1. Pengelolaan dan Prinsip Sumberdaya Perairan Laut
Berdasarkan Pasal 1 angka 7, definisi pengelolaan perikanan adalah “semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis,
perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang
perikanan yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang
telah disepakati.” Pengelolaan perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan Republik
Indonesia dilakukan untuk tercapainya manfaat yang optimal berkelanjutan, dan terjaminnya kelestarian sumber daya ikan, serta harus mempertimbangkan hukum
adat danatau kearifan lokal ditambah peran serta masyarakat. Pengelolaan sumberdaya perairan laut yang baik dan tepat guna dapat
mendatangkan kemakmuran sebesar-besarnya bagi rakyat Indonesia. Pengelolaan sumberdaya laut dapat membantu penghasilanekonomi masyarakat setempat karena
akan adanya lapangan pekerjaan baru dari pengelolaan yang baik tersebut. Menurut Rahardjo Adisasmita
9
diperlukannya pendekatan yang serasi yang berorientasi kepada:
a. Pemanfaatan sumberdaya perairan laut berdasarkan mekanisme pasar demand and market driven sehingga tidak terjadi perusakan;
b. Menerapkan prinsip 3E ekonomis, efisien, dan efektif agar pemanfaatan sumberdaya perairan laut dilakukan secara optimal;
9 Rahardjo Adisasmita, 2006, Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan, Penerbt Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm.77
c. Pemanfaatan sumberdaya perairan laut berorientasi kepada masa depan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang;
d. Perencanaan dan pembangunan sumberdaya perairan laut dilakukan dari bawah bottom-up planning and development agar sesuai dengan kepentingan dan
kebutuhan masyarakat; e. Pembangunan dan pengelolaan sumberdaya perairan laut dilakukan secara
terpadu, komperehensif, multi sektoral, spasial, partisipatif, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
Pengelolaan sumberdaya laut harus didasarkan dengan prinsip-prinsip yakni
10
: a. Pengelolaan sumberdaya perairan laut secara optimal dan berkelanjutan.
Pengelolaan ini dilakukan sebaik mungkin sehingga tidak melampaui daya dukung wilayah, tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, dan
pemanfaatanya dapat diselenggarakan dalam jangka panjang; b. Diarahkan untuk kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pengelolaan sumberdaya
perairan laut ditujukan untuk kesejahteraan dan keadilan masyarakat demi terselenggaranya pembangunan untuk seluruh golongan masyarakat, jadi tidak
boleh terkosentrasi pada beberapa kelompok tertentu saja. c. Didasari oleh prinsip ekonomi, efisien, dan efektif. Ekonomis berarti bahwa
semua masukan yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan harus dilaksanakan dengan biaya serendah mungkin. Efisien berarti bahwa semua
inputmasukan dialokasikan sedemikian rupa hingga menghasilkan output dengan biaya terendah leastcost combination, dan efektif berarti bahwa output yang
dihasilkan benar-benar sesuai dengan tujuan yang diharapkan desired outcomes.
10 Ibid, hlm.79-80.
2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Terkait Konservasi dan Perlindungan Lingkungan Hidup
Berdasarkan Pasal 1 angka 8 UU Perikanan definisi konservasi sumber daya ikan adalah “upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya ikan,
termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragaman sumber daya ikan.” Berdasarkan Pasal 7 UU Perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan memiliki
wewenang memberikan penetapan untuk mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan seperti: jumlah tangkapan yang diperbolehkan di wilayah pengelolaan
perikanan RI; jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan, persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikan
11
. Penulis paparkan beberapa Peraturan Menteri KKP yang berhubungan dengan
pelestarian, pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup di sektor kelautan dan perikanan:
a. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Larangan Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP
Negara Republik Indonesia 714
Berdasarkan Pasal 3 Permen 42015 mengatur bahwa “setiap orang baik perorangan atau korporasi dilarang menangkap ikan di WPP 714, namun bagi
yang sudah memiliki Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI sebelum peraturan ini terbit, masih tetap berlaku sampai habis masa berlakunya. wilayah WPP 714
meliputi Laut Banda dan Teluk Tolo merupakan daerah pemijahan breeding
11 Lebih lengkapnya, lihat Pasal 7 UU Perikanan Tahun 2009
ground, dan daerah bertelur spawning ground sehingga perlu dilakukan larangan penangkapan ikan.
b. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pelarangan Penggunaan Alat Tangkap Cantrang
Peraturan Menteri tersebut diatur bahwa setiap orang dilarang menggunakan alat penangkapan ikan pukat hela trawls, dan alat penangkapan ikan pukat tarik
seine nets di seluruh wilayah NKRI.
c. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 54 Tahun 2014 tentang Pelarangan Bongkar Alih Muatan di Tengah Laut Transhipment
Berdasarkan Pasal 41 ayat 4 UU Perikanan diatur bahwa “setiap orang yang memiliki danatau mengoperasikan kapal penangkap ikan danatau kapal
penangkut ikan yang tidak melakukan bongkar muat ikan tangkapan di pelabuhan perikanan yang ditetapkan atau pelabuhan lainnya yang ditunjuk sebagaimana
dimaksud pada ayat 3 dikenai sanksi administratif berupa peringatan, pembekuan izin, atau pencabutan izin.”
