Setting dan karakteristik subyek penelitian Indikator kinerja

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting dan karakteristik subyek penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP 1Purworejo, Jalan Jenderal Sudirman 8 Purworejo, Telp. 0275 321405. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan yaitu Siklus I Senin 21 Februari 2011 dan Siklus II Senin 28 Februari 2011. Materi yang digunakan adalah ekosistem. Subyek penelitian yaitu kelas VII C SMP 1 Purworejo pada semester 2 tahun ajaran 20102011. Siswa kelas VII C terdiri dari 14 laki-laki dan 17 perempuan. Kelas ini dipilih sebagai subyek penelitian karena keaktifan dan hasil belajarnya masih rendah. Umumnya, selama kegiatan belajar mengajar berlangsung banyak siswa yang diam, tidak berpendapat dan melakukan aktivitas yang tidak mendukung pembelajaran.

B. Prosedur penelitian

1. Persiapan penelitian

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan adalah a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan guru bidang studi IPA Biologi Ibu Mulat Tariningsish dan melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VII C SMP 1 Purworejo. b. Berdasarkan pohon masalah, penulis bersama dengan guru bidang studi IPA Biologi menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut yaitu menerapkan model pembelajaran problem solving dengan game Pohon Pengetahuan. 15 c. Menyusun instrumen penelitian berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, lembar kerja siswa dan alat evaluasi. d. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa, kinerja guru dan angket tanggapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. e. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian. f. Melakukan uji coba soal dan menganalisis hasil uji coba soal meliputi validitas soal, reliabilitas soal dan tingkat kesukaran soal. Uji coba soal dilaksanakan di luar kelas penelitian kelas yang sudah mendapatkan materi Ekosistem. Hasil uji coba digunakan untuk menentukan validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui soal-soal yang memenuhi kriteria sebagai instrumen. Soal yang digunakan dalam uji coba adalah 20 butir soal tiap siklus. Soal yang akan digunakan sebagai instrumen adalah 15 butir soal tiap siklus. Apabila setelah dilakukan uji coba ternyata soal yang digunakan 15 butir soal tiap siklus, maka soal-soal yang tidak memenuhi kriteria diganti dengan soal-soal yang baru dan selanjutnya diujicobakan lagi sehingga didapat soal untuk instrumen sebanyak 15 butir soal tiap siklus. Sebaliknya, apabila soal- soal yang telah diujicobakan ≥ 15 butir soal tiap siklus maka soal-soal tersebut dapat langsung digunakan dalam penelitian lampiran 4. Rumus yang digunakan sebagai berikut: 1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang harus diukur Arikunto, 2006. Validitas butir soal diperoleh menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut Keterangan r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = banyaknya responden ∑X = jumlah skor butir soal ∑Y = jumlah skor total ∑XY = jumlah perkalian antara X dan Y ∑X 2 = jumlah kuadrat skor suatu item ∑Y 2 = jumlah kuadrat skor total Harga r xy yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan nilai r tabel. Apabila r xy r tabel dengan taraf signifikan α= 5, maka butir soal dikatakan valid. Sedangkan, apabila r xy r tabel maka dikatakan tidak valid sehingga perlu dilakukan uji coba soal kembali untuk memperoleh kevalidan butir soal. Hasil analisis validitas uji coba untuk setiap siklusnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis validitas