Agustus mendorong perkembangan yang lebih maju dalam bidang kesusasteraan, seni rupa, musik, film, seni drama, seni tari, ilmu pengetahuan, dan
pendidikan.
60
Hal ini merupakan usaha untuk membebaskan kesenian dan ilmu dari belenggu penjajahan yang mengikat dan membelenggu kebebasan
berekspresi.Revolusi Agustus 1945 sebagai peletak dasar bagi perkembangan kesenian dan ilmu pengetahuan yang diabdikan pada rakyat.
Indonesia sebagai negara yang baru saja merdeka berusaha menunjukkan dirinya kepada dunia.Hal ini berguna untuk melepaskan diri dari pengaruh
Belanda yang masih ingin kembali menguasai Indonesia.Kemerdekaan Indonesia yang dilangsungkan pada 17 Agustus 1945 tidak serta merta membuat penjajah
meninggalkan Indonesia.Kegembiraan yang dirasakan rakyat tidak berlangsung lamasebab Belanda merasa berhak memperoleh kembali tanah jajahannya.Bangsa
Indonesia merasa lebih berhak mempertahankan tanah airnya dan untuk itu melakukan berbagai perlawanan terhadap musuh.
61
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, rakyat mulai mengadakan pembangunan untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan bersama
dengan Amanat Proklamasi.Tantangan yang dihadapi oleh Soekarno dan rakyat lebih sulit dibandingkan dahulu.Pertentangan kelompok dengan ideologi yang
bermacam-macam memperkeruh keadaan.Dilain hal, pembangunan tidak dapat berjalan semestinya akibat sering bergantinya kabinet selama demokrasi Liberal.
62
Kebudayaan Nasional dapat diambil dari kebudayaan warisan nenek moyang, misalnya cerita-cerita rakyat.Cerita rakyat terkadang mengandung
60
Laporan Kebudayaan Rakyat, op.cit., hlm. 14.
61
Peter Kasenda, Bung Karno Panglima Revolusi, 2014, Yogyakarta, Galang Pustakan, hlm. 163.
62
Peter Kasenda, op.cit., hlm. 164.
tahayul dan mistis, oleh sebab itu bagian yang dianggap tahayul tidak dipopulerkan namun tidak menghilangkan nilai-nilai di dalamnya. Sementara, sisi
nilai-nilai kehidupan dan perjuangan lebih ditonjolkan.Hal ini merupakan suatu usaha untuk mendukung jalannya revolusi.
Kebudayaan merupakan suatu hal yang dapat berkembang dalam suasana terbuka dan bebas tekanan.
63
Oleh sebab itu, ia tidakdapat direkayasa karena akan terus menerusberlangsung bersamaan dengan kehidupan masyarakat.Kebudayaan
yang dihidupi oleh suatu masyarakan tidak akan berakhir meskipun kehidupan masyarakat tersebut telah berakhir. Hal ini disebabkan bahwa kebudayaan
memiliki peran yang cukup penting bagi suatu masyarakat.Keyakinan ini menjadi pegangan oleh para seniman dalam berkembang.
Pada masa orde lama, kebudayaan berperan penting dalam perkembangan kehidupan bangsa.Para seniman memainkan peran dalam mendukung jalan
revolusi.Revolusi terjadi disegala bidang, terlebih bidang politik.Ditahunawal kemerdekaan Indonesia, situasi politik Indonesia kembali memanas.Bangsa
Indonesia tidak hanya berusaha untuk lepas dari intervensi Belandatetapi jugasibuk dalam berbenah diri.
Kebudayaan menjadi bagian penting bagi setiap negara,tidak terkecuali Indonesia. Kebudayaan merupakan identitas dari keberagaman setiap suku sebagai
harga diri bagi suatu negara. Keberagaman agama, adat istiadat, dan budaya dari setiap suku merupakan kekayaan untuk Bangsa Indonesia.Selama berabad-abad
Indonesia berada dalam masa penjajahan tanpa disadari kebudayaan asing ikut
63
Franz Magis-Suseno, Filsafat Kebudayaan Politik: Butir-Butir Pemikiran Kritis, 1992, Jakarta, PT Gramedia, hlm.31.
membaur dalam kehidupan rakyat sehingga lambat laun mengaburkan kebudayaan asli Indonesia.
