Universitas Sumatera Utara
mengurangi poin kita atau malah mereka salah paham dikarenakan sikap dan ucapan kita yang semakin kaku atau mengawur. Hal inilah yang menjadi latar
belakang untuk melakukan penelitian tentang “Kecemasan Berkomunikasi Antarpribadi Dalam Menjalani Tes Wawancara Kerja”.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengalaman mereka dalam tes wawancara, apakah calon
karyawan merasa antusias, cemas dalam tahap perkenalan, maupun tahapan untuk mengetahui personal calon karyawan, dan apakah tingkat
kecemasan mereka meningkat atau menurun selama proses wawancara? 2.
Bagaimanakah komunikasi antarpribadi pewawancara dan calon karyawan dalam tes wawancara kerja?
3. Faktor-faktor apakah yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya
kecemasan calon karyawan dalam pengalaman mereka menghadapi tes wawancara, dan bagaimana mereka mengatasinya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti. Adapun pembatasan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan studi deskriptif sebagai metode riset peneliti.
2. Yang menjadi perhatian peneliti adalah kecemasan berkomunikasi dan
cara mengatasinya selama menjalani tes wawancara. 3.
Penelitian terbatas pada calon karyawan yang pernah mengikuti lowongan pekerjaan melalui PJK USU dan sudah menjalani tes wawancara kerja
minimal 2 kali di Kota Medan. 4.
Penelitian berlangsung sejak Maret hingga selesai.
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk memahami kecemasan calon karyawan
dalam pengalaman interaksi komunikasi mereka dengan pewawancara dalam tes wawancara kerja.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan interaksi komunikasi
antarpribadi calon karyawan dan pewawancara dalam tes wawancara kerja.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3. Penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang berpotensi
menjadi penyebab kecemasan mereka dalam pengalaman tes wawancara kerja dan bagaimana mereka mengatasinya.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian kualitatif dalam bidang ilmu komunikasi
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan
memperkaya khasanah penelitian tentang komunikasi antarpribadi sebagai bagian dari ilmu komunikasi.
3. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bersama dalam
memahami konteks komunikasi antarpribadi dalam tes wawancara kerja.
1.5 KERANGKA TEORI 1.5.1. Komunikasi Antarpribadi
Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat bekerja, organisasi sosial, dan
lain sebagainya. Semua ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan di dalam lingkungan, komunikasi, frekuensi pertemuan, jenis relasi mutu dari
interaksi-interaksi di antara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan diantara mereka satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi.
Menurut Lasswell dalam bukunya “The Structure and function of Communication
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
in Society”. Cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: who, says what, in which channel, to whom, with what
effect Rakhmat, 2002:2 . Ciri khas komunikasi interpersonal ini ialah sifatnya dua arah atau timbal
balik two ways traffic communications. Di dalam komunikasi interpersonal, komunikator dan komunikan saling berganti fungsi. Menurut Joseph A. Devito,
ciri komunikasi antarpribadi yang efektif adalah keterbukaan, openness, empati emphaty, dukungan supportiveness, rasa positif positiveness, kesetaraan
equality. Liliweri,1991:13.
1.5.2 Communication Apprehension
Tingkat kecemasan ataupun ketakutan individu yang berkaitan dengan komunikasi yang sedang atau yang akan dilakukan dengan orang lain dinamakan
dengan Communication apprehension Devito, 2001:80. Communication apprhension merupakan perilaku yang biasa dan normal karena setiap individu
mengalaminya, namun tidak semua individu dapat mengatasi hal ini sehingga dapat menggangu komunikasi individu tersebut dengan orang lain.
Petterson dan Ritts dalam penelitiannya mengemukakan beberapa parameter yang menunjukkan komunikator mengalami kecemasan sosial dan
komunikasi. Menurut mereka kecemasan sosial dan komunikasi, memiliki aspek fisik, aspek tingkah laku, serta aspek kognitif.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Joseph A. Devito Devito:81-82 menuliskan faktor-faktor yang meningkatkan kecemasan berkomunikasi, antara lain:
1. Degree of Evaluation
2. Subordinate Status
3. Degree of Consciousness
4. Degree of unpredictability
5. Degree of dissimiliarty
6. Prior success and failures
7. Lack of communication skill and experience
Terkait dengan pemikiran negatif, Patterson dan Rits mengemukakan: “ Negative thinking can lead to anxious self-perceptions that keeps a person from
considering all of the information and cues in the environment.” Pemikiran negatif menyebabkan seseorang menjadi terlalu khawatir dengan dirinya sendiri
sehinnga ia harus memperhitungkan segala informasi dan gejala yang muncul dari lingkungan sekitarnya. Hal ini menyebabkan proses dan pengolahan informasi
yang normal terganggu yang pada akhirnya mendorong seseorang untuk menarik diri dari lingkungannya. Morissan, 2010:9
1.5.3. Teori Pengurangan Ketidakpastian Uncertainly Reduction Theory
Teori ini pertama sekali dekembangkan oleh Berger dan Calabrese pada tahun 1975. Tujuan Berger dan Calabrese dalam membangun teori ini adalah
untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang-orang yang baru saling mengenal yang terlibat dalam
percakapan. Teori pengurangan ketidakpastian membahas proses dasar bagaimana
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kita memperoleh pengetahun mengenai orang lain melalui interaksi komunikasi, dalam Morissan, 2010:86
Berger dan Calabrese menuliskan tujuh aksioma ketidak pastian, yakni: 1.
Ketidakpastian tinggi, mendorong komunikasi verbal 2.
Pernyataan nonverbal rendah, ketidakpastian tinggi 3.
Ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah 4.
Ketidakpastian tinggi, keakraban komunikasi rendah 5.
Ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi 6.
Kesamaan mengurangi ketidakpastian 7.
Ketidakpastian tinggi, kesukaan rendah Morrisan, 2010:93
1.6 KERANGKA KONSEP
Burhan Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang
sama. Bungin 2001:73 Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis
dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang dicapai serta perumusan
kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian Nawawi, 1995:40 .
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Maka model teoritis dari kerangka konsep yang akan deteliti adalah: Gambar .1.1: Model teoritis
Sumber: Peneliti, 2012
1.7. Operasionalisasi Konsep