BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data dari siklus I sampai siklus II dapat dikemukakan bahwa telah terjadi perubahan pada siswa ke arah yang lebih baik.
Pada pembelajaran menggunakan problem solving dengan game pohon pengetahuan pada materi Ekosistem telah terjadi proses belajar mengajar yang
menghasilkan suatu interaksi antar siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan perbaikan pembelajaran ini yaitu siswa menjadi paham
pada materi IPA Ekosistem dan siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
1. Deskripsi siklus I
Kegiatan perbaikan pada siklus I didasarkan pada pembelajaran sebelumnya studi awal. Pada studi awal diperoleh data sekitar 48,38
siswa tidak tuntas dalam pembelajaran lampiran 8. Oleh karena itu, siklus I dirancang pembelajaran yang sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa. Pelaksanaan pembelajaran diseting dengan proses ilmiah merumuskan masalah agar siswa mampu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis pemecahan masalah. Selain itu, di akhir pembelajaran dilakukan game pohon pengetahuan untuk mengendapkan materi yang sudah
dipelajari. Guru IPA bersama penulis merancang kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem solving dengan game pohon
pengetahuan. Pada siklus I ini, pembelajaran diseting dengan pengamatan akuarium
buatan dan diskusi problem solving. Pengamatan ekosistem buatan dalam akuarium merupakan suatu bentuk keterampilan proses sains yang merupakan
ciri khas pembelajaran IPA Biologi. Melalui pengamatan akuarium siswa akan memiliki keterampilan proses antara lain melakukan observasi
pengamatan, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan prediksi, dan berkomunikasi.
28
Pengamatan akuarium ini dilakukan oleh siswa selama 6 hari dengan 3 kali pengamatan. Siswa kelas VII C membuat model ekosistem akuarium
yang diletakkan di belakang kelas dengan tujuan agar mudah dalam pengamatan. Hari pertama, ekosistem akuarium tersebut diamati oleh siswa
bersama kelompoknya. Siswa mengukur suhu air dan mencatat waktu pengamatan. Selain itu, siswa juga mengamati keadaan ikan dan hewan air
lainnya. Setelah dua hari, tanaman air dalam akuarium dikeluarkan kemudian siswa mengamati keadaan ekosistem juga di hari itu dengan mencatat di
lembar diskusi siswa. Dua hari kemudian, siswa melakukan pengamatan terakhir terhadap ekosistem akuarium. Pengamatan ini dilakukan di saat jam
istirahat sehingga tidak menggangu aktivitas belajar mengajar. Pada tanggal 21 Februari 2011, di saat pembelajaran siklus I siswa dibimbing oleh guru
melakukan diskusi. Dalam pembelajaran problem solving terdapat tahapan yang harus
dilakukan oleh siswa seperti merumuskan masalah, menganalisis masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis dan menarik
kesimpulan. Berdasarkan hasil pengamatan oleh observer dan lembar diskusi siswa, dari 8 kelompok masih terdapat 5 kelompok siswa kelompok A, B, D,
E dan F masih kesulitan dalam merangkai kata-kata untuk menentukan rumusan masalah. Umumnya, rumusan masalah yang ditulis adalah tujuan
praktikum. Dalam menganalisis masalah, semua kelompok sudah mengkaitkan permasalahan dengan teori-teori yang mendukung dari buku-
buku. Namun di dalam mengajukan hipotesis, hanya terdapat 2 kelompok kelompok A dan F yang tidak menulis hipotesis di lembar kerja siswa. Hal
ini karena, mereka belum paham apa yang dimaksud dengan hipotesis. Sedangkan 6 kelompok kelompok B, C, D, E, G dan H sudah bisa
mengajukan hipotesis meskipun dengan kata-kata yang kurang baku. Pada tahap pengumpulan data, siswa melakukan pengamatan selama 6 hari dengan
3 kali pengamatan. Data yang diambil dalam pengamatan meliputi suhu air dan keadaaan hewan air di dalamnya. Pengukuran suhu dilakukan
menggunakan thermometer. Semua kelompok sudah dapat menggunakan
thermometer dengan benar. Namun ada 2 anggota dari kelompok A nomor dada A1 dan A3 memegang thermometer dengan cara yang salah yaitu
memegang tidak pada tali penggantung thermometer tetapi di badan thermometer. Hal ini diketahui oleh guru dan guru langsung membenarkan
cara penggunaan thermometer yang benar. Di lembar kerja siswa, siswa menulis data dalam bentuk histogram. Terdapat 5 kelompok kelompok A, B,
D, F, danG yang sudah menggambarkan histogram dengan benar. Kelompok E dan H sudah menggambar dengan benar, tetapi tidak menuliskan judul
histogram. Sedangkan kelompok C, dalam menggambar histogram tidak menulis keterangan gambar. Pada tahap pengujian hipotesis dan penarikan
kesimpulan, semua kelompok sudah melakukan dengan benar data diambil dari Lembar Kerja Siswa.