Pada masa revolusi kemerdekaan, panggilan menjadi seniman masih merupakan panggilan yang berat.Menjelang pendudukan tentara Jepang sampai
masa revolusi kemerdekaan, angkatan muda terpelajar pada umumnya mengalami pergolakan jiwa melawan norma-norma lama yang feodal dan sistem politik yang
kolonial.
64
Hal ini ikut berpengaruh terhadap sikap dan perilaku serta pandangan sehari-hari.Dalam hal melakukan perubahan dalam bidang kesenian seringkali
para seniman dihadapkan pada konflik-konflik dengan kebudayaan lama, norma- norma agama, hubungan keluarga dan masyarakat.
Revolusi Indonesia diperjuangkan atas dasar prinsip-prinsip nasionalisme yang diwarnai sosialisme. Baik pemimpin maupun organisasi-organisasi sosial
budaya di masa revolusi pada umumnya adalah kelompok sayap kiri.
65
Pada masa Revolusi Agustus 1945, sastrawan Indonesia mudah sekali terinfiltrasi.Hal ini
dikarenakan belum cukupnya kesadaran politik, belum teratur, dan terpimpin yang mengakibatkan para sastrawan dan seniman sebagai pejuang Revolusi belum
memiliki sasaran yang tepat.Infiltrasi kebudayaan kalangan Imperialis Belanda dilakukan secara teratur yang mengakibatkan sebagian seniman dan sastrawan
meninggalkan kubu revolusi dan menjadi kontrarevolusioner. Kehadiran kebudayaan menjadi bagian yang tidak dapat dipandang sebelah
mata. Perjuangan dalam bidang kebudayaan dalam melawan budaya kolonial
64
M. Agus Burhan, Seni Lukis Indonesia Masa Jepang Sampai Lekra, 2013, Surakarta, UNS PRESS, hlm. 44.
65
Peter Kasenda, Soekarno Marxisme dan Leninisme: Akar Pemikiran Kiri dan Revolusi Indonesia, 2014, Depok, Komunitas Buku, hlm. 24.
memiliki arti dalam jalannya kehidupan suatu bangsa.Seperti bidang lainnya, bidang kebudayaan juga perlu ada perubahan-perubahan yang baru dalam
mendukung revolusi.Usaha dalam mempertahankan, menyesuaikan segala kultur dan kesenian serta adat istiadat yang dapat diterima oleh bangsa Indonesia
merupakan revolusi kebudayaan.
66
B. Lahirnya Lembaga Kebudayaan Rakyat
Pada masa sekitaran Revolusi Agustus, para sastrawan mudah sekali terinfiltrasi.Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran politik pada sastrawan,
belum terpimpin, dan terarah sehingga belum memiliki sasaran yang tepat. Infiltrasi pihak Belanda dilakukan secara teratur.Hal ini mengakibatkan sebagian
seniman dan
sastrawan meninggalkan
kubu revolusi
dan menjadi
kontrarevolusioner.
67
Hal ini tentu memberi dampak yang tidak baik dalam perjuangan revolusi yang masih terus dilakukan.
Persetujuan KMB antara Belanda dan Indonesia lebih memudahkan Belanda melancarkan usaha-usaha infiltrasi kebudayaan. Dalam babak ini, muncullah
konsepsi humanis universal yang menjadikan seniman dan sastrawan melupakan perjuangan akan tanah air dan memilih menjadi seorang kosmopolit serta bersifat
antipatriotik. Diantara gejolak yang terjadi, ada golongan sastrawan yang secara intuitif patriotik tidak mau menyerah pada situasi pada masa itu yang kemudian
mendirikan Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra.
