Kerangka Pikir KAJIAN PUSTAKA

26 dengan kuat dan tiba-tiba ke air. Cakar dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat kaku sehingga buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau ke belakang. Buaya memangsa ikan, burung, mamalia, dan kadang-kadang juga buaya lain yang lebih kecil. Reptil ini merupakan pemangsa penyergap; ia menunggu mangsanya hewan darat atau ikan mendekat, lalu menerkamnya dengan tiba-tiba www.wikipedia.com. Cicak termasuk hewan melata. Cicak dapat merayap di dinding tanpa terpeleset. Hal ini karena cicak memiliki ciri khusus berupa telapak kaki dengan sistem perekat.Sistem perekat ini dibangun oleh telapak kaki yang beralur paralel. Dengan alur yang dimiliki, memungkinkan cicak dapat menempelkan kakinya di dinding dan berjalan tanpa terpeleset. Ciri lain dari cicak adalah kemampuan memutuskan ekornya. Hal ini dilakukan cicak untuk melindungi diri dari musuhnya. Cicak akan memutuskan ekor, kemudian ekor tersebut akan bergerak-gerak untuk mengalihkan perhatian musuh. Sementara itu, cicak dengan ekor yang putus akan leluasa untuk meloloskan diri. Untuk memperoleh makanan, cicak mempunyai ciri khusus berupa lidah yang panjang dan lengket. Bentuk lidah ini digunakan untuk menangkap mangsa berupa serangga yang terbang e-smartschool.co.id.

2.2. Kerangka Pikir

Perseteruan antara Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK makin memanas. Kedua lembaga hukum itu mulai menunjukkan “perang 27 terbuka”. Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung pada karikatur Majalah Tempo Edisi 3-9 Agustus 2009, maka peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda lambang dengan menggunakan metode semiotik Peirce, sehingga akhirnya diperoleh hasil dan interprestasi data mengenai Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema Realitas Dalam Karikatur ”Ancang-Ancang Cicak Versus Buaya” sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda –tanda gambar, kata-kata, dan lainnya dalam format sebuah karikatur. Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu peristiwa dalam pemerintahan yang dipandang, dituangkan dan dinilai oleh masyarakat. Pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan pendekatan semiotika. Adapun hasil kerangka berfikir diatas dapat digambarkan dalam bentuk bagan: Gambar 2.3. Karikatur ”Ancang- Ancang Cicak Vs Buaya” pada Majalah Tempo Edisi 3-9 Agustus 2009 Analisis kualitatif dengan pendekatan semiotika Peirce:  Ikon  Indeks  Simbol Hasil interpretan peneliti Kerangka Berfikir Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik Pierce, untuk menginterprestasikan representasi karikatur pada media cetak yaitu pada Majalah Tempo edisi 3-9 Agustus 2009, yang akan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah Ancang-Ancang Cicak vs Buaya yang terdapat pada Majalah Tempo edisi 3- 9 Agustus 2009. Oleh karena itu peneliti yang melakukan studi analisis isi kualitatif harus memperhatikan beberapa hal: pertama adalah konteks atau situasi social diseputar dokumen atau teks yang diteliti. Disini, peneliti diharapkan dapat memahami the nature atau kealamiahan dan culture meaning atau makna cultural dari artifact atau teks yang diteliti. Kedua adalah proses atau bagaimana suatu produksi media atau isi pesannya dikreasi secara actual dan diorganisasikan secara bersama. Ketiga adalah emergence, yakni pembentukan secara gradualbertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode semiotik. Dengan menggunakan metode semiotic, peneliti berusaha menggali realitas real yang didapatkan melalui interpretasi simbol- simbol dan tanda-tanda yang ditampilkan di dalam majalah. Analisis semiotik termasuk dalam 28