Perumusan Tujuan Kegunaan Skala

pemberlakukan Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM ini yang pertama kali digagas oleh PEMKOT Pemerintah Kota Surabaya.

1.2 Perumusan

Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah sikap pegawai pemerintah Surabaya tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada pemberitaan diharian surat kabar Jawa Pos?”.

1.3 Tujuan

Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap pegawai pemerintah Surabaya tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTMpada pemberitaan diharian surat kabar Jawa Pos.

1.4 Kegunaan

Penelitian Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau landasan pemikiran pada ilmu komunikasi terutama topik bahasan yang berhubungan dengan sikap pegawai pemerintah Surabaya tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada harian surat kabar Jawa Pos dan sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan dalam penilitian selanjutnya. 2. Kegunaan Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bisa menambah pengetahuan masyarakat pada umumnya dan pegawai pemerintah pada khususnya bahwa media massa yang perlu perhatian, pengertian dan pemikiran yang luas didalam menikmatinya, terutama berita‐berita yang berisikan tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM. 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan

Teori 2.1.1 Surat Kabar dan Karakteristiknya Berdasarkan pendapat Effendy, 1993 : 93 komunikasi massa mass comunication adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan untuk umum, dan film yang dipertunjukan di bioskop ‐bioskop. Untuk itu fungsi komunikasi massa adalah untuk menyampaikan suatu informasi dalam jangkuan yang luas dimana komunikasi tidak diketahui secara pasti jumlahnya dan tersebar diberbagai daerah atau penjuru. Berdasarkan pengertian tersebut menunjukan bahwa komunikasi massa dapat berlangsung dan diperlukan saluran yang memungkinkan disampaikannya pesan pada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media massa yang menurut bentuknya dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1. Media cetak printed media, yang meliputi : surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur dan sebagainya. 2. Media elektronik seperti radio, televisi dan film. Batasan surat kabar menurut Asegraff, 1991 : 140 adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita‐berita, karangan‐karangan dan iklan, yang dicetak dan terbit secara tetap atau periodikda dijual untuk umum. Menurut Effendy, 2003:81‐83 dalam komunikasi massa mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Komunikasi Massa bersifat umum 2. Pesan yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang, tidak ditujukan untuk perorangan atau golongan tertentu sehingga kemasan pesan tersebut untuk umum 3. Komunikator Melembaga Komunikator disini tidak bertindak atas nama pribadi atau perorangan saja melainkan organisasi yang merupakan suatu kerja tim. 4. Komunikator Bersifat Heterogen Media massa dalam komunikasi massa merupakan kumpulan orang‐ orang yang heterogen, tinggal dalam komunikasi yang berbeda, baik itu jenis kelamin, tingkat status sosial ekonomi, usia dan sebagainya. Heterogenitas dari khalayak pembaca merupakan kesulitan yang paling sering dihadapi karena setiap individu dari khalayak selalu berkeinginan agar kebutuhan terpenuhi. 5. Menimbulkan Keserempakan Keserempakan merupakan kontak atau hubungan dengan sejumlah komunikasi pada saat yang sama untuk memperhatikan pesan yang disampaikan pada mereka. 6. Prosesnya Berlangsung Satu Arah Prosesnya tidak menimbulkan umpan balik, kalaupun ada jelasnya secara tertunda. Menurut Mc. Quail memberi pengertian surat kabar dalam arti sempit adalah suatu lembaga atau organisasi yang termasuk dalam media massa cetak, yang menyebarkan berita sebagai kata juralistik berupa lembaran, karangan dan iklan yang disebarluaskan secara umum Mc. Quail, 1994 : 153. Saat ini surat kabar telah berkembang hingga terdapat beberapa jenis, yang dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, misalnya menurut frekuensi terbit harian, mingguan, bulanan, bentuk standart atau tabloid, kelas ekonomipembacanya, peredarannya lokal atau nasional, penekanan isinya ekonomi, kriminal, agama, atau politik dan umum dan sebagainya Kasali, 1992 : 100. Disamping itu pada dasarnya surat kabar tersebut mempunyai ciri‐ ciri dan keunggulan. Adapun ciri‐ciri dari surat kabar itu yaitu sebagai berikut : 1. Publisitas Yang dimaksud dengan publisitas publicityadalah penyebaran pada publik atau khalayak. Karena diperuntukan, maka sifat surat kabar adalah umum. Isi surat kabar terdiri dari segi lembaranya jika surat kabar mempunyai halaman yang binyak, isinya juga dengan sendirinya pula akan memenuhi kepentingan khalayak yang lebih banyak. 