68
66
Hadji Schmad Notosoetardjo, op.cit., hlm. 16.
67
Rhoma Dwi Aria Yuliantri, Lekra Tak Membakar Buku, 2008, Yogyakarta, Mekarasumba, hlm. 115.
68
Idem.
Lekra berdiri pada tanggal 17 Agustus 1950 di Jakarta atas inisiatif D.N. Aidit, M.S. Ashar, A.S. Dharta, dan Njoto. Anggota-anggota awalnya terdiri dari
para pengurus antara lain ialah A.S. Dharta, M.S. Ashar, Njoto, Henk Ngantung, Sudharnoto, Herman Arjuno, dan Joebaar Ajoeb.
69
Pembentukan Lekra merupakan sebuah proses panjang yang melibatkan banyak pihak, yakni para seniman dan
politikus Partai Komunis Indonesia.
70
Lekra menjadi wadahperjuangan untuk memerdekakan diri sebagai subjek. Usaha untuk pencarian diri sebagai subjek di tengah pergaulan antarbangsa. Kata
“rakyat” menjadi inti dari kata “lembaga” dan “kebudayaan”.Kata “rakyat” yang dimaksud ialah bangsa Indonesia sendiri.
71
Semua berhimpun di dalamnya menuju cita-cita kebudayaan rakyat yang menuntut kemerdekaan dan kedaulatan.Lekra
hadir sebagai lembaga dari suatu gerakan kebudayaan demi mendukung semangat revolusi.
Menurut Lembaga Kebudayaan Rakyat Lekra, pekerja seni bukanlah seniman dan ilmuwan yang mengisolasi diri dari rakyat dan bersikap tak acuh
pada persoalan hidup. Lekra tidak ingin kehidupan kebudayaan dikuasai kaum priayi di kota dan di desa yang secara sadar menjadi kaki tangan kapitalisme asing
dan sisa-sisa feodalisme.
72
Oleh karena itu, Lekra mengajak para seniman dan sastrawan yang berada dalam naungannya menyuarakan anti kolonialisme,
imperialisme, dan kapitalisme.
69
Ibid., hlm. 21.
70
Tempo dan Geger 1965, Edisi 30 September-6Oktober 2013, Jakarta, Kepustakaan Gramedia, hlm. Xvi.
71
Ibid., hlm. 132.
72
Tempo, op.cit., hlm. 135.
Tujuan berdirinya Lekra mencegah kemerosotan lebih lanjut dibidang revolusi.
73
Lekra menyadari bahwa hal ini bukan hanya menjadi tugas dari kaum politisi dan pemerintahan namun juga tugas para pekerja kebudayaan.Dalam
pandangan Lekra, kebebasan menciptakan karya seni harus diikuti dengan tanggung jawab dan atas kesadaran politik.
74
Hal ini disebabkan, revolusi memiliki arti penting bagi kebudayaan karena tanpa revolusi Agustus 1945 kebebasan di
bidang kebudayaan tidak akan pernah terwujud. Berdirinya Lekra tidak lepas dari situasi politik di Indonesia saat
itu.Kemerdekaan Indonesia belum sepenuhnya tercapai dalam membebaskan rakyat dari penderitaan.Sikap rakyat yang merasa terbelakang dan tertindas serta
takut akan perubahan merupakan dampak dari kolonialisme bangsa asing. Lekra menolak semua pengaruh kebudayaan barat yang masuk baik melalui buku-buku,
musik, dan film sebagai bagian dari sikap anti imperialisme dan neokolonialisme.
75
Latar belakang berdirinya Lembaga Kebudayaan Rakyat tidak lepas dari keprihatinan terhadap bangsa Indonesia yang dianggap belum lepas dari
penjajahan.Oleh karena itu, Lekra merasa ikut bertanggung jawab dalam mendukung revolusi yang dicanangkan oleh Soekarno.Menurut Djoko Pekik yang
merupakan salah satu seniman Sanggar Bumi Tarung, Lekra terbentuk atas
73
Rhoma Dwi Aria Yuliantri, op.cit., hlm. 21-22.
