54
dan pacar secara positif. Dalam butir-butir item yang terdapat dalam aspek sikap pengertian diketahui bahwa mahasiswa belum mampu melihat masalah dari sudut
pandang pacar serta belum mampu memahami kondisi serta kebutuhan pacar.
B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematangan psikologis mahasiswa berpacaran untuk hidup perkawinan Angkatan 2013 Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tergolong siap. Terdapat 22 mahasiswa 62,85 termasuk dalam kategori siap,
kategori sangat siap terdapat 10 mahasiswa 28,57, dan terdapat 3 mahasiswa 8,57 termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan untuk
kategori kurang siap dan sangat tidak siap tidak terdapat mahasiswa yang termasuk didalamnya.
Mahasiswa yang termasuk dalam kategori sangat siap menunjukkan bahwa mereka memiliki kesiapan psikologis yang sangat baik untuk persiapan hidup
perkawinan. Mahasiswa yang termasuk dalam kategori siap bisa diartikan karena mereka memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri,
memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak, bersedia dan mampu menjadi pasangan istimewa dalam hubungan seksual,
bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim, memiliki kelembutan dan kasih sayang kepada orang lain, sensitif terhadap kebutuhan dan
perkembangan orang lain, dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran dan perasaannya, bersedia berbagi rencana dengan orang lain,
bersedia menerima keterbatasan orang lain, realistik terhadap karakteristik
55
orang lain, memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi, serta bersedia menjadi suami atau isteri
yang bertanggung jawab. Dalam hidup perkawinan faktor psikologis adalah salah satu hal penting.
Relasi bersama pasangan menentukan warna bagi keseluruhan relasi di dalam keluarga. Kunci dari kelanggengan perkawinan adalah keberhasilan
melakukan penyesuaian di antara pasangan. Dalam hal ini, komunikasi yang baik ikut berperan untuk membangun hubungan harmonis yang meliputi:
1. Kematangan emosi
Orang yang matang secara emosi mempunyai perspektif obyektif dan mampu memberi respon secara positif. Orang yang matang emosinya
biasanya mampu mengelola emosi sehingga dalam keadaan emosi seperti apapun, baik emosi positif seperti senang, bahagia, rindu, maupun negatif
seperti marah, kecewa, ia tetap dapat menempatkan diri. Orang yang dapat menempatkan diri biasanya memiliki persepsi yang obyektif,
sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat. Orang yang memiliki persepsi obyektif maka seharusnya juga
dapat memberi respon positif begitu juga sebaliknya, orang yang merespon positif biasanya juga mempunyai persepsi obyektif. Maka
calon suami atau isteri perlu belajar dalam mengelola emosi dengan membentuk persepsi secara obyektif dan memberikan respon positif
sehingga mampu menghadapi setiap tantangan dalam hidup perkawinan.
56
2. Menerima pasangan
Selain kematangan emosi, menerima pasangan juga salah satu hal yang sangat penting untuk membina hidup perkawinan. Orang yang
menerima pasangan karena mengenal dapat mengerti tentang pasangan. Untuk itu sebelum hidup perkawinan calon suami atau isteri perlu
mengenal pasangan. Mengenal pasangan tidak hanya sekedar tahu namanya, melainkan tahu bahwa pasangan dari keluarga yang seperti
apa, mengetahui lingkungan sekitarnya dan lain sebagainya. Mengenal calon suami atau isteri dapat saling memberikan
pengertian pula. Dengan adanya saling pengrtian ini masing-masing pihak saling mengerti akan kebutuhan-kebutuhannya sehingga dengan
dengan demikian diharapkan keadaan hidup perkawinan dapat berlangsung dengan tenteram dan aman.
3. Memelihara hubungan
Setelah mengenal pasangan sehingga dapat mengerti pasangan, calon suami atau isteri juga perlu belajar memelihara hubungan yang
baik dengan pasangan. Tentu dalam sebuah hubungan itu harus dipelihara agar tidak terjadi pertengakaran, kekecewaan maupun hal-hal
negatif lainnya. Hal yang diinginkan pastilah hal-hal yang positif speerti kebahagiaan, kejujuran, dan banyak lagi yang mengarah pada
keharmonisan. 4.
Menjaga komitmen
57
Tidak cukup dengan memelihara saja, dalam hidup perkawinan juga perlu menjaga komitmen. Perlu disadari dalam hidup perkawinan
tentu sedikit atau banyak akan mempengaruhi sikap seseorang. Perubahan tersebut akan mempengaruhi relasi dalam berhubungan. Jadi
dengan berjalannya waktu, perubahan dari sikap seseorang itu pasti ada. Sehingga jika terjadi perubahan sikap pada pasangan atau diri sendiri
adalah wajar. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 22 mahasiswa yang termasuk
dalam kategori siap secara psikologis untuk hidup perkawinan. Mahasiswa ini sudah mampu berelasi dengan orang lain dengan baik. Sudah memiliki
kemampuan dalam mengendalikan emosi, berpikir secara matang, menerima keadaan orang lain apa adanya, merespon stimulus dengan baik, dapat
mengatur pikirannya, bersifat sabar, penuh pengertian, memiliki toleransi yang baik, memiliki tanggung jawab, tidak bergantung dengan orang lain,
berpikir objektif, dapat berpikir secara baik, dan mampu menghadapi masalah dengan pasangan menggunakan kepala dingin. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling sudah siap secara psikologis untuk
memasuki hidup perkawinan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang hal yang
sama. Pada penelitian sebelumnya, subjek penelitian diambil secara keseluruhan dan diteliti mengenai kesiapan menikah. Hasil penelitian
sebelumnya terdapat 27 mahasiswa termasuk dalam kategori sangat siap, 26
58
mahasiswa termasuk dalam kategori siap, dan 3 mahasiswa termasuk dalam kategori cukup siap.
C. Topik-Topik Usulan Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan