2. Pencemaran Laut
Laut adalah fenomena alam yang tersusun dalam suatu sistem yang kompleks, terdiri atas komponen-komponen sumber daya alam hayati dan non hayati dengan
keragaman dan memiliki nilai ekonomi. Setiap sumber daya laut tersusun sebagai suatu ekosistem dengan karakteristik tertentu. Interaksi antar ekosistem membentuk
suatu keseimbangan laut seperti kehidupan biota laut tergantung dari keselamatan tempat berkembangnya biota tersebut. Perusakan karang laut oleh kegiatan siesmic
untuk tujuan pencarian sumber-sumber minyak dan gas bumi di dasar laut akan berpengaruh terhadap ekosistem karang, dan menganggu ekosistem mangrove jika
terjadi pencemaran minyak yang akan sulit dibersihkan.
1
a. Definisi Pencemaran
Otto Soemarwoto sebagimana dikutip oleh Siahaan
2
merumuskan penyebab terjadinya pencemaran, yakni:
1. Karena lebih besarnya kecepatan produksi suatu zat dari pada kecepatan penggunannya atau degradasinya secara kimia fisik. Bahan sintetis misalnya yang
dalam proses degradasi pada lingkungan hidup sering berjalan sangat lamban, oleh karena bahan itu merupakan bahan asing dan baru dimana belum ada
organisme dapat menggunakannya dalam metabolisme;
1 Muhammad Muhdar, Disertasi, 2010, Pengaturan Polluter Pays Principle dalam Penyelesaian Pencemaran Laut yang Bersumber dari Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta,
hlm.53 2 Siahaan, 1987, Hukum Lingkungan Ekologi dan Tata Lingkungan, Jakarta, Erlangga, hlm.280.
2. Proses biologi yang membentuk atau mengkonsentrasikan zat pencemar tertentu. Jenis mikroba misalnya dapat membentuk racun asam bonkrek pada tahun
bongkrek dalam beberapa bahan makanan manusia ataupun ternak. 3. Berdasarkan proses fisika kimia non biologi. Proses ini dapat terjadi tanpa
pengaruh langsung oleh manusia seperti pencemaran yang berasal dari gunung berapi, kebisingan pabrik atau kendaraan;
4. Terjadinya kecelakaan yang dapat melepaskan zat-zat tertentu kedalam lingkungan. Hal ini dapat terjadi secara perlahn. Misalnya kecelakaan atau
kebocoran tanker di lepas pantai yang melepaskan minyak ke perairan sekitar. Berdasarkan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UUPPLH, pengertian pencemaran lingkungan hidup diartikan sebagai “masuknya atau dimasukannya makhluk hidup,
zat, energi, danatau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.”
Pasal 1 angka 14 tersebut mempersyaratkan adanya penentuan unsur pencemar, penentuan kualitas tertentu pada media lingkungan, penentuan batasan baku mutu,
termasuk ukuran berfungsi atau tidaknya komponen lingkungan hidup. Persyaratan tersebut berarti membutuhkan adanya bukti yang menurut hukum, wajib disediakan
oleh para pihak jika terjadi sengketa keperdataan, maupun penegakan hukum pidana, termasuk bukti-bukti dari hasil penilaian instansi berwenang dalam rangka penegakan
hukum administrasi. Sebagai contoh, ukuran tercemar atau tidak tercemar dapat ditelusuri dari sifat kimia-fisika air yang umumnya diuji dan dapat digunakan untuk
menentukan tingkat pencemaran air yakni nilai PH, keasaman, dan alkalinis, suhu,
oksigen terlarut, karbondioksida bebas, warna dan kekeruhan, jumlah padatan, nitrat, amoniak, fosfat, daya hantar listrik, dan klorida
3
. Menurut Komar Kantaatmadja
4
, “pencemaran laut dimaksudkan sebagai terjadinya perubahan pada lingkungan laut yang terjadi sebagai akibat dimasukannya
oleh manusia secara langsung ataupun tidak langsung bahan-bahan atau energi kedalam lingkungan laut termasuk muara sungai yang menghasilkan akibat yang
demikian buruknya sehingga merupakan kerugian bagi kekayaan hayati, bahan terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan laut termasuk perikanan dan
lain-lain, penggunaan laut yang wajar, pemburukan daripada kualitas laut yang menurunkan kualitas tempat pemukiman dan rekreasi.”
Berdasarkan Pasal 1 ayat 4 UNCLOS, definsi pencemaran yakni “ pollution of the marine environement means the introduction by man, directly or indirectly, of
substances or energy into the marine environment including estuaries which results in or is likely to result in such deleterious effects as harm to living resources and
marine life, hazard to human health, hidrance to marine activites, including fishing and other legitimate use of the sea, impairmnet of quality for use of sea water and
reduction of amenities”. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran danatau Perusakan Laut. Definisi pencemaran laut yakni: “masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi danatau komponen lain ke dalam
lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak berfungsi lagi dengan baku mutu
lain danatau fungsinya.”
3 Philip Kristanto, 2004, Ekologi Industri, LPPM Universitas Kristen Petra, Surabaya, hlm.73. 4 Komar Kantaatmadja, 1981, Ganti Rugi Internasional Pencemaran Minyak di Laut, Alumni, Bandung,
hlm.16.
b. Sumber Pencemaran Laut