5. Pasal 10
1 Guna pengendalian, pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau,
setiap usaha atau kegiatan oleh danatau untuk kepentingan perorangan atau badan yang memakai lokasi Ruang
Terbuka Hijau tidak boleh menyimpang dari fungsinya dan harus memperoleh izin dari Kepala Daerah atau Pejabat
yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6. Pasal 14
1 Barang siapa memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau tanpa
memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat 2 dan pasal 10 ayat 1 maka orang atau badan tersebut
harus menghentikan, mengosongkan dan mengembalikan sesuai keadaan semula atas beban yang bersangkutan.
2 Dalam hal ketentuantersebut tidak dipenuhi maka Kepala
Daerah atau Pejabat yang ditunjuk berwenang melaksanakan penghentian kegiatan secara paksa,
pengosongan lokasi Ruang Terbuka Hijau dan mengembalikan sesuai dengan keadaan semula.
b. Kenyataan dalam Lapangan prakteknya
Sekitar 1 bulan lebih penulis melakukan penelitian dibeberapa Ruang Terbuka Hijau RTH khususnya di kawasan Surabaya Timur,
menemukan tindakan pelanggaran dan perilaku masyarakat ekonomi bawah yang dengan sengaja memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau
tersebut untuk melakukan aktifitas berjualan sebagai pedagang kaki lima, khususnya pada jam-jam tertentu mulai pukul 18.30-22.00 WIB
mulai melakukan aktifitas sehari-hari sebagai pedagang yang menjual aneka dagangannya dari penjual makanan, mainan, minuman bahkan
sampai ada pula yang memakan badan bahu jalan seperti jasa naik dokar yang mengelilingi sekitar Ruang Terbuka Hijau tersebut seperti
yang terjadi di Taman Sulawesi dan Taman Lansia yang berada
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dijalan Sulawesi dan Jalan Kalimantan yang dahulunya merupakan bekas tempat pengisisan bahan bakar, meskipun sudah jelas aturannya
bahwa pemanfaatan ruang terbuka hijau tidak boleh menyimpang dari fungsinya yang sesuai dengan bunyi pasal 14 ayat 1, barang siapa
memanfaatkan Ruanng Terbuka Hijau tanpa izin maka orang atau badan tersebut harus menghentikan, mengosongkan dan
mengembalikan sesuai dengan keadaan semula, akan tetapi masyarakat khususnya ekonomi bawah seakan tidak peduli dengan
aturan tersebut. menurut penuturan salah satu pedagang kaki lima yang
namanya minta untuk dirahasiakan menempati ruang terbuka hijau tersebut bahwa darimana lagi saya akan mencari uang kalau tidak
dengan berjualan disekitar ruang terbuka hijau, hanya untuk makan sehari-hari saja sulit
16
. Bagi kebanyakan pedagang kaki lima, tidak peduli apakah
yang mereka lakukan itu melanggar hukum atau tidak, tetapi yang terpenting bagi mereka bisa berjualan dan menempati lahan usaha
sesuai kepentingan mereka. Para pedagang kaki lima merupakan warga kota, baik yang
merupakan penduduk tetap ataupun pendatang musiman. Dengan demikian semakin bertambah besarnya jumlah penduduk, ternyata
menjadi semakin besar pula jumlah pedagang kaki lima yang menempati sebagian ruang terbuka hijau. Sementara itu, keadaan kota
juga semakin padat, baik padatnya lalu lintas berbagai jenis kendaraan maupun oleh semakin padatnya para pejalan kaki. Kenyataan itulah
16
Hasi wawancara dengan pedagang kaki lima diJalan Sulawesi pada tanggal 29 Mei
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang menyebabkan semakin semrawutnya keadaan Kota Surabaya khususnya didaerah Surabaya Timur yang banyak sekali Ruang
Terbuka Hijau yang ditempati oleh para Pedagang Kaki Lima pkl. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala Dinas Koperasi dan
Sektor Informal Kota Surabaya, Bapak Hadi Mulyono, PKL ya mempunyai potensi tapi keberadaan mereka juga
mengganggu. Apalagi mereka menggunakan trotoar-trotoar untuk pejalan kaki bahkan ada yang sampai memakan sebagian badan bahu
jalan. Kita sudah berusaha memandang PKL untuk dibina bukan dibinasakan. Dengan pertimbangan tidak mengganggu arus lalu lintas,
karena tugas kami juga adalah dengan mengembalikan fungsi jalan yang telah dipakai oleh pkl.
17
Bahwa selain memiliki potensi, keberadaan PKL juga membawa permasalahan bagi kota Surabaya. Namun
untukmenghadapi kenyataan sebagai akibat dari keberadaan Pedagang Kaki Lima yangmenimbulkan berbagai gangguan kehidupan kota,
seperti gangguan kebersihan, Ketertiban dan keindahan kota, Pemerintah Kota Surabaya telah mengeluarkan peraturan daerah,
Keputusan Instruksi Walikota dan sebagainya yang mengatur kegiatan usaha Pedagang Kaki Lima yang mencangkup mengenai izin
usaha, penentuan lokasi, waktu, alat peraga berjualan serta operasi- operasi penertibannya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surabaya adalah dengan melakukan pembinaan dan pemberdayaan pedagang kaki lima. Pedagang Kaki Lima PKL
merupakan usaha perdagangan sektor informal yang perlu
17
hasil wawancara dengan kepala Dinas Koperasi dan Sektor Informal Kota Surabaya pada tanggal 10 Mei 2011
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
diberdayakan agar menunjang pertumbuhan perekonomian masyarakat dan sekaligus sebagai salah satu pilihan dalam penyediaan barang
dagangan yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan harga yang relatif terjangkau.
Pembinaan dan pemberdayaan pedagang kaki lima mempunyai maksud yaitu untuk memberikan kepastian usaha, perlindungan serta
mengembangkan usaha pedagang kaki lima yang tertib, aman, selaras dan serasi serta seimbang dengan lingkungannya. Tujuan dari
pembinaan dan pemberdayaan pedagang kaki lima yaitu mewujudkan pedagang kaki lima sebagai usaha kecil yang berhak mendapat
perlindungan dan pembinaan, sehingga dapat melakukan kegiatan usahanya pada lokasi yang ditetapkan sesuai peruntukkannya dengan
kriteria yang ditetapkan, tetapi implementasinya di lapangan ternyata tak semudah yang tertulis dalam peraturan, banyak kebijakan penataan
kota yang diterapkan tidak mencapai hasil yang diharapkan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
36
BAB III UPAYA YANG DI LAKUKAN PEMKOT SURABAYA TERHADAP
KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI RUANG TERBUKA HIJAU
3.1 Konsep Penataan Yang di Inginkan Pedagang Kaki Lima Agar bisa dihasilkan program penataan Pedagang Kaki Lima
pkl di lingkungan Ruang Terbuka Hijau yang benar-benar efektif, tentu yang dilakukan tidak hanya mengandalkan pada operasi penertiban dan
razia-razia untu menghalau pedagang kaki lima yang menjajakan barang dagangannya. Tetapi, yang terpenting adalah bagaimana merancang
program atau konsep penataan yang berkelanjutan dan lebih menyentuh pada inti persoalan, sehingga pola yang direkomendasikan nantinya dapat
dikembangkan menjadi model penataan pedagang kaki lima di lingkungan yang lain di Kota Surabaya, seperti relokasi, sentra pedagang kaki lima,
rombongnisasi dan tendanisasi.
3.1.1 Relokasi Dengan adanya kebijakan baru tersebut diharapkan Pedagang
Kaki Lima pkl sadar bahwa relokasi bukanlah bertujuan untuk membuang mereka, tetapi benar-benar bertujuan untuk membantu
kelangsungan masa depan Pedagang Kaki Lima itu sendiri. Yang terpenting adalah bagaimana menyakinkan Pedagang Kaki Lima
bahwa adanya relokasi adalah tindakan yang menguntungkan bagi mereka. Bentuk dari program relokasi Pedagang Kaki Lima ini antara
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.