Transhipment dilakukan dengan ketentuan: a. mempunyai pelabuhan pangkalah yang sama; b. pelaksanaan transhipment diawasi oleh pemantau kapal
penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan observer; c. transmitter VMS dalam kondisi aktif dan dapat dipantau secara online; d. melaporkan kepada
kepala pelabuhan pangkalan sebagaimana tercantum dalam SIPI atau SIKPI; e. melaporkan kepada pengawas perikanan di pelabuhan pangkalan sebagaimana
tercantum dalam SIPI atau SIKPI; f. mengisi pernyataan pemindahan ikan hasil
tangkapan yang ditanda tangani oleh masing-masing nakhoda kapal dan disampaikan kepada kepala pelabuhan pangkalan
12
. Pelaksanaan transhipment wajib dilakukan dengan mendaratkan ikan di pelabuhan
pangkalan sesuai SIPI atau SIKPI dan tidak dibawa keluar negeri, kecuali bagi kapal penangkap ikan yang menggunakan alat penangkapan ikan purse seine
berukuran diatas 1000 seribu GT yang dioperasikan secara tunggal.
13
Jika terdapat kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan yang melanggar
ketentuan, maka akan dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan SIPI dan SIKPI.
Menteri KKP mengeluarkan Permen KKP 542014 untuk menindaklanjuti dan melaksanakan ketentuan Pasal di UU Perikanan yang mengatur tentang
transhipment. Permen KKP 542014 memberikan kelonggaran salah satunya adalah kapal-kapal pengangkut ikan harus memiliki awak pemantauobserver
dalam setiap kali beroperasi;
d. Peraturan Menteri Nomor 56Permen-KP2014 tentang Penghentian Sementara Moratorium Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Indonesia
Peraturan tersebut mengatur bahwa moratorium berlaku untuk kapal yang pembangunannya dilakukan di luar negeri dengan kapasitas diatas 30 Gross Ton
GT. Selama moratorium diberlakukan, Pemerintah tidak akan menerbitkan izin kapal baru berupa Surat Izin Usaha Penangkapan SIUP, serta menangguhkan
Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI, dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan
12 Pasal 69 ayat 2 Permen KKP 302012 jo. Permen KKP 572014 13 Pasal 69 ayat 3 Permen KKP 302012 jo. Permen KKP 572014
SIKPI kepada 1132 kapal buatan luar negeri dengan kapasitas diatas 30 gross ton GT.
Menteri KKP mengeluarkan peraturan bahwa kapal asing tidak lagi boleh menangkap ikan di perairan Indonesia. Menteri KKP menyatakan bahwa sudah
cukup dulu saat Pemerintah memberikan izin kapal asing namun dengan kompensasi yang murah. Pemilik kapal asing ada yang memanipulasi ukuran
kapal dan memalsukan perizinan. Misalnya, hanya satu kapal yang diizinkan namun yang masuk sepuluh kapal
14
.
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 25PERMEN-KP2015 tentang Rencana Strategis Kementrian Kelautan dan
Perikanan Tahun 2015-2019
Bentuk tindak lanjut dan pelaksanaan Rencana Strategis Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019 , maka KKP mengeluarkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 25PERMEN-KP2015 tentang Rencana Strategis Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-2019, yang selanjutnya disebut
Renstra KKP. Presiden Jokowi telah menyatakan bahwa laut adalah masa depan pradaban
bangsa. Hal tersebut menunjukan bahwa laut tdak boleh dipunggungi, sudah saatnya bangsa Indonesia melihat laut sebagai sumber kehidupan manusia. Oleh
sebab itu, pembangunan kelautan dan perikanan harus dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan untuk mengubah suatu keadaan menjadi keadaan yang
lebih baik dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan secara
14 Odelia Sinaga dalam artikel tanggal 11 Oktober 2016 berjudul “Menteri Susi: Tak Ada Lagi Izin untuk Kapal Asing”, diakses dari
https:bisnis.tempo.coreadnews20161011090811270menteri-susi-tak-ada-lagi-izin-untuk-kapal-asing ,
diakses tanggal 1 Januari 2017.
optimal, efisien, efektif, dan akuntabel, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
3. Manajemen Sumberdaya Perairan Laut yang Komprehensif