Umumnya, pada saat mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS siswa masih merasa bingung karena ketika guru menjelaskan LKS banyak siswa
yang tidak memperhatikan sehingga guru perlu menjelaskan lagi ketika siswa melakukan diskusi. Hal ini menyebabkan waktu terbuang untuk menjelaskan
kembali LKS. Berdasarkan pengamatan observer, kemampuan berpendapat siswa masih rendah yaitu 42 . Selain itu, kemampuan bertanya siswa juga
masih kurang yaitu hanya 38 siswa yang mengemukakan pertanyaan lampiran 7. Saat presentasi, siswa masih menyelesaikan pekerjaaan LKS
nya sehingga tidak memperhatikan kelompok yang presentasi di depan. Hal ini, ketika dibuka kesempatan mengajukan pendapat jarang yang
mengacungkan jari untuk memberikan pendapat. Pada saat pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar siklus I, aktivitas
siswa sudah meningkat dibanding pembelajaran sebelumnya meskipun belum sesuai target yaitu 75 siswa mencapai kriteria aktif danatau sangat aktif.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat siswa yang memiliki kriteria aktif dan sangat aktif masih 51,61 .
Data aktivitas siswa disajikan pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Rekapitulasi data keaktifan siswa selama Kegiatan Belajar Mengajar KBM siklus I
No Kategori
Skor Kriteria
∑ siswa 1.
86 ≤X≤ 100 Sangat aktif
2 2.
71≤X≤ 85 Aktif
14 3
61≤ X≤70 Cukup aktif
9 4.
51 ≤ X≤60 Kurang aktif
6 5.
X 50 Tidak aktif
- Ketuntasan klasikal keaktifan
51,61
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.
Meskipun sudah lebih dari separuh jumlah siswa tetapi belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 75 siswa berkriteria
aktif danatau sangat aktif. Pembelajaran yang didesai dengan pengamatan ekosistem akuarium dan
diskusi kelompok untuk memecahkan masalah telah mampu menunjukkan hasil yang baik. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang mengedepankan
keterampilan proses sains dan problem solving membantu siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Menurut Rustaman 2003, keterampilan proses sains
melibatkan keterampilan kognitif karena siswa menggunakan pikirannya ketika melakukan ketrampilan proses sains. Selain itu, siswa tidak hanya
mendengarkan guru mengajar tapi juga melakukan sesuatu dan bekerjasama dengan siswa lain. Hal ini sesuai dengan pilar pendidikan menurut UNESCO
dalam Suparlan 2009 yaitu learning to do dan learning how to live together, yang mengajarkan siswa untuk bersosialisasi melalui kegiatan pengamatan
dan diskusi. Ketuntasan hasil belajar klasikal siswa mencapai 83,87 . Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran ini dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan di kelas VII C, meskipun belum semua siswa tuntas mencapai kriteria ketuntasan miminal. Data disajikan dalam tabel 7 berikut
ini.
Tabel 7. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I No
Rentang nilai ∑ siswa
1. – 10
- 2.
11 – 20
- 3.
21 – 30
- 4.
31 – 40
- 5.
41 – 50
- 6.
51 – 60
- 7.
61 – 70
5 8.
71 – 80
8 9.
81 – 90
16 10.
91 – 100
2
Nilai tertinggi 92,67
Nilai terendah 65,33
Jumlah siswa yang tuntas 26
Jumlah siswa yang tidak tuntas 5
Ketuntasan klasikal
83,87
Rata-rata 80,62
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.