74
Tempo, op.cit., hlm. xi.
75
Alexander Supartono, Lekra vs Manikebu: Perdebatan Kebudayaan 1950-1965, 2000, Jakarta, hlm. 31.
anjuran Presiden Soekarno yang mendorong semua partai memiliki lembaga kebudayaannya sendiri.
76
Lekra berpendapat bahwa hal sangat penting dalam revolusi tidak hanya pergerakan politik, tetapi juga memerdekakan rakyat dari pola pikir yang merasa
terbelakang dan terjajah.Rakyat bebas dalam berekspresi, hak atas pendidikan dan kehidupan yang layak. Fokus utama Lekra terletak pada kehidupan rakyat-rakyat
kecil. Usaha untuk memperjuangkan kelayakan hidup bagi rakyat kecil yang tertindas dan menderita dilakukan Lekra melalui karya-karyanya. Beban revolusi
menjadi tanggungan bersama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Karena jika revolusi tersebut tidak sesuai dijalurnya maka rakyatlah yang
menanggung dari segala beban penderitaan. Sikap para seniman yang berpihak kepada rakyat pada tahun 1950an sangat
dipengaruhi oleh situasi politik dalam mempertahankan kemerdekaan melalui perjuangan rakyat.Sikap para seniman ini terlihat pada keperduliannya dalam
menyuarakan penderitaan rakyat kecil yang tertindas dalam budaya Imperialisme danFeodalisme. Para seniman mulai memiliki kesadaran akan adanya kelas sosial
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pandangan ini menjadi arah seni para seniman yang akhirnya peduli akan kaum kecil. Hal inisejalan dengan politik
Bung Karno
untuk memobilisasi
rakyat dengan
semangat revolusi
berkesinambungan revolusioner.Semangat ini yang kemudian mendapatkan dukungan dari para seniman.
77
76
Tempo, op.cit.,hlm. 16.
77
M. Agus Burhan, op.cit., hlm.104.
Pada karya seniterkandung nilai ideologis.Seorang seniman dapat berperan dan berpengaruh dalam mendidik suatu bangsa.Lekra berpandangan bahwa ide
kerakyatan menjadi sikap yang berpihak pada rakyat.Mukadimah Lekra mengungkapkan bahwa rakyat Indonesia adalah semua golongan masyarakat yang
menentang penjajahan, penindasan, dan penghisapan feodal.Para seniman dan sarjana diajak untuk mempelajari kenyataan, kebenaran, dan keadilan dalam
kehidupan masyarakat.
Lekra menentang
pemikiran yang
bersifat antikemanusiaan dan antisosial dari kebudayaan bukan rakyat.Lekra berpendapat
bahwa secara tegas harus berpihak dan mengabdi kepada rakyat.
78
Mukadimah mengklaim bahwa Lekra merupakan satu-satunya lembaga kebudayaan yang setia
pada kenyataan dan kebenaran rakyat. Sekretaris umum Lekra, Joebaar Ajoeb menyatakan bahwa seni harus
membantu dan mengabdi pada gerakan massa rakyat pekerja yang berjuang menyelesaikan revolusi Agustus hingga dapat melangkah pada pembinaan
masyarakat sosialis.
79
Para seniman mengemban tugas dalam membantu kaum buruh dan massa tani untuk menghapus adanya sistem tuan tanah.Lekra
mendorong para seniman supaya mengelola tema rakyat pekerja dan perjuangannya.
Dalam laporan Pengurus Pusat Lembaga Seni Rupa Indonesia, Basuki Resobowo menyampaikan pandangannya, bahwalukisan seniman harus
bertemakan kerakyatan
yang hidup
penuh kesengsaraan
dan penderitaan.Penggambaran manusia tanpa ekspresi membuatnya menjadi karya
78
Ibid., 105.
79
Ibid., hlm. 106