soal uji coba Siklus Nomor butir soal kriteria Valid Tidak valid I 1,2,3,4,5,6,8,10,11,12,14,15,17,18,19,20 7,9,13,16 II 2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,19,20 1,6,18 III 1,3,4,5,8,10,11,12,13,15,16,17,18,19,20 2,6,7,9,14 Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran3. Berdasarkan tabel analisis validitas soal uji coba di atas, maka nomor butir soal yang termasuk ke dalam kriteria soal valid akan digunakan sebagai soal tes tertulis yang akan dikerjakan oleh siswa setiap akhir pelaksanaan siklus, sedangkan nomor butir soal yang termasuk ke dalam kriteria soal tidak valid akan dibuang tidak digunakan sebagai soal tes tertulis. 2. Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik Arikunto, 2006. Reliabilitas dihitung dengan teknik korelasi KR-20 yang rumusnya Keterangan: r = reliabilitas tes secara keseluruhan k = banyaknya butir soal M = skor rata-rata Mean Vt = varians total Arikunto, 2006 Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5 . Jika harga r hitung r tabel maka instrumen yang dicobakan bersifat reliabel. Sedangkan, apabila r hitung r tabel maka dikatakan tidak reliabel sehingga perlu dilakukan uji coba soal kembali untuk memperoleh reliabilitas butir soal. Hasil analisis reliabilitas untuk setiap siklusnya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis reliabilitas soal uji coba Siklus N r tabel r 11 Kriteria I 30 0,361 0,850 Reliabel II 30 0,361 0,748 Reliabel III 30 0,361 0,716 Reliabel Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel hasil analisis reliabilitas soal uji coba di atas dapat diketahui bahwa soal uji coba masing-masing siklus adalah reliabel, yang berarti soal tersebut dapat digunakan sebagai soal tes tertulis karena memiliki taraf kepercayaan yang tinggi. 3. Tingkat kesukaran soal Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan mudah dan sukarnya soal. P = Keterangan : P = Indeks kesukaran B= Banyaknya siswa yang menjawab soal benar Js= Jumlah seluruh siswa peserta tes 11 Klasifikasi indeks kesukaran : Soal dengan P antara 0,00 - 0,30 = sukar Soal dengan P antara 0,31 - 0,70 = sedang Soal dengan P antara 0,71 - 1,00 = mudah Arikunto, 2006 Hasil analisis tingkat kesukaran untuk setiap siklusnya dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba Siklus Nomor butir soal kriteria Mudah Sedang Sukar I 1,7,10,11,14,15,16,17,18 2,4,5,6,8,9,12,13,19 3,20 II 1,6,7,8,9,12,1314,15 3,4,5,10,11,16,17 2,20 III 1,4,6,8,9,10,11,12,13,14,15 3,5,7,18,19,20 2,16,17 Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. Syarat soal yang baik adalah tidak terlalu mudah dan sukar sedang. Butir soal yang termasuk ke dalam kriteria soal sedang akan digunakan sebagai soal tes tertulis, untuk nomor butir soal yang termasuk ke dalam kriteria soal mudah dan sukar ada dua kemungkinan, akan digunakan sebagai soal tes tertulis atau dibuang tidak digunakan sebagai soal tes tertulis. Hasil uji coba yang memenuhi kriteria validitas, tingkat kesukaran dan reliabilitas dapat digunakan dalam setiap siklus penelitian dengan rincian setiap siklus 15 butir soal. Meskipun terdapat lebih dari 15 soal yang memenuhi kriteria tiap siklusnya, soal yang digunakan tetap 15 soal dengan pertimbangan 15 butir soal tersebut sudah memenuhi kriteria indikator. Tabel 5. Soal yang digunakan dan dibuang Siklus Nomor butir soal kriteria Yang dipakai Tidak dipakai I 1,2,3,4,5,6,8,11,12,14,15,17,18,19,20 7,9,10,13,16 II 2,3,4,5,7,8,9,12,13,14,15,16,17,19,20 1,6,10,11,18 III 1,3,4,5,8,10,11,12,13,15,16,17,18,19,20 2,6,7,9,14 Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

