Pertemuan Fatmawati dengan Sukarno

22 konvergensi yang mengatakan bahwa pembentukan kepribadian atau perkembangan individu itu tidak bisa lepas dari pengaruh keturunan atau gen endogen maupun lingkungan eksogen, dimana kedua-duanya memainkan peranan penting dalam membentuk kepribadian seseorang. 31 Teori konvergensi Wiliam Stern tersebut dapat dilihat pada diri Fatmawati yang merupakan seorang putri seorang tokoh Muhammadiyah di Bengkulu yang mendidik Fatmawati sejak masih kecil dengan didikan Islam yang kuat. Selain itu kepekaan Fatmawati terhadap kemiskinan yang dialami oleh keluarganya membuatnya menjadi pribadi yang mandiri dan tegas dalam berprinsip. Kepribadiannya yang mandiri bahkan sudah tampak meskipun usianya masih belia yaitu ketika berusia 7 tahun Fatmawati pergi ke rumah sakit sendiri untuk memeriksakan penyakit yang menyerang kakinya akibat gigitan nyamuk. Karena tidak ingin merepotkan ayah dan ibunya, Fatmawati memberanikan diri untuk pergi sendiri. 32

B. Pertemuan Fatmawati dengan Sukarno

Fatmawati bertemu dengan Soekarno tepatnya pada bulan Agustus tahun 1938. Pada waktu itu Sukarno diasingkan ke Bengkulu, Sumatera Selatan oleh 31 Bimo, Wagito. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi. Hal.52 32 Fatmawati, op.cit., hal. 23 23 pemerintah Belanda. 33 Hal ini dikarenakan Bengkulu dianggap daerah yang aman sebagai tempat pengasingan, terpencil dan tidak banyak dikenal orang. Ketika diasingkan ke Bengkulu, Soekarno berangkat dan ditemani oleh anggota keluarganya yaitu Inggit Garnarsih, Ratna Djuami yang biasa di panggil Omi, Kartika dan Riwu. 34 Di Bengkulu Soekarno diterima dengan baik oleh masyarakat termasuk keluarga Hassan Din. Hassan Din secara khusus bertandang ke rumah Soekarno untuk mengajaknya menjadi guru sekolah rendah Muhammadiyah. Sejak saat itulah Soekarno dan Hassan Din dekat. 35 33 Giebels, Lambert. 2001. Sukarno Biografi. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Hal 206. Pada tahun 1973 Sukarno menulis surat kepada Thamrin temannya di Batavia. Dalam surat tersebut Sukarno mengeluarkan isi hatinnya dan meminta Thamrin agar para pejabat tinggi didesak untuk memindahkannya ke suatu tempat pengasingan yang lain. Dalam surat tersebut Sukarno menuliskan atas desakan Inggit, bukan karena sakit melainkan bahwa di Endeh Sukarno kekurangan kontak-kontak intelektual. Surat Sukarno tersebut kemudian diperlihatkan oleh Thamrin kepada H.C Hatevelt, orang yang berkuasa di departemen Urusan-Urusan Umum di Batavia. Setelah dibicarakan dan dipertimbangkan, akhirnya diputuskan oleh dewan Hindia Belanda bahwa Sukarno diasingkan ke Bengkulu, supaya Sukarno menemukan pergaulan intelektual yang sama sekali tidak terdapat di Endeh. Residen Bengkulu yaitu P.W Hooykaas juga bersedia untuk mengurus dan menyediakan rumah yang pantas untuk Sukarno beserta keluarganya. 34 Giebels, loc.cit., hal. 218. Ratna Djuami dan Kartika adalah anak-anak angkat Sukarno dan Inggit Garnarasih. Ratna djuami merupakan anak Murtasi, kakak perempuan Inggit Garnarsih. Semula Ratna Djuami bernama Arawati, namun karena serig sakit dan rewel, Sukarno mengganti namanya menjadi Ratna Djuami. Sedangkan Soekarti merupakan anak angkat Sukarno yang diadopsi sewaktu Sukarno di asingkan ke Endeh. Saat diadopsi Soekarti baru berumur lima tahun. Setelah diadopsi nama Soekarti kemudian diubah oleh Sukarno menjadi Kartika. Riwu adalah seorang pembantu yang mulai bekerja ketika Sukarno diasingkan di Ende, Flores. 35 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta : Gunung Agung. Hal. 188 24 Bagi Hassan Din ini adalah pertemuannya yang kedua dengan Soekarno. Hassan Din pada ingin bersilahturahmi ke rumah Sukarno, dan sebelum kujungannya yang kedua ini, Hassan Din sebelumnya menulis surat terlebih dahulu mengenai kedatangannya ke rumah Soekarno. Setelah mendapat balasan, pada hari yang telah ditentukan Hassan Din berangkat ke rumah Soekarno bersama istrinya beserta Fatmawati. Fatmawati pada saat itu sudah beranjak dewasa, dan berumur 15 tahun. Kesan pertama Fatmawati terhadap Soekarno pada waktu pertama kali bertemu adalah Sukarno merupakan sosok yang tidak sombong, memiliki sinar mata berseri-seri, berbadan tegap serta tawanya lebar. Mendengar bahwa Fatmawati putus sekolah, Soekarno menawarkan untuk masuk ke RK Vakschool di Bengkulu. 36 Sejak hari itu Fatmawati tinggal di rumah Soekarno. Fatmawati sangat senang, cita-citanya untuk meneruskan sekolah akhirnya tercapai. Seiring berjalannya waktu Fatmawatipun semakin dekat dengan Soekarno, saking dekatnya Fatmawati sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Soekarno yang pada saat itu sangat dekat dengan Fatmawati, diakui oleh Soekarno kedekatanya dengan Fatmawati hanya sebatas kedekatan anak dengan bapak. Mengenai hal ini Soekarno menguraikanya dalam bukunya yang berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia : ...Apa yang ditunjukan Fatmawati kepadaku adalah pemujaan kepahlawanan. Umurku lebih dari 20 tahun daripadanya dan dia memanggilku bapak, pun seterusnya. Bagiku dia hanya seorang anakyang menyenangkan, salah seorang dari segitu banayk anak-anak yang 36 R.K Vakschool adalah sekolah organisasi Katolik. R.K merupakan singkatan dari Roma Katolik 25 mengelilingiku untuk menghilangkan kesepian yang jadi melarut dalam hatiku. Yang kuberikan kepadanya adalah kasih sayang seorang bapak”. 37

C. Reaksi Inggit Garnarsih