Penerapan problem solving dengan game pohon pengetahuan sudah memberikan kemajuan yang bagus terhadap kelas VII C. Hal ini bisa
dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya lampiran 8. Pada pembelajaran sebelumnya hanya terdapat 48, 38 siswa yang tidak tuntas
dalam pembelajaran. Pada pembelajaran sebelumnya siswa hanya menerima materi dan tidak melakukan kegiatan yang mendukung proses ilmiah. Namun
setelah problem solving dengan game pohon pengetahuan diterapkan nilai hasil belajar siswa sudah meningkat yaitu 16, 13 siswa tidak tuntas.
Menurut Rustaman 2003, diskusi kelompok problem solving menuntut keterlibatan anggota kelompok yang ditunjang oleh aktivitas
anggotanya, sehingga anggota kelompok harus saling membantu dalam proses pengkonstruksian pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Setiawan 2008, proses pengkonstruksian pengetahuan dilakukan bersama- sama akan menggantikan proses pembelajaran klasikal yang proses
pengkonstruksian pengetahuannya
dilakukan sendiri.
Siswa dapat
mengungkapkan gagasan dan mendengarkan pendapat. Melalui kegiatan ini, siswa akan bersama-sama membangun pengertian pengetahuan dari masalah
yang dipecahkan. Pemecahan masalah problem solving berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan
Rustaman, 2003. Menurut Sanjaya 2006, dengan memecahkan masalah dan berdiskusi bersama akan mudah memahami isi pembelajaran.
Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa bermain game pohon pengetahuan. Permainan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengendapkan
materi yang sedang dipelajari. Siswa bersama kelompoknya berebut menjawab soal yang terdapat di gambar pohon tersebut dengan dipandu oleh
guru. Siswa sangat antusias meskipun tidak semua siswa aktif menjawab soal. Hal inidapat dilihat di lampiran 7, sekitar 56 siswa aktif mengacungkan jari
dan menjawab soal dari pohon pengetahuan. Melalui game ini, diharapkan siswa dapat belajar sambil bermain Suparlan 2009 sehingga siswa menjadi
senang dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu ciri dari pembelajaran biologi yaitu joyfull learning Saptono 2003. Siswa yang
senang dan tertarik dengan pembelajaran akan membuat siswa aktif dan akan memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan Jamil 2009.
Siswa yang memiliki keaktifan tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik sehingga mampu mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan standar
yang telah ditentukan. Siswa yang bersungguh-sungguh melaksanakan pengamatan, diskusi, dan aktif dalam mengemukakan pendapat akan
mendapat pemahaman materi yang lebih baik sehingga dalam menjawab soal- soal evaluasi siswa tidak akan mengalami kesulitan. Hal ini dapat dilihat pada
lampiran 8, sekitar 48 siswa aktif dan tuntas dalam belajar. Berdasarkan rekapitulasi aktivitas dan hasil belajar siswa, terdapat 10
siswa yang memiliki aktivitas rendah berkualifikasi cukup aktif dan kurang aktif tetapi tuntas dalam belajar lampiran 8. Setiap siswa memiliki
karakterisitik yang berbeda-beda dalam melakukan suatu proses belajar. Siswa yang beraktivitas rendah umumnya memiliki hasil belajar yang rendah
tetapi untuk sebagian siswa hal ini tidak berlaku. Kemungkinan siswa tersebut enggan beraktivitas di dalam kelas karena merasa tidak tertarik
melakukan aktivitas itu. Hal ini dapat dilihat dari angket tanggapan siswa yaitu terdapat siswa yang tidak tertarik dengan pembelajaran yang
berlangsung. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa tidak lepas dari peran
guru. Kinerja guru yang baik dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap proses pembelajaran khususnya peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan pengamatan siklus I, kinerja guru saat pelaksanaan perbaikan siklus I sudah berkriteria baik. Hanya saja, guru kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. Kinerja guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa karena peran guru di
dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses perbaikan siklus I, kiranya perlu diadakan perbaikan pada siklus II untuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada. Walaupun 83,87 siswa sudah tuntas dalam hasil belajar, masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas belajar. Selain itu,
48,39 siswa belum aktif dalam pembelajaran. Diharapkan pada siklus II, kekurangan-kekurangan itu dapat diperbaiki.
