Universitas Sumatera Utara
2.3 Communication Apprehension
2.3.1 Ciri Communication Apprehension
Istilah communication apprehension
rasa malu, keengganan berkomunikasi, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan berbicara di depan umum,
dan sikap pendiam merujuk pada perasaan takut atau kecemasan dalam interaksi komunikasi. Individu tersebut akan mengembangkan perasaan- perasaan negatif
dan memprediksikan hal–hal negatif saat terlibat dalam interaksi komunikasi. Individu merasa takut melakukan kesalahan dan akan dipermalukan. Individu
tersebut akan merasa keuntungan apapun yang bertambah dari keterlibatan berkomunikasi akan sebanding dengan rasa takut. Individu yang mem iliki
ketakutan komunikasi yang tinggi, interaksi komunikasi tidak akan sebanding dengan rasa takut yang timbul. DeVito, 2001:80
Terdapat tiga kategori sifat komunikator yang paling menarik dan paling sering dibahas dalam literatur komunikasi yaitu : sifat mementingkan diri sendiri,
sifat berdebat, dan sifat cemas. Morissan, 2010:7 -9 a. Sifat mementingkan diri sendiri
Dalam literatur psikologi terdapat istilah conversational narcissism untuk menggambarkan sifat komunikator yang cenderung mementingkan diri
sendiri.Narcisism berarti mencintai diri sendiri self-love. Istilah ini dikemukakan oleh Anita Vengelisti dan rekan yang mengartikannya
sebagai the tendency tobe self- absorbed in conversation kecenderungan untuk menjadikan diri melebur dalam percakapan. Dengan demikian,
komunikator dengan sifat ini cenderung untuk mengajak lawan bicaranya untuk membahas mengenai dirinya sendiri. Sifat mementingkan diri
sendiri merupakan sifat yang dimiliki seseorang yang menginginkan orang lain membicarakan dirinya. Komunikator dengan sifat ini cenderung untuk
menonjolkan dirinya sebagai pihak yang paling penting. Ia cenderung untuk mengontrol arah percakapan serta menginginkan orang lain
membahas mengenai dirinya. Mereka juga cenderung tidak sensitif atau tidak responsif terhadap epentingan pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
b. Sifat berdebat Komunikator memiliki sifat suka berdebat argumentativeness jika ia
memiliki kecenderungan untuk suka melibatkan diri dalam percakapan yang membahas topik kontroversial. Komunikator dengan sifat in i
cenderung bersifat tegas dalam mengemukakan pandangannya terhadap suatu hal. Ia akan menyatakan dukungannya terhadap pandangan yang
dianggapnya benar dan sebaliknya ia akan mengkritik pandangan yang tidak sesuai. Dominick Infante melakukan penelitian men genai sifat
komunikator yang argumentatif ini. Menurutnya sifat komunikator yang argumentatif memberikan kontribusi positif karena sifat ini dapat
mendorong komunikator dan lawan bicaranya untuk saling belajar, membantu melihat pandangan pihak lain, meningkatkan kredibilitas, serta
memperbaiki kemampuan berkomunikasi. Komunikator yang argumentatif cenderung memiliki sikap percaya diri dan tegas. Namun demikian, tidak
semua orang percaya diri memiliki sifat argumentatif. Dengan kata lain, orang perlu memiliki percaya diri untuk dapat mengemukakan
pandangannya. Namun demikian, sangatlah mungkin orang tetap memiliki percaya diri tanpa harus mengemukakan pandangannya sendiri. Menurut
Infante, sifat komunikator yang argumentatif juga memiliki aspek negatif jika komunikator mengucapkan kata-kata yang agresif dan sikap
permusuhan.
c. Sifat Cemas Setiap orang pernah merasa gugup atau cemas ketika berkomunikasi.
Banyak penelitian telah dilakukan terkait dengan masalah kecemasan dalam berkomunikasi. Penelitian yang paling populer adalah yang
dilakukan oleh James McCroskey, yang menyatakan bahwa pada dasarnya setiap orang pernah mengalami kecemasan berkomunikasi. Namun ada
kalanya kecemasan itu bersifat berlebihan sehingga menjadi tidak normal.
Kecemasan berkomunikasi yang tinggi merupakan kecenderungan untuk mengalami kecemasan dalam waktu yang relatif lama dan dalam berbagai situasi
yang berbeda. Dalam hal ini seseorang menderita karena merasa sangat cemas ketika ia harus berkomunikasi sehingga ia ingin bahkan akan menghindari
berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini menyebabkan orang bersangkutan tidak dapat bersosialisasi dalam masyarakat.
Kecemasan berkomunikasi merupakan bagian dari konsep yang lebih besar dalam konsep - konsep psikologi seperti: penghindaran sosial social
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
avoidance, kecemasan sosial social anxiety, kecemasan interaksi interaction anxiety, dan sifat malu shyness yang secara umum disebut dengan kecemasan
sosial dan komunikasi. Joseph A. DeVito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book
2001:80 menuliskan kecemasan berkomunikasi dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Kecemasan berkomunikasi yang muncul dalam diri seseorang trait apprehension. Keadaan cemas ini muncul tanpa memperhatikan situasi
khusus. Ketakutan muncul dalam situasi komunikasi diadik, kelompok kecil, berbicara didepan umum, maupun komunikasi massa.
2. Kecemasan yang timbul karena situasi sosial yang menyebabkan seseorang tidak mampu menyampaikan pesannya secara jelas state
apprehension. Keadaan takut akan terlihat jelas, khusus untuk situasi komunikasi tertentu. Devito mencontohkan individu yang mungkin
takut saat berbicara di depan umum tetapi tidak saat komunikasi diadik, atau individu yang merasakan kecemasan berkomunikasi saat proses
wawancara namun tidak ada kecemasan saat berbicara di depan umum. Kecemasan yang timbul karena situasi sosial ini sangatlah umum,
keadaan ini dialami banyak orang saat berada dalam situasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Perilaku Cemas