Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Tidak ada manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah mengalami situasi sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki
kemampuan dan pengetahuan standar, tetapi sangat gampang memperoleh pekerjaan, bahkan beberapa kali pindah tempat kerja. Sementara, beberapa orang
lainnya yang memiliki kemampuan hebat dan IPK yang tinggi, tak jarang usahanya kandas sampai ditahap tes wawancara kerja.
Tahap seleksi wawancara merupakan tahapan yang harus dilewati pencari kerja sebelum mendapatkan pekerjaan, hal ini sangat penting karena interviewer
akan menilai dan mengambil segala informasi yang dibutuhkan tentang calon karyawan secara langsung. Tahap wawancara tidak akan melihat seberapa bagus
IPK dan pengetahuan calon karyawan, tetapi lebih memperhatikan kesiapan calon karyawan dalam hal menjual kekuatan diri dan meyakinkan para interviewer.
Tujuan wawancara kerja adalah untuk menilai sisi psikologis, perilaku, kepemimpinan, komitmen, kejujuran, tanggung jawab, dan segudang nilai
kebaikan yang masuk dalam penilaian perusahaan Dirgantoro dan Pratono, 2012:iii. Fase ini merupakan tahapan yang sangat menentukan. Jadi, jangan
pernah meremehkan tes wawancara kerja. Seorang calon karyawan akan dipanggil sebuah perusahaan untuk
menjalani sesi wawancara kerja, itu menunjukkan bahwa calon karyawan untuk sementara dianggap masuk kedalam kriteria perusahaan tersebut. Dengan kata lain
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
calon karyawan dianggap memiliki kualitas diri yang baik dimata perusahaan. Itu berarti, calon karyawan tersebut juga telah menyisihkan puluhan bahkan ratusan
pesaing yang merebutkan sebuah pekerjaan. Selangkah lagi, calon karyawan akan mendapatkan pekerjaan, dan umumnya tes wawancara kerja merupakan tahapan
terakhir yang harus dihadapi oleh para pencari kerja. Banyak peserta yang gagal dalam tahap wawancara. Lalu, apa susahnya
menjalani tahap wawancara? Terkadang ada pertanyaan yang menjebak yang membuat peserta tes kehilangan poin dan harus pulang dengan tangan hampa.
Jadi, langkah terbaik adalah menyiapkan diri kita dengan berlatih menjawab segala kemungkinan pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Perlu diingat,
setiap jawaban yang kita berikan konsekuensinya akan melahirkan sebuah pertanyaan lanjutan. Jadi, usahakan menjawab dengan jawaban berani, tepat dan
jujur. Pewawancara sangat cermat dan akan segera tahu bila jawaban kita dibuat- buat dan bohong agar penilaian kita baik. Jika kita lakukan dan mereka
menyadarinya, otomatis kita akan kehilangan poin dan usaha kita memperoleh sebuah pekerjaan akan kandas begitu saja.
Wawancara kerja adalah bagian terpenting ketika seseorang akan memasuki dunia kerja. Pewawancara merupakan sarana dari perusahaan untuk
menggali informasi sebanyak-banyaknya dari calon karyawan, yaitu kepribadian calon karyawan, latarbelakang keluarga, pendidikan dan sebagainya. Bagi calon
karyawan, wawancara berarti kesempatan untuk mempromosikan diri. Berkas lamaran dan persyaratan yang diajukan oleh pelamar kerja akan diproses lebih
lanjut dalam wawancara kerja. Proses ini tentu saja dapat berlangsung lama atau sebentar. Tes wawancara kerja umumnya adalah proses final untuk memutuskan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
apakah anda akan diangkat sebagai karyawan atau tidak. Namun, bukan soal waktu yang menentukan berhasil atau tidaknya wawancara tersebut, melainkan
pemahaman calon karyawan akan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pewawancara sehingga bisa memberi jawaban yang tepat.