2. Pelakasanaan penelitian Dekripsi per siklus

Penelitan ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas PTK Riset aksi model John Elliot dalam Subiyantoro 2009 Dalam pelaksanaan penelitian ini ada observer 4 orang mahasiswa yang membantu. Adapun tugasnya adalah melakukan observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Observer akan memberikan masukan tentang perbaikan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga dapat dijadikan bahan diskusi untuk mencari solusi pemecahan masalah sebagai pertimbangan perbaikan di siklus II. SIKLUS I 1. Tahap Perencanaan Perbaikan menggunakan penerapan model problem solving dengan game Pohon Pengetahuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Melalui model pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar menjadi meningkat. Tahap perencanaan meliputi: Menyiapkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I, media Pohon Pengetahuan, Lembar Kerja Siswa LKS Siklus I, alat evaluasi Siklus I, lembar observasi aktivitas siswa Siklus I, lembar observasi kinerja guru Siklus I, lembar angket tanggapan siswa Siklus I, dan lembar pedoman wawancara guru Siklus I. 2. Tahap Pelaksanaan Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: a. Kegiatan Awal meliputi Guru menanyakan Apakah kalian sering mengamati tumbuhan hewan di sekitar rumah dan sekolah kalian? Apa jenis tumbuhanhewan yang kalian lihat? Guru mengajak siswa untuk membayangkan bebek yang sedang mandi bergerombol di sungai dan seekor ayam yang juga sedang mencari makan di sekitar sungai. mengkaitkan tentang individu dan populasi b. Kegiatan Inti meliputi Siswa berkelompok. Setiap kelompok 4 siswa Pembagian kelompok secara acak Siswa menerima Lembar Kerja Siswa LKS Siswa melakukan pengamatan akuarium buatan komponen ekosistem dan melakukan diskusi dengan panduan Lembar Kerja Siswa “Problem Solving” dengan judul Pengamatan Komponen Penyusun Ekosistem terlampir Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan melakukan diskusi kelas dengan bimbingan guru. Guru bersama siswa bermain Game Pohon Pengetahuan. c. Kegiatan Akhir meliputi Guru bersama siswa merangkum materi pembelajaran tentang komponen penyusun ekosistem dan memberi tugas. Siswa mengerjakan tes Siklus I secara individu. 3. Tahap Pengamatan Pengamatan merupakan kegiatan mengamati jalannya pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh observer. Observer melakukan pengamatan terhadap tindakan pembelajaran seperti aktivitas belajar siswa di kelas, penyampaian materi oleh guru dan keefektifan penggunaan model pembelajaran. 4. Tahap Refleksi Refleksi merupakan kegiatan mengulas secara kritis perubahan yang terjadi pada siswa, guru dan suasana pembelajaran di kelas. Data observasi yang diperoleh dianalisis dan direfleksikan bersama untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama tindakan penerapan problem solving dengan game Pohon Pengetahuan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Indikator siklus I yang ditentukan belum tercapai sehingga perlu dilakukan siklus kedua. SIKLUS II 1. Tahap Perencanaan Perencanaan dibuat berdasarkan refleksi pada siklus I yaitu kekurangan yang perlu diperbaiki selama siklus I berlangsung. Pada siklus ini, perbaikan masih dititikberatkan pada penerapan problem solving dengan game Pohon pengetahuan. Tahap perencanaan meliputi: Menyiapkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II, media Pohon Pengetahuan, Lembar Kerja Siswa LKS Siklus II, alat evaluasi Siklus II, lembar observasi aktivitas siswa Siklus II, lembar observasi kinerja guru siklus II, lembar angket tanggapan siswa Siklus II, dan lembar pedoman wawancara guru Siklus II. 2. Tahap Pelaksanaan Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: a. Kegiatan Awal meliputi Guru menanyakan Apakah kalian pernah melihat ulat memakan daun, kemudian ulat tersebut dimakan burung? Nah, mengapa ulat yang memakan daun bisa hidup? Apa yang dihasilkan daun sehingga ulat bisa hidup? Guru menampilkan menceritakan seekor burung jalak yang mematuk punggung kerbau. Kemudian guru menanyakan: Apa yang sedang dilakukan burung jalak? Mengapa dia melakukan hal itu? b. Kegiatan Inti meliputi Siswa duduk secara berkelompok. Anggota kelompok sama seperti siklus I Siswa melakukan pengamatan uji amilum dan melakukan diskusi dengan panduan Lembar Kerja Siswa LKS “Problem Solving” dengan judul “ Pola interaksi antar komponen penyusun ekosistem” telampir Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan diskusi. Guru dan siswa bermain Game Pohon Pengetahuan c. Kegiatan Akhir meliputi Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran Siswa mengerjakan tes Sikus II secara individu 3. Tahap Pengamatan Pengamatan merupakan kegiatan mengamati jalannya pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh observer. Observer melakukan pengamatan terhadap tindakan pembelajaran seperti aktivitas belajar siswa di kelas, penyampaian materi oleh guru dan keefektifan penggunaan model pembelajaran. 4. Tahap Refleksi Refleksi merupakan kegiatan mengulas secara kritis perubahan yang terjadi pada siswa, guru dan suasana pembelajaran di kelas. Data observasi yang diperoleh dianalisis dan direfleksikan bersama untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem solving dengan game pohon pengetahuan. Pada siklus II aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap materi Ekosistem sudah tercapai. Meskipun di setiap kegiatan pembelajaran pasti ada kekurangannya sebagai seorang guru yang baik, harus bisa merefleksikan diri untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.