Di dalam pelaksanaan siklus I masih terdapat hal yang perlu diperbaiki antara lain siswa masih enggan menyatakan pendapat karena masih terbiasa
dengan model pembelajaran sebelumnya. Namun, setiap siswa sudah termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini dibuktikan dari aktivitas
siswa, seluruh siswa dalam kelas tersebut sangat antusias ketika mengamati ikan dalam akuarium dan mengikuti game di akhir pembelajaran.
Guru masih mendominasi pembelajaran meskipun sudah ada kemajuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengemukakan pendapat
lampiran 9. Selain itu, siswa juga sudah diajak untuk mengamati komponen ekosistem dalam akuarium. Hal ini membuat siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran.
2. Deskripsi siklus II
Perencanaan siklus II didasarkan atas refleksi di siklus I. Siklus II masih menitikberatkan pada penerapan problem solving dengan game pohon
pengetahuan. Pada siklus I, siswa masih enggan mengajukan pendapat maka di siklus II ini guru lebih mendorong siswa dengan memberikan pertanyaan
pancingan kepada siswa. Di siklus I, siswa masih bingung mengerjakan LKS maka di siklus II ini guru mengajak siswa untuk memperhatikan penjelasan
terhadap kegiatan yang akan dilakukan sehingga siswa tidak perlu menanyakan lagi saat pelaksanaan diskusi.
Pembelajaran Siklus II didesain dengan pengamatan lichens dan diskusi problem solving. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2011. Siswa
diajak untuk mengamati lichens lumut kerak. Sebelumnya, guru memberi tahu habitat lichens. Hal ini karena, semua siswa di kelas VII C tidak tahu
lichenslumut kerak . Siswa bersama kelompoknya mencari lichens dan mengamatinya serta mencatatnya di lembar diskusi siswa. Semua kelompok
kelompok A, B, C, D, E, F, G dan H sudah melakukan sesuai petunjuk yaitu membawa lichens ke sekolah dan mendiskusikan di kelas. Di dalam Lembar
diskusi siswa terdapat beberapa pertanyaan yang ditujukan untuk mengetahui tentang simbiosis yang terjadi pada lichens. Semua kelompok sudah mampu
menjawab pertanyaan dengan benar. Siswa mampu menjelaskan lichens banyak ditemukan di sisi batang yang menghadap sinar matahari. Siswa
mampu menyimpulkan bahwa terjadi interaksi lichens yang membutuhkan sinar matahari. Hal ini membuat siswa paham, mengapa jamur tersebut harus
bersimbiosis dengan alga. Selain itu, siswa juga diberi permasalahan tentang hujan abu yang
membuat tanaman di kota Purworejo layu bahkan mati. Siswa diajak untuk mengetahui penyebab layunya tumbuhan tersebut. Siswa dihadapkan pada
dua gambar tanaman dan diajak untuk menjelaskan perbedaan dua gambar tanaman pada saat sebelum terkena hujan abu dan sesudah terkena hujan abu.
Permasalahan ini ditampilkan kepada siswa untuk membuktikan bahwa sinar matahari berperan dalam interaksi makhluk hidup. Semua kelompok sudah
bisa menjawab pertanyaan dalam LKS dengan benar. Hal ini karena siswa mengamati langsung kejadian yang terjadi saat gunung merapi meletus.
