2 Sebagai ibukota provinsi maka kota Palu menjadi pusat kegiatan sosial
maupun ekonomi. Dengan semakin meningkatnya kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi maka pembangunan fisik ruang terbangun juga meningkat. Kondisi ini
tentu sangat mendukung terjadinya konversi lahan yang diperuntukkan untuk lahan pertanian sawahtegalan dalam RTRW. Sedangkan dilain pihak sawah
maupun tegalan yang diperuntukkan dalam RTRW tersebut walaupun tidak dapat memenuhi kebutuhan hasil pertanian kota Palu secara keseluruhan namun
merupakan salah satu bentuk RTH yang dapat menyediakan udara bersih dan segar untuk masyarakat yang berdomisili di Kota Palu.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, analisis konsistensi pemanfaatan ruang terhadap RTRW di kota Palu perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab-
penyebab terjadinya inkonsistensi terhadap tata ruang saat ini.
1.2 Perumusan Masalah
Pertumbuhan pusat kota yang cepat dibandingkan daerah pinggirannya merupakan suatu fenomena yang terjadi di dalam suatu wilayah. Menurut Atash
Beheshtiha 1998, implikasi yang akan datang untuk kota – kota baru antara lain adalah master plan untuk kota-kota baru harus fleksibel agar mengakomodasi
perubahan-perubahan yang tidak diharapkan pada ekonomi dan populasi nasional dan regional.
Untuk kota-kota besar dan kota raya, sebagian pertumbuhannya melebar ke kawasan pinggirannya dalam maupun di luar batas administrasi kota. Biasanya
pertumbuhan ini diiringi dengan pertumbuhan kawasan pusat yang menurun. Kota Bandung misalnya mulai mengalami pertumbuhan kawasan pinggiran yang pesat
sekitar pertengahan 1970an. Pertumbuhan di kawasan pusat menurun dari 5-6 pada periode 1920-1961 menjadi sekitar 1,5-2 per tahun pada periode 1961-
1990. Kawasan pinggiran sebaliknya mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 4- 7 per tahun pada periode 1971-1980 Kombaitan 1992.
Permasalahan inkonsistensi, dalam tahap pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang pada akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan inefisiensi
yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Berbagai isu penting lahir
3 dalam proses pertumbuhan kawasan pinggiran kota ini, antara lain : berkurangnya
lahan pertanian produktif, persoalan pengembangan dan pengelolaan lahan perkotaan Kombaitan 1992.
Konversi lahan yang terjadi di pusat Kota Palu yaitu dari aktitifitas permukiman menjadi komersial dan jasa. Kawasan-kawasan terbuka seperti
daerah pesisir pantai atau kawasan konservasi dikonversi untuk aktifitas yang secara ekonomi jauh lebih menguntungkan, yaitu aktifitas komersial dan jasa
berupa pembangunan perumahan dan ruko. Akibatnya dalam penggunaan ruang, kawasan-kawasan ini berorientasi pada maksimalisasi keuntungan finansial.
Orientasi pembangunan untuk mengejar maksimalisasi keuntungan ekonomi menyebabkan pembangunan yang dilaksanakan cenderung mengutamakan
pembangunan fisik
dan kurang
memperhatikan aspek
lingkungan Dai et al. 2001.
Dari beberapa uraian diatas, rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pola pemanfaatan ruang yang ada sudah sesuai dengan arahan RTRW
Kota Palu? 2.
Mengevaluasi faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan dan konsistensi pola pemanfaatan ruang.
1.3 Kerangka Berfikir