Tanah Dinding Penahan Tanah

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah

Tanah adalah dasar dari suatu konstruksi yang berfungsi sebagai pendukung pondasi pada suatu bangunan. Tanah terdiri dari 3 bagian yaitu bagian padat atau butiran, pori-pori udara dan air pori. Bagian-bagian tanah dapat digambarkan dalam bentuk diagram fase seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut. Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah Beban utama yang dipikul oleh dinding penahan tanah adalah berat tanah itu sendiri. Besarnya kadar air dan udara berpengaruh besar pada stabilitas tanah.

2.2 Dinding Penahan Tanah

Dinding penahan tanah adalah struktur yang didesain untuk menjaga dan mempertahankan dua muka elevasi tanah yang berbeda Coduto, 2001. Dinding 7 penahan tanah berfungsi untuk menyokong tanah serta mencegahnya dari bahaya kelongsoran. Baik akibat beban air hujan, berat tanah itu sendiri maupun akibat beban yang bekerja di atasnya. Jenis-jenis dinding penahan tanah bermacam-macam, disesuaikan dengan keadaan lapangan dan aplikasi yang akan digunakan. O’Rouke and Jones 1990 mengklasifikasikan dinding penahan tanah menjadi 2 kategori yaitu sistem stabilitas eksternal dan sistem stabilisasi internal serta sistem hybrid yang merupakan kombinasi dari kedua metode tersebut. Gambar 2.2 Klasifikasi Dinding Penahan Tanah

2.2.1 Sistem Stabilisasi Eksternal

Sistem stabilisasi eksternal adalah sistem dinding penahan tanah yang menahan beban lateral dengan menggunakan beban dan kekakuan struktur. Sistem 8 ini merupakan satu-satunya sistem yang ada sebelum tahun 1960 dan sampai saat ini masih umum digunakan. Sistem ini terbagi menjadi dua kategori yaitu dinding gravitasi yang memanfaatkan massa yang besar sebagai dinding penahan tanah lihat Gambar 2.3 dan In Situ Wall yang mengandalkan kekuatan lentur sebagai dinding penahan tanah misalnya sheet pile wall lihat Gambar 2.4. Gambar 2.3 Gravity Walls Sumber: Earth Retaining Structures Manual, 2010 9 Gambar 2.4 Sheet Pile Wall Sumber: Coduto, 2001 Stabilitas eksternal pada dinding penahan tanah bergantung pada kemampuan massa tanah bertulang untuk menahan beban-beban dari luar eksternal, termasuk tekanan tanah lateral dari tanah bertulang di belakang dinding penahan dan beban yang akan bekerja di atas dinding penahan jika ada, tanpa adanya satupun kegagalan dari mekanisme-mekanisme berikut: kegagalan akibat pergeseran sepanjang dasar dinding atau sepanjang semua plane di atas dasar dinding, penggulingan di sekitar kaki dinding penahan, kegagalan akibat daya dukung tanah pondasi, serta kegagalan stabilitas lereng global. 10 a b c d Gambar 2.5 Mekanisme kegagalan dinding penahan a Kegagalan Pergeseran; b Kegagalan Penggulingan; c Kegagalan daya dukung tanah d Kegagalan stabilitas lereng global Metode yang biasa dipakai di mekanika tanah dan teknik pondasi dipakai untuk mengevaluasi faktor keamanan melawan mekanisme-mekanisme kegagalan di atas, antara lain sebagai berikut:

2.2.1.1 Faktor Keamanan Terhadap Kegagalan Geser

Kuat geser material timbunan dan tanah pondasi harus cukup lebih besar untuk menahan tegangan horisontal akibat beban hidup yang dikenakan pada massa tanah bertulang. Faktor keamanan untuk dinding penahan agar dapat menahan kegagalan geser biasanya diambil sebesar 1,5 bagi sebagian besar 11 perancang dinding penahan tanah. Jika ada beban surcharge sebesar q bekerja di atasnya, tanah timbunan berupa tanah berbutir c = 0, tekanan tanah aktif total yang ditimbun oleh tanah di belakang struktur dinding penahan bertulang dinyatakan dalam persamaan berikut: � � = � � + � � = � � � � 2 2 + � � � � 2.1 dimana: P E = resultan tekanan tanah horisontal akibat tanah bertulang pada dinding penahan kNm 2 Pq = resultan tekanan tanah horisontal akibat beban surcharge kNm 2 H = tinggi dinding penahan m Ka = koefisien tekanan tanah aktif � = berat isi tanah kNm 3 q = beban surcharge kN Reaksi vertikal terhadap beban berat dinding dan beban surcharge adalah: ∑ � = � + �� � � = � + �� tan � � = � 1 � � + �� tan � � 2.2 dimana: W = berat tanah yang diberi tulangan kN q = beban surcharge kN L = panjang tulangan m γ 1 = berat isi massa tanah yang diberi tulangan kNm 3 δ b = sudut geser tanah antara tanah dasar dan dasar dinding ° H = tinggi dinding penahan m 12 Untuk permukaan dinding vertikal, faktor aman terhadap pergeseran dinyatakan oleh persamaan: �� ����� ≥ 1,5 2.3 �� ����� = � � � � = � 1 � �+�� tan � � �� � �2 2 + � � � � 2.4 Dengan menggunakaan FS sebesar 1,5 panjang tulangan yang dibutuhkan untuk stabilitas guna menahan geser dinding penahan vertikal dengan beban surcharge q dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut: � = 1.5� � ��+ �� 2 � � 1 tan � � 2.5 � � = tan �45° − ∅ 2 � 2.6 dimana: γ = berat isi tanah di belakang tanah bertulang, biasanya nilainya sama dengan γ 1 ø = sudut geser tanah yang diberi tulangan, biasanya sama dengan: Gambar 2.6 Gaya-gaya yang bekerja pada analisis stabilitas eksternal menggunakan asumsi Meyerhoff 13

