAN PENELITIAN