C. Data dan cara pengambilan data

1. Sumber data

Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari a. Data aktivitas siswa b. Data hasil belajar siswa c. Data kinerja guru d. Data tanggapan siswa selama pembelajaran e. Data tanggapan guru terhadap penerapan metode pembelajaran

2. Cara pengambilan data

a. Data aktivitas siswa diambil menggunakan metode observasi dengan instrumen check list b. Data hasil belajar siswa diambil menggunakan metode tes dengan instrumen soal pilihan ganda dan nilai Lembar Kerja Siswa LKS c. Data kinerja guru diambil menggunakan metode observasi dengan lembar observasi kinerja guru d. Data tanggapan siswa selama pembelajaran diambil menggunakan metode angket dengan lembar angket tanggapan siswa e. Data tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran diambil menggunakan metode wawancara dengan instrumen Pedoman Wawancara

D. Metode analisis data

1. Analisis data aktivitas siswa

Data aktivitas siswa dianalisis dengan cara deskriptif persentase dengan a. Menghitung jumlah skor yang diperoleh. Np = � � x 100 Keterangan Np = Persentase nilai siswa yang diperoleh n = Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal b. Menentukan kriteria keaktifan siswa dengan tabel berikut No Tingkat Penguasaan Kategori Keterangan 1 86 ≤X≤ 100 A Sangat aktif 2 71≤X≤ 85 B Aktif 3 61≤ X≤70 C Cukup aktif 4 51 ≤ X≤60 D Kurang aktif 5 X 50 E Tidak aktif c. Menghitung tingkat keaktifan siswa secara klasikal dengan rumus : Keterangan: P : tingkat keaktifan siswa ∑ ni : Jumlah siswa yang tuntas secara individual nilai A dan B ∑ n : Jumlah total siswa

2. Analisis hasil belajar siswa

Nilai hasil belajar siswa terdiri atas nilai tes tertulis dan nilai tugas siswa. Rumus yang digunakan untuk menentukan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut a. Menghitung nilai evaluasi akhir dengan cara: 100 maksimal Skor evaluasi Nilai   diperoleh yang skor Jumlah b. Menghitung Nilai Akhir NA atau hasil belajar dengan cara:     3 Belajar Hasil Nilai akhir tes nilai 2 LKS nilai 1     c. Menghitung persentase ketuntasan siswa secara klasikal 100    siswa seluruh Jumlah Klasikal Belajar Tuntas 72 siswa Jumlah 100 X n ni P   

3. Analisis kinerja guru

Data kinerja guru dilakukan dengan cara Chek List . Jika “ya” maka diberi skor 1. Sedangkan jika”tidak” maka diberi skor 0 Data kinerja guru dianalisis dengan cara deskriptif persentase dengan rumus Np = N n X 100 Keterangan : Np = Persentase nilai kinerja guru n = Jumlah aktivitas yang dilakukan guru N = Jumlah aktivitas yang seharusnya dilakukan guru Setelah itu dikonversikan ke dalam parameter berikut ini: Kriteria penilaian: – 20 = sangat rendah 21 - 41 = rendah 41 - 60 = sedang 61 - 80 = tinggi 81 - 100 = sangat tinggi

4. Analisis tanggapan siswa

Analisis data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dianalisis secara deskriptif persentase dengan menggunakan rumus: P = x 100 Keterangan: P = Persentase f = Banyaknya responden yang memilih jawaban ya n = banyaknya responden yang menjawab kuesioner Sudijono 2005

5. Data tanggapan guru

Data dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan guru terhadap penerapan problem solving dengan game Pohon Pengetahuan n f terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi Ekosistem di Kelas VII C SMP Negeri 1 Purworejo.

E. Indikator kinerja

Kompetensi siswa tercapai dengan kriteria 1. Pada aktivitas siswa, kompetensi yang diharapkan adalah 75 siswa mencapai kriteria aktif danatau sangat aktif 2. Lebih dari 85 siswa mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM sebesar ≥72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data dari siklus I sampai siklus II dapat dikemukakan bahwa telah terjadi perubahan pada siswa ke arah yang lebih baik. Pada pembelajaran menggunakan problem solving dengan game pohon pengetahuan pada materi Ekosistem telah terjadi proses belajar mengajar yang menghasilkan suatu interaksi antar siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan perbaikan pembelajaran ini yaitu siswa menjadi paham pada materi IPA Ekosistem dan siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.

1. Deskripsi siklus I

Kegiatan perbaikan pada siklus I didasarkan pada pembelajaran sebelumnya studi awal. Pada studi awal diperoleh data sekitar 48,38 siswa tidak tuntas dalam pembelajaran lampiran 8. Oleh karena itu, siklus I dirancang pembelajaran yang sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Pelaksanaan pembelajaran diseting dengan proses ilmiah merumuskan masalah agar siswa mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis pemecahan masalah. Selain itu, di akhir pembelajaran dilakukan game pohon pengetahuan untuk mengendapkan materi yang sudah dipelajari. Guru IPA bersama penulis merancang kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem solving dengan game pohon pengetahuan. Pada siklus I ini, pembelajaran diseting dengan pengamatan akuarium buatan dan diskusi problem solving. Pengamatan ekosistem buatan dalam akuarium merupakan suatu bentuk keterampilan proses sains yang merupakan ciri khas pembelajaran IPA Biologi. Melalui pengamatan akuarium siswa akan memiliki keterampilan proses antara lain melakukan observasi pengamatan, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan prediksi, dan berkomunikasi. 28

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Fisika Pada Siswa Kelas VII SMPN 03 Brebes

0 8 149

PENERAPAN STRATEGI MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM SISWA Penerapan Strategi Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Ekosistem Siswa Kelas VII E SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajara

0 1 14

PENERAPAN STRATEGI MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM SISWA Penerapan Strategi Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Ekosistem Siswa Kelas VII E SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajara

0 1 12

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH (ICM) DENGAN MEDIA CHARTA UNTUK MENINGKATKAN HASIL PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH (ICM) DENGAN MEDIA CHARTA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA POKOK MATERI EKOSISTEM KELAS VII C SMP

0 0 16

PENERAPAN METODE TGT (TEAM GAME TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI Penerapan Metode TGT (Team Game Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Ekosistem Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3 Colomadu Tahun Ajar

0 1 18

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN GUIDED NOTE TAKING Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Pada Materi Ekosistem Melalui Penerapan Guided Note Taking Dengan Media Powerpoint Pada Siswa Kelas VII I SMP Muh

0 2 15

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN READING GUIDE DENGAN MEDIA POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN Penerapan Strategi Pembelajaran Reading Guide Dengan Media Powerpoint Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Ekosistem Siswa Kelas Vii C Smp Negeri 3

0 1 14

Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi ekosistem di kelas VII A SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta.

0 0 2

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V

0 0 10

PENERAPAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 1 BANGUNTAPAN

0 2 8