18
memutarkan keuangan keluarga. Setelah menikah, individu tidak dapat menggantungkan pada orang tua.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Menikah
Walgito 2002 mengatakan bahwa kesiapan untuk memasuki dunia perkawinan dipengaruhi oleh:
a.
Faktor fisiologis
Faktor fisiologis ini berkaitan dengan 3 hal yaitu segi kesehatan, keturunan, dan sexual fitness.
1 Kesehatan, bahwa keadaan kesehatan seseorang dalam
hubungannya dengan perkawinan merupakan satu faktor
penting dan merupakan faktor esensial dalam perkawinan.
2 Keturunan, masalah keturunan ini juga merupakan
persoalan dalam perkawinan, karena dalam perkawinan pasangan suami istri menginginkan keturunan yang baik
oleh karena itu masalah keturunan ini menjadi hal yang
perlu perhatian.
3 Sexual fitness, terkait dengan apakah individu dapat
melakukan hubungan seksual secara wajar atau tidak.
b.
Faktor sosial ekonomi
Faktor ini
merupakan faktor
yang perlu
mendapat pertimbangan dalam perkawinan, sekalipun ada sementara
pihak yang memandang hal ini bukanlah merupakan suatu
19
faktor yang mutlak, namun perlu dipertimbangkan sebelum menikah.
c. Faktor agama dan kepercayaan
Dalam pernikahan faktor agama atau kepercayaan hendaknya menjadi perhatian pasangan. Sebaiknya pasangan memiliki
agama yang sama. Dengan kesamaan agama maka akan meminimalkan munculnya perbedaan yang terkait dengan
agama tersebut. d.
Faktor psikologis
Kedewasaan dalam sisi psikologis merupakan faktor yang dituntut dalam perkawinan. Hal-hal yang perlu mendapat
perhatian adalah kematangan emosi, toleransi atau kesiapan untuk berkorban, sikap saling pengertian, saling mengerti akan
kebutuhan masing-masing pihak, dapat saling memberi dan menerima kasih sayang, sikap saling mempercayai, adanya
keterbukaan dalam komunikasi, kesiapan diri untuk lepas dari orang tua untuk hidup mandiri.
4. Usaha-usaha Meningkatkan Kesiapan Perkawinan
Keluarga sebagai komunitas terkecil dari struktur masyarakat memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan
masyarakat sejahtera. Karenanya keluarga diikat oleh beberapa peraturan agama, adat dan tradisi. Ketika keluarga menjadi penopang
masyarakat, maka pernikahan menjadi dasar yang menentukan posisi
20
sebuah keluarga. Karenanya pemerintah mengeluarkan kebijakan pembinaan untuk mewujudkan keluarga berkualitas, melalui kursus
pranikah maupun pasca nikah. Adapun Kursus calon pengantin adalah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang
kehidupan rumah tangga keluarga serta dapat mengurangi angka perselisihan, perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga KDRT.
Agar pernikahan menjadi baik dan sesuai dengan niat membina keluarga yang diidamkan maka harus dipersiapkan kental dan spritual.
Pembinaan keluarga pranikah telah dilaksanakan oleh Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan BP4 sejak
tahun 1961, dalam bentuk kursus calon penganti. Keberadaan badan ini berfungsi untuk mencapai tujuan pernikahan yaitu membentuk
keluarga bahagia yang kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pemerintah mengamanatkan agar sebelum pernikahan dilangsungkan,
setiap calon pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga melalui kursus pra nikah atau kursus
calon pengantin. Untuk mewujudkan tujuan di atas maka upaya dan usaha yang
dilakukan oleh BP4 adalah 1 Memberikan bimbingan, penasihatan dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat
baik perorangan maupun kelompok, 2 Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
keluarga, 3 Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang
21
berperkara di pengadilan agama, 4 Memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan
rumah tangga di peradilan agama, 5 Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab,
pernikahan di bawah umur dan pernikahan tidak tercatat, 6 Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki
kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri, 7 Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku, brosur
dan media elektronik yang dianggap perlu, 8 Menyelenggarakan kursus calonpengantin, penataranpelatihan, diskusi, seminar dan
kegiatan-kegiatan sejenis-yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga,
9 Menyelenggarakan
pendidikan keluarga
untuk peningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keimanan,
ketaqwaan dan akhlaqul karimah dalam rangka membina keluarga sakinah, 10 Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang
bertujuan membina keluarga sakinah, 11 Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga, 12 Upaya dan usaha lain yang
dipandang bermanfaat untuk kepentingan organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.
C. Mahasiswa dalam Periode Perkembangan Dewasa Awal