2. Periodesitas periodicity Adalah ciri surat kabar yang kedua. Keteraturan terbitnya surat kabar bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari, dapat pula satu kali atau dua kali seminggu. Penerbitan lainnya seperti buku umpamanya, tidak disebar secara periodik, tidak teratur, karena terbitnya satu kali. Kalupun ada yang diterbitkan lebih dari satu kali, terbitnya itu tidak teratur. Jadi terbitan seperti buku mempunyai khas periodesitas, meskipun disebarkan kepada khalayak dan isinya menyangkut kepentingan umum. 3. Heterogenitas Yang dimaksud heterogenitas sebagai ciri ketiga surat kabar yaitu bahwa surat kabar mempunyai segmentasi atau menjangkau menerpa semua khalayak dengan berbagai macam tingkat sosial, ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. 4. Universalitas Yang dimaksud dengan universalitas universality sebagai ciri ketiga surat kabar adalah kemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia. Sebuah penerbitan berkala yang isinya mengkhususkan dari pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak termasuk pada surat kabar. Adalah benar bahwa berkala tersebut diperuntukkan khalayak terbit secara periodik, tetapi ciri khas universalitas tidak ada, sebab lainnya mengenai suatu aspek kehidupan saja. 5. Aktualitas Aktualitas actuality sebagai ciri dari surat kabar adalah mengenai berita yang disiarkannya. Aktualitas, menurut kata asalnya, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Kedua‐duanya sangat erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. Berita adalah laporan yang mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang melaporkan harus benar. Tetapi yang dimaksudkan dengan aktualitas sebagai ciri khas surat kabr adalah pertama, yakni kecepatan laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita. Hal‐hal yang disiarkan media cetak lainnya bisa saja mengandung kebenaran, tetapi belum mengenai sesuatu yang baru terjadi. Pada kenyataannya, memang isi surat kabar beraneka ragam, selain berita juga terdapat artikel, cerita bersambung, cerita bergambar, teka‐teki dan lainnya yang bukan merupakan laporan cepat. Kesemuannya itu sekedar untuk menunjang upaya pembangkitan minat agar surat kabar bersangkutan dibeli orang. 6. Terdokumentasi Yang dimaksud terdokumentasi sebagai ciri surat kabar yang kelima yaitu bahwa surat kabar dapat didokumentasikan atau disimpan. Dari berbagai fakta yang disajikan di surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak‐ pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau dibuat kliping Effendy, 2003 : 91. Keunggulan dari surat kabar, yaitu sebagai berikut : 1. Jangkauan distribusi surat kabar yang tidak terbatasi. 2. Harga satuan surat kabar murah dan dapat dibeli eceran. Secara mikro surat kabar dapat hadir diseluruh kota besar di Indonesia dan memenuhi sasaran informasi secara general, yakni khalayak yang memiliki. Karena beragamnya media massa, media cetak surat kabar sebagai media massa yang statis dan mengutamakan pesan‐pesan visual, memiliki beberapa kelebihan yang dapat dipilih oleh khalayak sebagai tempat pemenuhan kebutuhan. Media cetak surat kabar adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan oleh orang lain dan rekaman peristiwa yang dianggap oleh para jurnalis diubah dalam bentuk kata‐ kata, gambar, foto dan sebagainya, dengan kata lain pesan‐pesan dalam media cetak adalah terdokumenter. Fungsi surat kabar sebagai media massa menyebutkan pers sebagai penyebar informasi yang obyektif dan edukatif, melakukan kontrol sosial yang konstruktif menyalurkan aspirasi mayarakat, meluaskan komunikasi dan peran serta positif bagi masyarakat Rachmat, 1993 : 217. Sementara Rachmadi. 1990 : 78 dalam perbandingan sistem pers menunjukan empat fungsi pers, yaitu : 1. Fungsi Informasi Menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang aoa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia. 2. Fungsi Mendidik Bahwa fungsi surat kabar adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui informasi yang disampaikan dalam menunjang pendidikan masyarakat. Akan ditemukan pada artikel ilmuwan, tajuk rencana atau editorial dan rubrik opini. 3. Fungsi Hiburan Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian komik, kartun dan cerita‐cerita khusus. 4. Kekuatan umum media massa sebagai alat kontrol sosial terletak pada fungsinya sebagai pengawas lingkungan disekitar masyarakat.

2.1.2 Pengertian

Sikap Sikap merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap biasanya berupa orang, situasi informasi, maupun kelompok Sobur, 2003 : 361. Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya untuk mengubah sikap seseorang Sobur, 2003 : 362 . Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek ‐aspek tertentu dalam lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah evaluatif terhadap objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap‐hadapan dengan objek sikap. Tujuan perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap seseorang, tetapi juga oleh harapan lingkungan sosialnya terhadap perilakutersebut, norma‐ norma subjektif, serta kemampuannya untuk melakukan perilaku itu, yakni penilaian perilaku sendiri Van Den Ban dan Hawkins, 1999 : 106‐ 107. Pada hakikatnya, sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagi komponen, dimana komponen‐komponen tersebut ada tiga, yaitu Gito Sudarmo, 2000 : 24‐25 : 1. Komponen Kognitif Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankanpada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkunganya. 2. Komponen Afektif Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai‐nilai kebudayaan dan sistem nilai yang dimiliki. 3. Komponen Konatif Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak terhadap lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan, menentang, melaksanakan dengan baik dan sebagainya. Apabila dihubungkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana suatu pesan isi atau contents yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu pada komunikan. Dampak tersebut antara lain Rachmat, 2005 : 219 : a. Dampak Kognitif Adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi. b. Dampak Afektif Timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikatorbukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tapi juga tergerak hatinya. c. Dampak Konatif Merujuk pada behavioralatau perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola‐pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku. Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu : a. Respon positif jika seseorang menyatakan setuju b. Respon negatif jika seseorang menyatakan tidak setuju c. Respon netral jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang sesuatu objek Effendy, 1993 : 6‐7.

2.1.3 Pegawai

Pemerintah Kota Surabaya Surat kabar sebagai salah satu alat komunikasi memeliki ciri khas, yakni berkemampuan untuk memikat khalayak secara serempak simulation dan serentak instantaneous Effendy, 1993 : 313. Maka dalam hal ini khalyak yang dimaksud adalah pembaca surat kabar. Pembaca sebagai khalayak media massa merupakan komponen yang paling banyak meminta perhatian, karena jumlahnya yang banyak serta sifatnya yang heterogen dan banyak sekali jumlahnya, berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok demografis Mc Quail, 1987 : 33. Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentusebagai penerima pesan yang disampaikan seraya menerima setiap secara inderawi dan secara rohani. Yang dimaksudkan inderawi disini adalah diterimanya suatu pesan yang jelas bagi indera mata, sedangkan yang dimaksud dengan rohani ialah sebagaiterjemahan dari bahasa asing. “Accepted”, yaitu diterimanya suatu pesan yang sesuai dengan kerangka referensinya Frame of reference, paduan dari usia, agama, pendidikan, kebudayaan, dan nilai‐nilai kehidupan lainnya. Kerangka referensi tertentu menimbulkan kepentingan dan minat Interest tertentu Effendy, 2003 : 315. Dalam penelitian ini yang menjadi target adalah pegawai pemerintah. Pegawai pemerintah merupakan dari bagian masyarakat yang bekerja dibidang pemerintah atau yang biasa disebut dengan Pegawai Negeri Sipil PNS. Banyak diantara masyarakat Surabaya yang mata pencahariannya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, baik laki‐laki maupun perempuan, mulai dari umur dewasa hingga usia yang matang. Masa kerja Pegawai Negeri Sipil hingga usia 56 tahun. Banyak masyarakat yang memilih bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dikarenakan adanya tunjangan hari tua, sehingga banyak dari masyarakat yang tergiur untuk mendapatkan tunjangan hari tua.