2.2.1.2 Faktor Keamanan Terhadap Kegagalan Guling

Para engineer desain biasanya akan memakai FS setidaknya sebesar 2,0 untuk kegagalan guling dinding penahan bertulang. Jumlah momen penahan Resisting Moment dibagi dengan jumlah momen penyebab guling Driving Moment, nilainya harus lebih besar dari FS. �� ������ = ∑ � � ∑ � � ≥ 2 2.7 ∑ � � = �� 2 = � 1 � � 2 2 2.8 ∑ � � = � � � 2 + � � � 2 2.9 dimana: ∑ � � = jumlah momen penahan guling kNm ∑ � � = jumlah momen penyebab guling kNm W = berat struktur dinding penahan kN L = lebar struktur dinding penahan m P E = resultan tekanan tanah horisontal akibat tanah bertulang pada dinding penahan kNm 2 Pq = resultan tekanan tanah horisontal akibat beban surcharge kNm 2 Karena sifat struktur dinding penahan bertulang yang fleksibel, kegagalan struktur akibat guling jarang terjadi.

2.2.1.3 Faktor Keamanan Terhadap Kegagalan Stabilitas Global

Baik lereng in-situ dengan tulangan maupun dinding penahan bertulang, harus memenuhi syarat stabilitas lereng global. Tanah bertulang dianggap struktur dinding penahan gravitasi. Faktor keamanan terhadap keruntuhan lereng global 14 yang tanahnya telah diperkuat dengan tulangan geogrid FS tulangan diambil sebesar 2. Faktor keamanan terhadap kegagalan stabilitas lereng global tanah non- tulangan FS non-tulangan biasanya diambil 1,3 sampai 1,5. Dimana faktor aman dari hasil analisis tanah non-tulangan dijumlahkan dengan pembagian stabilitas momen gaya tarik tulangan geogrid dengan momen pengguling, seperti dituliskan dalam persamaan berikut: �� �������� = �� ���−�������� + � � � � � � 2.10 dimana: � � = ∑ � � = �� ����� � � 2.11 P qh = P q . cos ø 2 2.12 P Eh = P E . cos ø 2 2.13 P E = 0,5 H 2 γ K a 2.14 P q = q H K a 2.15 dimana: M D = jumlah momen guling akibat gaya horizontal kNm M g = momen stabilitas kNm �� ���−�������� = faktor keamanan terhadap kelongsoran lereng tanah non-tulangan �� �������� = faktor keamanan terhadap kelongsoran lereng tanah bertulangan T maks = gaya tarik maksimum geogrid untuk setiap lapisan kNm P qh = tekanan tanah aktif horizontal akibat beban q kNm 2 P Eh = tekanan tanah aktif horisontal akibat berat sendiri tanah kNm 2 b i = L -L p garis keruntuhan dihitung sesuai dengan bidang longsor Rankine = panjang geogrid di zona kegagalan m 15

2.2.2 Sistem Stabilisasi Internal

Sistem stabilisasi internal merupakan sistem yang memperkuat tanah untuk mencapai kestabilan yang dibutuhkan. Sistem ini berkembang semenjak tahun 1960 dan dibagi menjadi dua kategori yaitu Reinforced Soils dan In Situ Reinforcement. Reinforced Soil merupakan sistem yang menambah material perkuatan saat tanah diurug, sedangkan In Situ Reinforcement merupakan sistem yang menambah material perkuatan dengan cara dimasukkan ke dalam tanah. Gambar 2.7 Mechanically Stabilized Earth Sumber: Earth Retaining Structures Manual, 2010 Massa tanah bertulang dibagi menjadi dua daerah, zona aktif dan zona penahan. Zona aktif berada tepat di belakang muka dinding. Pada daerah ini, tanah cenderung bergerak menjauh dari tanah di belakangnya. Tegangan yang berasal dari gerakan ini diarahkan keluar dari dinding, dan harus ditahan oleh tulangan. Gaya-gaya pada tulangan dipindahkan ke zona penahan dimana tegangan geser tanah dikerahkan di arah yang berlawanan untuk mencegah tercabutnya tulangan. Gambar 2.8 menunjukkan dua daerah yang berbeda. 16 Tulangan menahan dua daerah yang berbeda ini bersama-sama sehingga membentuk massa tanah yang menyatu. Stabilitas internal adalah stabilitas massa tanah bertulang pembentuk dinding penahan tanah bertulang terhadap pengaruh gaya-gaya yang bekerja. Analisis stabilitas internal struktur tanah bertulang meliputi resiko-resiko sebagai berikut: putusnya tulangan dan tercabutnya tulangan dari zona penahan. Gambar 2.8 Zona aktif dan zona penahan dinding penahan Untuk tanah dengan tulangan-tulangan yang meregang atau tulangan- tulangan yang mudah meregang, fleksibel, atau tulangan-tulangan yang memungkinkan tanah pembentuk struktur berdeformasi relatif besar seperti geogrid maka digunakan K = Ka , dan bidang longsor potensialnya Rankine. 17 a Bidang Longsor In-Situ b Rankine c Bilinear Gambar 2.9 Bidang-bidang Longsor Potensial

2.3 Tanah Bertulang