yang masuk ke dalam usus halus sebagian terserap ke dalam darah dan sebagian menuju usus besar. Ketika sampai di usus besar, sebagian
obat juga terserap ke dalam darah dan sebagian lagi menuju anus. Ilustrasi obat yang berada dalam usus halus, menuju usus besar, dan di
eliminasi melalui anus ditunjukkan pada Gambar 2.9.
D. INFEKSI SALURAN KEMIH
Infeksi Saluran Kemih ISK merupakan infeksi yang terjadi akibat adanya mikroorganisme dalam urine. Mikroorganisme tersebut berupa
bakteri dengan pertumbuhan mencapai lebih dari . Dengan
pertumbuhan bakteri sebanyak ini, rasa sakit pada manusia akan muncul dengan gejala-gejala klinis seperti disuria, frekuensi, dan urgensi
Budiman, 2017. Mikroorganisme yang sering menyebabkan terjadinya ISK adalah Escherichia Coli atau E. Coli. Bakteri E. Coli selalu ada dalam
saluran pencernaan manusia karena secara alamiah bakteri E. Coli merupakan salah satu penghuni tubuh. Sebagai penghuni tubuh, bakteri E.
Coli berfungsi untuk pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar. Penyebaran bakteri E. Coli dapat terjadi dengan cara kontak langsung
bersentuhan, berjabatan tangan, dan sebagainya kemudian diteruskan melalui mulut. Penyebaran secara pasif dapat terjadi melalui makanan atau
minuman. Bakteri E. Coli akan menjadi patogen apabila berpindah dari habitatnya yang normal ke bagian lain seperti saluran kemih. Apabila
bakteri E. Coli masuk ke dalam saluran kemih dapat menyebabkan
terjadinya ISK. Bakteri E. Coli dapat menggandakan tubuhnya menjadi dua kali lipat dalam waktu 15 sampai 20 menit Michael Madigan, 2015.
Bakteriuria lebih sering ditemukan pada perempuan. Hal ini karena pendeknya uretra perempuan yang memudahkan mikroorganisme
berkolonisasi di perineum dari saluran usus dan genital untuk naik menuju kandung kemih.
Faktor-faktor penyebab terjadinya ISK antara lain kecenderungan menaham urine, iritasi kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin,
litiasi, dan obstruksi saluran kemih. Selain itu, faktor-faktor lainnya adalah penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, DM pasca transplantasi ginjal,
nefropati analgesik, penyakit Sikle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron, serta kateterisasi.
Berdasarkan gejalanya, ISK dibagi menjadi dua jenis, yaitu ISK bagian atas dan bagian bawah. ISK bagian atas terjadi pada ginjal dan
ureter. Gejala yang terjadi adalah mual-mual, nyeri pada bagian selangkangan, dan demam. Sedangkan, ISK bagian bawah terjadi pada
kandung kemih dan uretra. Gejala yang terjadi pada ISK bagian bawah adalah selalu ingin buang air kecil, nyeri saat buang air kecil, urine yang
berwarna keruh, dan bau urine yang tidak sedap Novi Praktika, 2009.
Ilustrasi tempat terjadinya ISK ditunjukkan pada Gambar 2.12.
ISK berbahaya bagi kesehatan manusia. Akibat dari ISK jika tidak segera diobati adalah pielonefritis, penyakit ginjal kronik, dan batu dalam
kemih alkali yang disebabkan oleh bakteri pemecah urea Ihda Mufriha, 2009. Pengobatan ISK dapat menggunakan antibiotik. Antibiotik yang
digunakan untuk mengobati penyakit ISK adalah sebagai berikut: 1.
Tetrasiklin Berikut klasifikasi dari tetrasiklin:
a. Penyerapan setelah pemberian secara oral adalah 60 – 70
tetrasiklin. Sebagian dari tetrasiklin ini berada di lumen usus, mengubah flora usus, dan dieksresikan di tinja. Penyerapan
terutama berlangsung di usus halus bagian atas dan terhambat oleh makanan.
Gambar 2.10 Tempat Terjadinya ISK
Sumber: health-fts.blogspot.com, 17 Maret 2017 Paru-paru
Ureter
Kandung Kemih Uretra
b. Tetrasiklin terikat ke protein serum sebanyak 40 – 80 . Dosis oral
tetrasiklin hidroklorida atau oksitetrasiklin 500 mg setiap 6 jam menghasilkan kadar darah puncak 4
– 6 mcgmL. c.
Tetrasiklin yang disuntikan secara intravena memberi kadar yang sedikit lebih tinggi, tetapi hanya sementara. Kadar puncak 2
– 4 mcgmL dicapai dengan 200 mg doksisiklin atau monosiklin.
d. Tetrasiklin diekskresikan terutama di empedu dan urine.
Konsentrasi dalam empedu melebihi konsentrasi di serum hingga sepuluh kali lipat. Sebagian dari obat diekskresikan di empedu
direabsorpsi dari usus sirkulasi enterohepatik dan mungkin ikut serta mempertahankan kadar serum.
e. Sebanyak 10 – 15 tetrasiklin diekskresikan ke dalam urine,
terutama oleh filtrasi glomerulus. Sebanyak 10 – 40 obat
diekskresikan di feses. f.
Dosis oral untuk tetrasiklin yang cepat diekskresikan, yang ekivalen dengan tetrasiklin hidroklorida adalah 0,25
– 0,5 g empat kali sehari untuk dewasa dan 20
– 40 mgkghari untuk anak usia 8 tahun atau lebih.
g. Tersedia beberapa tetrasiklin untuk pemberian secara intravena
dalam dosis 0,1 – 0,5 g setiap 6 – 12 jam serupa dengan dosis
oral.
2. Kloramfenikol
Berikut klasifikasi dari kloramfenikol: a.
Dosis lazim kloramfenikol adalah 50 – 100 mgkghari. Setelah pemberian oral, kristal kloramfenikol cepat dan tuntas diserap.
b. Dosis oral 1 g menghasilkan kadar darah antara 10 dan 15
mcgmL. c.
Formulasi parenteral adalah suatu prodrug, kloramfenikol suksinat, yang terhidrolisis untuk menghasilkan kloramfenikol bebas dengan
kadar darah agak lebih rendah dibandingkan yang dicapai pada pemberian oral.
d. Kloramfenikol tersebar luas di hampir semua jaringan dan cairan
tubuh, termasuk susunan saraf pusat dan cairan serebrospinal, sedemikian sehingga konsentrasi kloramfenikol di jaringan otak
mungkin setara dengan konsentrasi di serum. Obat ini mudah menembus membran sel.
e. Kloramfenikol aktif sekitar 10 dari total dosis yang diberikan
dan produk penguraiannya yang inaktif sekitar 90 dari total dieliminasi di urine.
f. Sejumlah kecil obat aktif diekskresikan ke dalam empedu dan
feses.
23
BAB III MODEL MATEMATIKA