2.1.4 Berita

Berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrist yang dalam bahasa inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau tidak terjadi. Sebagian ada yang menyebutkan dengan Vrita yang dalam bahas Indonesia kemudian menjadi berita atau warta. Menurut bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwadarminto, “berita” berarti kabar atau warta, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi “laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Jadi berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi Djuroto, 2002 : 46. Prof. Mitchel V. Charnley dalam bukunya “reporting” memberikan batasan definisi berita sebagai berikut : “News is the timely report of facts or opinion either interst or importance, or both, to a considerable number of people” 1965 : 24. berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua‐duanya, bagi sejumlah besar penduduk Effendy, 1982 : 24. Djafar H. Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini, mendefinisikan berita dalam arti jurnalistik, sebagai berikut : “Berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang kemudian dapat menarik pembaca. Entah karena luar biasa karena penting atau akibatnya karena mencakup segi‐segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan” Assegaff, 1982 : 24 . Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal sedikit saja, yang kedua bahwa berita itu bisa menceritakan segala aspek secara lengkap. Biasanya suatu media lebih menyukai peristiwa besar atau penting terjadi dalam skala waktu yang sesuai dengan jadwalproduksi normal, serta menyukai pula peristiwa yang paling mudah diliput dan dilaporkan serta mudah dikenal dan dipandang relevan Djuroto, 2002 : 48. Faktor yang berkaitan dengan aliran lain, adalah kedekatan media terhadap peristiwa yang sesuai dengan harapan yang dimiliki khalayak, keinginan utnuk melanjutkan peristiwa yang sudah terjadi, yang dipandang layak diberitakan keinginan adanya kesinambungan diantara berbagai jenis berita Mc. Quail, 1991 : 193. Ditegaskan bahwa News Must Be Factual, maka ditarik kesimpulan bahwa berita atau sesuatu dikatakan berita bila ada fakta, interest, dan komunikan atau khalayak Mc. Quail, 1991 : 120. Dalam upaya menarik perhatian pembaca perlu diperhatikan unsur ‐unsur penting dalam berita antara lain : 1. Faktual Isi berita harus merupakan suatu yang berdasrkan fakta, bukan fakta yang dibuat‐buat. Suatu berita harus sesuai dengan fakta yang sebenarnya, jujur, tanpa parasangka, dan tidak mendramatisir. 2. Objektifitas Apa yang dilihat dan didengar itulah yang akan ditulis seorang wartawan menjadi sebuah tulisan yang berisi pemaparan dan penguraian peristiwa atau pendapat. Suatu berita yang objektif tidak dicampuri dengan sifat subjektifitas atau opini pribadi dan peliput beritanya. 3. Nilai Berita Suatu berita akan dianggap penting jika menyangkut kepentingan orang banyak. Berita yang bernilai harus terdapat keterikatan dengan kepentingan umum. Sebuah berita dianggap bernilai jika berita itu merupakan kejadian atau peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat yang luas, atau dinilai perlu diketahui dan diinformasikan kepada khalayak seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan sebagainya. 4. Aktual Jarak antara terjadinya peristiwa ataupun suatu pendapat saat diucapkan dengan saat diturunkannya berita itu, hendaknya secepatnya sebab jika terlewati beberapa hari saja terutama berita peristiwa, maka nilai aktualitasnya sudah basi. 5. Menarik Berita yang disajikan harus berisi peristiwa atau pendapat yang memang menarik perhatian sebagianbesar pembaca. Biasanya berita yang menarik adalah tentang sesuatu yang belum pernah terjadi. Suatu berita dikatakan menarik apabila informasi yang disajikan membangkitkan kekaguman, rasa lucu, atau humor atau informasi mengenai pilihan hidup.

2.1.5 Pemberitaan

Diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Mengenai Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM Dalam hal ini pemberitaan tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM di harian Jawa Pos telah diatur dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, peraturan daerah kota Surabaya nomor 4 tahun 2004 tentang penyidik pegawai negeri sipil daerah dan undang ‐undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Juga guna meningkatkan kesehatan masyarakat Kota Surabaya, diperlukan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk senantiasa membiasakan hidup sehat. Bahwa merokok dapat menyebabkan terganggunya atau menurunnya kesehatan masyarakat bagi perokok maupun yang bukan perokok. Bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, maka Pemerintah Daerah wajib mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Bahwa dalam rangka menghormati hak ‐hak perokok, maka perlu diatur pula ketentuan‐ketentuan mengenai Kawasan Terbatas Merokok.

2.1.6 Teori

S‐O‐R Teori S‐O‐R awalnya berasal dari psikologi, karena adanya kesamaan objek material dari psikologis sama maka teori ini menjadi kajian teori ilmu komunikasi. Yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen ‐komponen opini, sikap, perilaku, afeksi, konasi, dan kognitif. Teori S‐0‐R sebagai singkatan dari Stimulus‐Organism‐Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen ‐komponen : sikap, opini perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi Effendy, 2003 : 254‐255. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi jadi unsure‐unsur dalam model ini Effendy, 2003 : 254‐255 adalah : a. Pesan Stimulus, S b. Komunikan Organism, O c. Efek Response, R Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah Aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate , dalam hal ini how to change the attitude bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar‐benar melebihi semula. Menurut Mar’at dalam Effendy 2003 : 254‐255 , yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting, Effendy, 2003 : 254‐255 yaitu : a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Teori S.O.R dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Model Teori S‐O‐R Effendy, 2003 : 255 Menurut gambar kerangka model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa isi pesan yang berisi himbauan pada para remaja mengenai pentingnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri dari komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi Effendy, 2003 : 256. Pada penelitian ini, masyarakat yang menjadi objek dalam penelitian ini berfungsi sebagai organisme yaitu pihak yang menerima rangsangan atau stimulus dari surat kabar berupa pemberitaan tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Respon :  Kognitif  Afektif  Konatif Organisme :  Perhatian  Pengertian  Penerimaan Stimulus Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM. Selanjutnya masyarakat akan memproses stimulus yang diterimanya dan pada akhirnya akan memberikan respon atau tanggapan atas pemberitaan tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM.

2.1.7 Kerangka

Berpikir Penelitian yang dilakukan saat ini adalah meniliti mengenai sikap pegawai pemerintah Surabaya tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada harian surat kabar Jawa Pos. Adapun kerangka berpikirnya sebagai berikut : Dengan tingkat penduduk yang semakin besar, semakin sulit berkomunikasi secara interpersonal, dan secara tidak langsung peran komunikasi massa sebagai sarana penyampaian informasi mengenai diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada harian surat kabar Jawa Pos. Dan dalam penelitian ini, peneliti ingin meniliti tentang sikap pegawai pemerintah Surabaya tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada harian surat kabar Jawa Pos, karena stimuli yang ada dalam hal ini pesan akan diterima bila ada perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang menjadi objek dalam hal ini, selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadinya perubahan sikap oleh khalayak tersebut yang dalam penelitian ini adalah pegawai pemerintah di Surabaya. Teori S‐O‐R singkatan dari Stimulus‐Organism‐Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan kognitif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu Sendjaja, 1999 : 71, dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan. Untuk lebih jelasnya dapat diterapkan dalam bagan sebagai berikut : Gambar 2.2 Kerangka Berpikir sikap pegawai pemerintah Surabaya tentang diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada harian surat kabar Jawa Pos. Perubahan Sikap Pegawai Pemerintah Kota Surabaya Setelah Membaca Berita tentang diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR dan Kawasan Terbatas Merokok KTM di surat kabar Jawa Pos Berita tentang diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR dan Kawasan Terbatas Merokok KTM Pegawai Pemerintah Surabaya Sebagai Pembaca Surat Kabar Jawa Pos 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi

Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi operasional disini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari variabel penelitian. Pada penelitian sikap Pegawai Pemerintah kota Surabaya terhadap pemberitaan Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada harian surat kabar Jawa Pos metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu, kemudian menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variable tertentuBungin, 2001;48.