Namun, sebagian kelompok kelompok A, B, G, E dan H tidak mengerti mengapa abu vulkanik dapat membuat tanaman layu. Di akhir pembelajaran,
guru bersama siswa bermain game pohon pengetahuan. Pada siklus II ini, semua siswa sudah lebih aktif daripada siklus I, 72
siswa sudah berani untuk mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan karena guru lebih memberikan motivasi kepada siswa untuk
berpendapat lampiran 7. Guru sudah memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memacu siswa untuk mengajukan pendapat. Namun, masih terdapat
siswa yang tidak mau mengajukan pendapat yaitu 17 siswa lampiran 7. Hal ini karena siswa tersebut tidak tertarik dengan pembelajaran data angket
tanggapan siswa tabel 10. Pengerjaan LKS juga sudah lancar dibanding siklus I. Semua kelompok sudah baik di dalam merumuskan masalah dan
mengajukan hipotesis. Aktivitas siswa pada siklus II sudah mencapai ketuntasan klasikal
indikator kinerja yang ditetapkan yaitu sebesar 77,42 tabel 8. Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan siswa dalam diskusi, kerjasama antara teman
kelompok sudah terjalin untuk menyelesaikan permasalahan dan siswa sudah aktif dalam bertanya dan aktif dalam mencari informasi. Selain itu, siswa
lebih antusias ketika bermain game pohon pengetahuan. Siswa berebut mengacungkan jari ketika akan menjawab soal yang diberikan guru. Hal ini
dapat dilihat di lampiran 7. Berikut ini data aktivitas siswa siklus II. Tabel 8. Rekapitulasi data keaktifan siswa selama Kegiatan Belajar Mengajar
KBM siklus II No
Kategori Skor Kriteria
∑ siswa 1.
86 ≤X≤ 100 Sangat aktif
4 2.
71≤X≤ 85 Aktif
20 3
61≤ X≤70 Cukup aktif
7 4.
51 ≤ X≤60 Kurang aktif
- 5.
X 50 Tidak aktif
- Ketuntasan klasikal keaktifan
77,42
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.
Terdapat 23,58 siswa memiliki aktivitas belajar yang rendah tabel 8, meskipun sudah meningkat dari siklus I. Aktivitas yang dimaksud adalah
aktivitas fisik siswa selama pembelajaran. Beberapa siswa memang sulit diajak untuk aktif di dalam kelas. Hal ini karena siswa kurang merasa tertarik
dalam pembelajaran tabel 10. Kekurangtertarikan terhadap sesuatu akan membuat siswa enggan melakukan sesuatu Suparlan 2009.
Pada umumnya, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan semangat belajar dan pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap peningkatan hasil belajar. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan faktor pendukung keberhasilan belajar siswa.
Kemampuan siswa dalam diskusi lebih baik daripada siklus I. Hal ini karena, di siklus II kerjasama antar anggota kelompok sudah terlihat.
Menurut Setiawan 2008 diskusi yang berdasarkan pada masalah akan melatih siswa untuk belajar sekaligus mengajari teman lain melalui
komunikasi yang efektif tentang apa yang diketahui maupun apa yang tidak diketahuinya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa melalui
kemampuan bertanya dan menjawab siswa terhadap permasalahan yang ada diberikan. Permasalahan yang diberikan sudah sesuai dengan kemampuan
siswa Sanjaya 2006 dan kontekstual yaitu menghubungkan materi dengan kehidupan nyata siswa Saptono 2003 sehingga siswa mampu mempelajari
IPA biologi dengan mudah Setiawan 2008. Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus II meningkat
menjadi 93,55 tabel 9. Peningkatan hasil belajar karena siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Siswa lebih konsentrasi dalam pembelajaran yaitu
memperhatikan guru saat menjelaskan dan melakukan diskusi dengan baik. Pada pembelajaran sebelumnya terdapat beberapa siswa yang kurang
konsentrasi dalam pembelajaran seperti mengobrol sendiri. Hal ini menyebabkan materi pelajaran atau diskusi kelas yang sedang berlangsung
tidak dapat dipahami siswa. Data disajikan pada tabel berikut.
Tabel 9. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I dan II
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.
Pada siklus II ini masih terdapat siswa yang tidak tuntas dalam belajar. Dilihat dari nilai siklus I, siswa yang tidak tuntas di siklus II juga tidak tuntas
di siklus I lampiran 8. Hal ini memang menjadi kendala tersendiri bagi seorang guru karena setiap siswa memiliki daya tangkap pemahaman
terhadap materi berbeda-beda. Namun, nilai siswa tersebut sudah mengalami peningkatan sehingga diharapkan akan tuntas di pembelajaran selanjutnya.