Bagi beberapa orang, wawancara kerja mungkin adalah momok yang menakutkan. Kecemasan atau ketakutan yang muncul sebelum atau pada saat
wawancara itu memang wajar. Apalagi jika seseorang belum memiliki pengalaman kerja atau baru pertama kali melamar pekerjaan. Sebenarnya orang
yang berulang kali melamar pekerjaan pun bisa mengalami hal yang sama. Mungkin perbedaannya adalah ia bisa mengelola emosi sehingga pengendalian
dirinya lebih terjaga. Hal itu dikarenakan ia sudah terlatih menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan pewawancara. Pengendalian diri dan pengelolaan emosi
memang sangat penting dalam mengikuti wawancara kerja. Oleh karena itu, masalah utama yang selalu dihadapi oleh sebagian besar calon karyawan atau
pegawai dalam wawancara kerja adalah kepercayaan diri. Philips Apollo, 2007:17 menyebut kecemasan komunikasi dengan istilah
reticence , yaitu ketidakmampuan individu untuk mengikuti diskusi secara aktif, mengembangkan percakapan, menjawab pertanyaan yang diajukan di kelas, yang
bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya ketidakmampuan dalam menyusun kata-kata dan ketidakmampuan menyampaikan
pesan secara sempurna, meskipun sudah dipersiapkan sebelumnya www.psikologi-unissulaarticle88579.
Siapapun tidak menyangkal kalau kepercayaan diri itu penting, apalagi ketika bertatatap muka dengan orang yang
belum dikenal. Kepercayaan diri terkadang luntur lalu berubah menjadi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kegugupan sehingga seseorang tidak fokus menjawab pertanyaan yang diajukan atau mendengarkan instruksi yang diberikan. Akibatnya adalah calon karyawan
mengalami kegagalan. Namun, apakah kepercayaan diri saja sudah cukup untuk berhasil melewati tes wawancara? Tidak. Masih ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu pengetahuan umum dan kejadian masa kini, wawasan, keterampilan, pengetahuan tentang perusahaan yang dituju, bentuk usaha
perusahaan tersebut, serta pengetahuan tentang pekerjaan yang dilamar. Selain kepercayaan diri dan pengetahuan mengenai perusahaan dan
pekerjaan yang dilamar, sebaiknya calon karyawan juga memiliki sikap mental positif. Sikap mental ini erat kaitannya dengan pembentukan kepercayaan diri.
Namun, Harus diingat bahwa rasa percaya diri yang berlebihan akan menimbulkan persepsi negatif dari pewawancara, Karena ia akan menganggap
calon karyawan adalah orang yang arogan dan sulit diatur. Oleh karena itu, sikap mental ini tidak hanya berkisar pada rasa percaya diri, tetapi juga hubungan
dengan orang lain. Kecemasan dan ketidakpastian yang dialami calon karyawan berpengaruh
terhadap interaksi komunikasi antarpribadi calon karyawan dan pewawancara. Dalam bukunya The Interpersonal Communication Book 2001:80, De Vito
mengungkapkan bahwa kecemasan berkomunikasi merujuk pada rasa malu, keengganan berkomunikasi, ketakutan berbicara didepan umum, dan sikap
pendiam dalam interaksi komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kecemasan ini jika tidak dapat diatasi, maka akan mengalami peningkatan. Menurut Spilberger Triantoro Nofrans 2009:53 bentuk
kecemasan berkomunikasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1.
Kecemasan berkomunikasi yang muncul dalam diri seseorang trait anxiety. Yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa
terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarya tidak bahaya. Kecemasan dalam kategori ini lebih disebabkan karena kepribadian
individu tersebut memang mempunyai potensi cemas dibandingkan individu lain. Keadaan cemas ini muncul tanpa memperhatikan situasi
khusus. 2.
Kecemasan yang timbul karena situasi sosial yang menyebabkan seseorang tidak
mampu menyampaikan pesannya secara jelas state anxiety. Yaitu keadaan dan kondisi emosional sementara pada diri seseorang yanaga
ditandai dengan perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan dengan sadar serta bersifat subjektif. Keadaan takut akan terlihat jelas, khusus
untuk situasi komunikasi tertentu. Devito mencontohkan individu yang merasa takut saat berbicara di depan
umum tetapi tidak saat komunikasi diadik, atau individu yang merasakan kecemasan berkomunikasi saat proses wawancara namun tidak ada kecemasan
saat berbicara di depan umum, Kecemasan yang timbul karena situasi sosial ini sangatlah umum keadaan ini dialami banyak orang saat berada dalam situasi
tertentu. Kecemasan yang semakin meningkat dapat menghambat komunikasi antarpribadi antara pewawancara dan calon karyawan, pewawancara dapat saja
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mengurangi poin kita atau malah mereka salah paham dikarenakan sikap dan ucapan kita yang semakin kaku atau mengawur. Hal inilah yang menjadi latar
belakang untuk melakukan penelitian tentang “Kecemasan Berkomunikasi Antarpribadi Dalam Menjalani Tes Wawancara Kerja”.
1.2 PERUMUSAN MASALAH