3.1.1 Sikap

Pegawai Pemerintah Kota Surabaya Tentang Pemberitaan Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada Harian Surat Kabar Jawa Pos Sikap pegawai pemerintah kota Surabaya tentang diberlakukannya peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada harian surat kabar Jawa Pos dilihat dari seluruh aspek sikap meliputi kognitif yaitu pengetahuan pegawai pemerintah kota Surabaya tentang pemberitaan Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada harian surat kabar Jawa Pos sejauh mana para pegawai pemerintah kota Surabaya mengerti informasi tentang pemberitaan tersebut. Pada aspek afektif yaitu mengetahui bagaimana perasaan pegawai pemerintah kota Surabaya tentang pemberitaan diberlakukannya peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada harian surat kabar Jawa Pos apakah senang atau tidak senang. Sedangkan aspek konatif adalah sejauh mana pegawai pemerintah kota Surabaya mau mentaati dan mematuhi peraturan tersebut. Sehingga pada akhir penelitian didapatkan hasil akhir berupa penelitian dari keseluruhan aspek apakah itu positif, netral, atau negatif. Adapun sikap masyarakat Surabaya dapat dibedakan dalam tiga hal, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. 1. Komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan masyarakat menganai pemberitaan diberlakukannya peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM pada harian surat kabar Jawa Pos. Pengetahuan seseorang didasarkan pada tingkat pendidikan. Jika tingkat pendidikan seseorang tinggi maka seseorang akan mudah untuk memahami suatu informasi. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan tertentu dalam diri individu terhadap objek sikap. Pengetahuan disini tentang pemberitaan adanya peraturan daerah yang baru yang disahkan oleh Walikota dan DPRD Kota Surabaya yaitu peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM Komponen afektif dibentuk oleh perasaan terhadap objek. Komponen ini berkaitan dengan aspek emosional dari masyarakat Surabaya tentang pemberitaan peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM. Misalnya, seperti perasaan suka atau tidak suka terhadap pemberitaan tersebut. 2. Komponen konatif berkaitan dengan kecenderungan masyarakat memberikan respon positif, netral, atau negative tentang pemberitaan peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM. Pada aspek ini seseorang berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Jika pemberitan ini memberi dampak positif maka masyarakat akan memanfaatkan peraturan ini. Jika respon yang diterima positif maka masyarakat mendukung serta memanfaatkan peraturan tersebut. Namun, bila masyarakat bersikap negatif maka kecenderungannya akan mengkritik adanya peraturan tersebut. Sedangkan sikap netral akan muncul jika masyarakat benar‐ benar memanfaatkan adanya peraturan tersebut. Untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya tentang pemberitaan Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM disurat Kabar Jawa Pos diukur dengan alternative pilihan yang dinyatakan dalam pernyataan untuk mengukur komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif dinyatakan dalam jumlah skor. Dalam pemberian skor pernyataan sikap yang bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap Azwar, 1997:161, sebagai berikut : 1. Sangat tidak setuju STS = skor 1 2. Tidak setuju TS = skor 2 3. Setuju S = skor 3 4. Sangat setuju SS = skor 4 Adapun pilihan pernyataan digolongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan meniadakan jawaban “ragu‐ragu” undeciaded, alasannya adalah sebagai berikut : a. Kategori Undeciaded memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu‐ragu. Kategori yang memiliki arti ganda multi inpretabel ini tidak diharapkan dalam instrument. b. Tersedia jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah terutama bagi mereka yang ragu‐ragu akan kecenderungan jawabannya. c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga banyaknya informasi yang dapat dijaring dari responden. Maka selanjutnya diberikan batasan‐batasan dalam menentukan lebar Interval dari pernyataan yang akan dijawab yaitu positif, negative, dan netral dengan menggunakan rumus : diinginkan yang Jenjang terendah jawaban skor tertinggi jawaban Skor  Range = 3 18 72  = 3 54 = 18 SS = 4 x 18 = 72 nilai tertinggi S = 3 x 18 = 54 TS = 2 x 18 = 36 STS = 1 x 18 = 18 nilai terendah Jadi penentuan kategorinya adalah : 1. Sikap negatif = 18 – 35 terendah 2. Sikap netral = 36 – 53 sedang 3. Sikap positif = 54 – 72 tertinggi Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap‐tiap kategori diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan di analisis. Sikap pegawai negeri kota Surabaya terhadap diberlakukannya peraturan daerah Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM disurat Kabar Jawa Pos dikategorikan ke dalam tiga 3 kategori positif, kategori negatif, dan kategori netral. Dikatakan positif jika pegawai pemerintah kota Surabaya banyak yang memanfaatkan layanan tersebut, sementara dikatakan negatif jika pegawai pemerintah kota Surabaya tidak memanfaatkan adanya peraturan tersebut dan dikatakan netral jika pegawai pemerintah kota Surabaya masih tidak konsisten dengan adanya peraturan tersebut.

3.1.2 Berita

Diberlakukannya Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM di Surabaya Berita diberlakukannya peraturan daerah Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM dimuat oleh harian Jawa Pos pada tanggal 23 oktober 2009. Dimana pemberitaan tersebut menginformasikan kepada masyarakat Surabaya tentang diberlakukannya peraturan daerah Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM. Diharapkan dengan adanya peraturan perundangan ini masyarakat dapat memanfaatkannya secara maksimal, adapun manfaat dari peratuaran perundangan tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok yaitu masyarakat yang perokok pasif tidak terganggu dengan asap rokok yang dikeluarkan oleh para perokok aktif dikarenakan adanya tempat‐tempat tertentu yang tidak diperbolehkan merokok ditempat umum. Pemerintah kota Surabaya mengharapkan masyarakat Surabaya benar‐benar memanfaatkan peraturan perundangan yang baru ini, terutama bagi mereka yang perokok aktif supaya mengurangi merokok karena berdampak buruk pada kesehatan.

3.1.3 Pegawai

Pemerintah Kota Surabaya Pemerintah Kota itu terbagi menjadi dua tingkat yaitu Pemerintah Provinsi sebagai tingkat I dan Pemerintah Kota Surabaya sebagai tingkat II. Sedangkan yang akan diteliti adalah Pegawai pemerintah Kota Surabaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pegawai pemerintah Kota Surabaya, yang membaca Jawa Pos. Pegawai Pemerintah Kota Surabaya berjumlah 20.397 orang, yang terdiri dari berbagai bidang. Pegawai Pemerintah Kota Surabaya sebagai khalayak sasaran target audience.

3.2 Populasi,

Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pemerintah kota Surabaya yang membaca surat kabar Jawa Pos yang berumur 25 tahun – 55 tahun yang tinggal di Surabaya memiliki kartu identitas atau menetap sementara di Surabaya. Adapun jumlah populasi dari jumlah pegawai pemerintah kota Surabaya berjumlah 20.397 orang sumber : Badan Kepegawain Daerah Surabaya. Alasan mengapa peneliti mengambil Surabaya sebagai lokasi dalam penelitian ini adalah karena program tersebut dilakukan di Kota Surabaya. Dipilihnya pegawai pemerintah kota Surabaya yang membaca surat kabar Jawa Pos yang berusia 25 tahun – 55 tahun karena pertama kali yang mengagas diberlakukannya Peraturan Daerah no.5 Tahun 2008 adalah PEMKOT Pemerintah Kota Surabaya. Peneliti ingin mengetahui seberapa efektif pemberitaan Peraturan Daerah ini dijalankan dan diberlakukan di lingkup Pemerintahan Kota Surabaya. Dipilihnya pegawai pemerintah karena telah memiliki kematangan kognitif, emosional dan sosial serta periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi, sudah dapat berhubungan dengan peristiwa‐peristiwa hipotesis dan abstrak, tidak hanya dengan objek‐objek konkret, dapat berfikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian alternative yang ada.

3.2.2 Sampel

dan Teknik Penarikan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pegawai pemerintah kota Surabaya yang membaca surat kabar Jawa Pos yang berusia 25 tahun – 55 tahun yang tinggal di Surabaya yang membaca tentang diberlakukannya peraturan daerah Kawasan Tanpa Rokok KTR Dan Kawasan Terbatas Merokok KTM. Teknik penarikan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling Sampling Kebetulan dimana teknik ini adalah memilih pegawai pemerintah kota Surabaya yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel. Untuk menentukan jumlah keseluruhan dari pegawai pemerintah kota Surabaya yang berusia 25 tahun – 55 tahun dan yang membaca media cetak Jawa Pos, maka untuk mencapai tingkat signifikan yang sama dilakukan perhitungan proposisi dari populasi yang ada, dengan presisi ± 10 dengan tingkat kepercayaan 90 menurut rumus Yamane Rakhmat, 2007 : 82. Dimana jumlah sample diperoleh berdasarkan ukuran n yang diceritakan terlebih dahulu jumlah populasinya. Maka sampel dari penelitian dapat diketahui dengan rumus Yamane, yaitu : n = 1 Nd N 2  Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = derajat ketelitian 0,1 ; tingkat kepercayaan 90 Rakhmat, 2007;82 Menurut BKD badan kepegawaian daerah Surabaya data pegawai negeri Surabaya berjumlah 20.397 orang sumber : Badan Kepegawaian Daerah 2009. Dalam penelitian ini digunakan presisi 10 dan tingkat kepercayaan 90, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah : n = 1 Nd N 2  = 1 1 , 397 . 20 397 . 20 2  = 99,5 dibulatkan menjadi 100 responden

3.3 Skala

Pengukuran Untuk penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Dengan skala ini, responden diminta untuk memberi respon terhadap setiap pertanyaan dengan memilih salah satu diantara lima pilihan jawaban berdasarkan perasaan mereka. Pemberian bobot antara satu samapi empat, dimulai dengan pilihan jawaban sangat setuju dengan bobot tertinggi yaitu empat hingga pilihan jawaban sangat tidak setuju dengan bobot terendah yaitu satu.

3.4 Teknik