Kinerja guru pada siklus II sudah mencapai kriteria sangat baik. Hal ini tidak terlepas dari tindakan-tindakan yang diambil pada perbaikan siklus
sebelumnya seperti: guru berusaha menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam belajar, guru berusaha mempertahankan perhatian siswa untuk tetap
konsentrasi dalam pembelajaran dan lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. Menurut Suparlan 2009,
kreativitas guru juga mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan yang menarik bagi siswa.
No Rentang nilai
∑ siswa 1.
– 10 -
2. 11
– 20 -
3. 21
– 30 -
4. 31
– 40 -
5. 41
– 50 -
6. 51
– 60 -
7. 61
– 70 -
8. 71
– 80 6
9. 81
– 90 20
10. 91
– 100 5
Nilai tertinggi 97,33
Nilai terendah 70,67
Jumlah siswa yang tuntas 29
Jumlah siswa yang tidak tuntas 2
Ketuntasan klasikal
93,55
Rata-rata
86,00
Peningkatan hasil belajar ini sebagai bukti bahwa problem solving dengan game pohon pengetahuan cocok diterapkan di kelas VII C.
Pembelajaran problem solving yang dirancang dengan pengamatan dan diskusi kelompok mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal
ini karena di dalam problem solving terhadap tahapan tahapan yang mendukung proses ilmiah seperti merumuskan masalah, menganalisis
masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan menyimpulkan data. Hal ini akan mengajak siswa aktif dan lebih mudah
memahami materi. Guru harus tetap terus berusaha untuk mengatasi beberapa siswa yang
tidak mencapai ketuntasan dalam hasil belajar. Ketuntasan secara klasikal memang memberi kepuasan tersendiri bagi seorang guru. Akan tetapi,
pendidikan secara klasikal tidak dapat mengesampingkan siswa yang tidak bisa tuntas dalam hasil belajar. Siswa yang tidak tuntas tersebut perlu dikaji
lebih lanjut oleh guru agar bisa menyesuaikan dengan materi selanjutnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan model ini, karena siswa yang
pandai bisa ikut membantu siswa yang lemah dalam pemahaman materi. Pada siklus II ini juga terdapat siswa yang keaktifan belajarnya rendah
berkualifikasi cukup aktif dan kurang aktif tetapi tuntas dalam belajar. Akan tetapi, jumlahnya menurun dari siklus sebelumnya yaitu 5 anak lampiran 8.
Di dalam pembelajaran IPA, selain hasil belajar juga diperlukan suatu keterampilan proses Rustaman 2003, karena pada hakikatnya pembelajaran
IPA mengedepankan proses ilmiah siswa Saptono 2003 sehingga sebagai seorang guru perlu menanamkan proses ilmiah itu kepada siswa.
Oleh karena itu, meskipun sudah terjadi peningkatan dalam aktivitas dan hasil belajar, guru tidak bisa merasa puas begitu saja. Guru perlu
mengupayakan pembelajaran yang menyenangkan dan berasas proses ilmiah. Untuk lebih memperjelas hasil peningkatan yang terjadi selama siklus I
dan II maka disajikan histogram sebagai berikut.
Gambar 2. Histogram pencapaian keaktifan siswa setiap siklus
Gambar 3. Histogram pencapaian hasil belajar setiap siklus
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
I II
83.87 93.55
16.13 6.45
P e
rs e
n ta
se
Siklus
Histrogram perbandingan hasil belajar siswa
Tuntas Tidak tuntas
10 20
30 40
50 60
70 80
I II
51.61 77.42
48.38 22.58
P e
rs e
n ta
se
Siklus
Histogram Perbandingan Keaktifan Siswa
Berkriteria sangat aktif danatau aktif
Berkriteria cukup aktif dan kurang aktif
3. Angket tanggapan siswa
Berdasarkan hasil analisis tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem solving dengan
game pohon pengetahuan pada materi Ekosistem, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran
yang sudah berlangsung tabel 9. Ketertarikan dan tanggapan positif yang ditunjukkan siswa ini
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam pembelajaran. Kegiatan pengamatan dan diskusi problem solving dapat membuat siswa
semangat, karena siswa dapat mengeluarkan pendapat dengan teman kelompok. Pengamatan terhadap komponen ekosistem juga membantu siswa
untuk memahami materi ekosistem. Kegiatan diskusi mampu meningkatkan kerjasama antar siswa. Permasalahan yang diangkat dalam pembelajaran
merupakan permasalahan yang ada di kehidupan nyata sehingga siswa dapat mengkaitkan kehidupan nyata di sekitarnya dengan materi pelajaran.
Di akhir pembelajaran terdapat game pohon pengetahuan yang membuat siswa menjadi lebih senang. Reward yang diberikan oleh guru
ketika siswa menjawab benar membuat siswa menjadi tertantang untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Ketertarikan siswa terhadap proses
pembelajaran akan membuat siswa menjadi antusias dalam pembelajaran dan memudahkan siswa dalam memahamai materi.
Beberapa responden memberikan respon negatif terhadap pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tabel 9, beberapa responden tidak tertarik, tidak
termotivasi, tidak bisa bekerjasama dengan siswa lain dan tidak bisa mengkaitkan materi dengan kehidupan sekitar. Tidak semua siswa senang
dengan metodemodel pembelajaran yang baru diterapkan. Setiap siswa perlu beradaptasi dengan metodemodel pembalajaran yang diterapkan. Seorang
guru perlu memberikan motivasi yang lebih kepada siswa agar siswa menjadi antusias dalam pembelajaran. Hal ini menjadi refleksi bagi guru untuk lebih
meningkatkan profesionalisme guru dalam menghadapi permasalahan.
Rekapitulasi hasil tanggapan siswa disajikan pada tabel 10. Tabel 10. Rekapitulasi hasil tanggapan siswa siklus I dan II
No .
Pernyataan Tanggapan siswa
Ya Tidak
1. Menarik dan menyenangkan.
100 2.
Memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
100 3.
Membantu siswa untuk memahami materi Ekosistem.
100 4.
Membuat siswa lebih tertarik untuk melakukan diskusi.
96,77 3, 22
5. Memotivasi siswa untuk berpikir lebih kritis dan
logis 96,77
3, 22 6.
Membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
100 7.
Membuat suasana kelas menjadi lebih hidup. 93, 54
6, 45 8.
Meningkatkan kerjasama antar siswa. 93, 54
6, 45 9.
Melatih siswa untuk saling menghargai 90, 33
6, 45 10. Membuat siswa mengakaitkan biologi dengan
87, 10 12, 90
kehidupan sehari-hari
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
4. Tanggapan guru terhadap kegiatan belajar mengajar
Berdasarkan wawancara dengan guru tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung, guru sangat setuju dengan model pembelajaran problem
solving dengan game pohon pengetahuan tabel 11. Guru merasa sangat terbantu untuk mewujudkan kelas yang aktif dan membangkitkan berpikir
kritis siswa sesuai dengan hakekat pendidikan IPA. Guru melihat perubahan aktivitas siswa yang semakin meningkat.
Guru juga menemukan kendala dengan menggunakan model pembelajaran ini. Pengaturan waktu yang sangat terbatas, mengingat
pembelajaran IPA Biologi berlangsung setelah upacara bendera sehingga banyak waktu yang terbuang apabila upacara tidak dilaksanakan tepat waktu.
Guru berharap model ini bisa diterapkan untuk pembelajaran selanjutnya di kelas VII C.
Tabel 11. Tanggapan guru terhadap penerapan problem solving dengan game pohon pengetahuan pada materi ekosistem
Pertanyaan Jawaban
Kesan Ibu terhadap pembelajaran materi Ekosistem menggunakan
model pembelajaran
Problem Solving
dengan game
Pohon Pengetahuan
Sangat bagus, siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
Kesulitan yang ditemukan dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Problem
Solving dengan game Pohon Pengetahuan
Kesulitan yang
dialami adalah
pengaturan waktu dan kemampuan menjawab siswa saat bermain pohon
pengetahuan terbatas.
Peningkatan aktivitas pembelajaran setelah
diterapkan model
pembelajaran Problem
Solving dengan game Pohon Pengetahuan
Ada. Hal ini karena model ini membuat
siswa tertarik
dalam pembelajaran, siswa dapat melakuakn
dua hal yaitu bermain sambil belajar.
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN