3. Pengkerikan, sejenis pisau untuk mengerik bagian luar benda yang sudah dibentuk supaya lebih baik dan sempurna bentuknya.
4. Potongan sabut kelapa, untuk menghaluskan bagian dalam benda yang sudah dibentuk.
5. Pengo lahan, dibuat dari batok kelapa, dipergunakan untuk menghaluskan bagian dalam benda yang setengah jadi.
6. LeladikanPengerab, dibuta dari pipihan bambu atau kayu yang diraut, untuk menghaluskan ba gian bibir benda yang sedang dibentuk.
7. Pemeretan; sobekan-sobekan kain untuk menghaluskan bagian bibir benda yang sedang dibentuk.
8. Penepong, dibuat dari buluh bambu kecil, untuk melubangi bagian- bagian benda yang perlu dilubangi.
9. Batu penggosok, untuk menggosok bagian luar benda yang sudah dibentuk sehingga permukaan benda menjadi rata.
10. Batu bolek , berwarna hitam, untuk menggosok benda agar mengkilap.
2. Proses Pembuatan
Sampai saat ini, teknik pembuatan gerbah di desa ini masih menggunakan cara tradisional. Berikut ini dapat dilihat teknik pembuatan gerabah dari awal
sampai akhir Gambar 31.
3. Pemasaran Produk
3.1. Cara Pemasaran Pemasaran produk gerabah dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Gambar 30.
Pengrajin Produsen Langsung
Tidak Langsung Artshop
Pengrajin Gudang
Pembeli Konsumen
Gambar 30. Cara Pemasaran Produk
Tanah liat Dijemur
Tanah sari Direndam
Diayak ± 100 Mesh Bubur tanah
Adonan di fermentasi 2-3 hari Dekorasiornamen
Pembentukan
Pemberian slip Barang Jadi
Penghalusan
Pengeringan
Pembakaran
Pembongkaran Pewarnaan
Produk kerajinan gerabah
Gambar 31. Proses Pembuatan Gerabah
Secara langsung, pengrajin menjual produk gerabah kepada konsumen tanpa perantara. Biasanya pemasaran seperti ini dilakukan dalam skala kecil oleh
wisatawan yang mengunjungi artshop dan tempat kerja para pengrajin untuk mengetahui kegiatan pembuatan gerabah secara langsung. Pemasaran secara tidak
langsung yaitu melalui pedagang pengumpul dan eksportir. Sebagian dari pengrajin ada yang secara khusus merupakan pekerja tetap dari eksportir,sehingga
semua produk gerabah dijual ke eksportir tersebut. Tetapi sebagian lagi menjualnya kepada pedagang yang mempunyai artshop di kawasan ini.
3.2. Alat Transportasi Alat transportasi yang biasa digunakan untuk memasarkan gerabah terdiri
atas 3 sistem, yaitu untuk jarak dekat, agak jauh dan jauh Gambar 32. Jenis kendaraan yang digunakan untuk jarak dekat adalah cidomo, sedangkan untuk
transportasi jarak agak jauh dan jauh digunakan mobil pick up atau truk. Kendaraan tradisional cidomo hanya diperuntukkan untuk jarak dekat mengingat
besar resiko pecahnya mengangkut gerabah.
Alat transportasi Jarak dekat
Jarak agak jauh Jarak Jauh
Cidomo mobil pick up atau truk
Gambar 32. Alat Transportasi pada Tapak Tidak adanya pemisahan jalur sirkula si pada tapak, menjadikan hal dapat
mengurangi tingkat kenyamanan wisatawan. Lalu lalang kendaraan pengangkut produk gerabah selain dapat mengganggu kenyamanan, dapat memberikan view
yang kurang bagus. Sehingga perlu dilakukan perbaikan jalur sirkulasi, ya itu dengan pemisahan jalan antara jalur wisata dan jalur produk. Kondisi jalan yang
sesuai untuk wisata disesuaikan dengan kebutuhan yaitu memiliki lebar jalan 5.5- 6.5 m sedangkan untuk kegiatan produksi minimum 7.5 m Harris dan Dines,
1988.
Gambar 33. Jalur S irkulasi Wisata 3.3. Tenaga Kerja
Kerajinan gerabah merupakan warisan selama beberapa generasi yang terus berkembang hingga saat ini. Tidaklah heran, jika pada usia muda, tingkat SD,
penduduk rata-rata sudah dapat membuat kerajinan gerabah meskipun masih dalam bentuk sederhana. Para pengrajin mendapatkan keahlian membuat
kerajinan gerabah melalui beberapa cara, yaitu; belajar secara kekerabatan maupun kekeluargaan. Kebanyakan para pengrajin adalah perempuan, sedangkan
lak i-laki bergerak dalam usaha pengumpulan bahan baku, pembakaran, dan pemasaran gerabah. Sehingga dalam kegiatan industri gerabah ini secara tidak
langsung terdapat spesifikasi pekerjaan untuk masing- masing pengrajin
perempuan maupun laki-laki. Para pengrajin pada umumnya me mbuat kelompok kerja yang dibentuk
berdasarkan kekerabatan ataupun ketetanggaan. Tiap kelompok berjumlah antara 4-8 orang pengrajin. Kelompok pengrajin ini berdiri sendiri-sendiri tanpa adanya
campur tangan dari pihak kelurahan. Se tiap kelompok pengrajin, mempunyai tempat pembakaran tersendiri.
Para pengrajin bekerja setiap hari dari pagi sekitar jam 8 pagi sampai jam12 siang. Kemudian di lanjutkan lagi setelah istirahat sampai sore hari. Produksi
yang dihasilkan dalam satu hari ±15 gerabahorang, dengan penghasilan rata-rata yang diperoleh ± Rp. 490.000minggu. Berdasarkan Upah Minimum Regional
UMR untuk daerah Lombok yaitu sebesar Rp. 400.000-Rp. 500.000bulan penghasilan pengrajin sudah di atas rata - rata. Tetapi, penghasilan mereka
fluktuatif tergantung pada musim dan jumlah pesanan. Pada musim kemarau, produk gerabah yang dihasilkan cenderung lebih tinggi, karena proses penjemuran
bahan baku dan produk gerabah lebih cepat kering sehingga produk yang di dapat semakin banyak. Dengan alat-alat yang sederhana tersebut, para pengrajin
memenuhi pesanan gerabah dalam be ntuk dan desain sesuai keinginan konsumen. Tetapi selain membuat gerabah dengan desain yang diberikan konsumen, para
pengrajin juga membuat dengan desain sendiri, dan terus berupaya menggali kreasi sehingga diharapkan kepuasan wisatawan dapat terpenuhi dan tingkat
pendapatan dapat meningkat. Banyaknya jumlah pengrajin dan tingginya minat wisatawan terhadap
gerabah merupakan suatu potensi yang perlu dikembangkan. Pelatihan dan pembinaan terhadap para pengrajin perlu dilakukan agar dapat meningkatkan
kemampuan dan keahlian mereka dalam membuat kerajinan gerabah. Sehingga dengan perencanaan yang akan dikembangkan diharapkan akan terbentuk suatu
kegiatan yang melibatkan wisatawan dalam proses pembuatan gerabah. Selain itu, dibuatnya museum gerabah dapat menjadi daya tarik bagi wistawan, sehingga
melalui kegiatan wisata budaya ini kelestarian budaya tetap terjaga
Kegiatan Kepariwisataan Objek dan Atraksi
Gerabah sebagai produk utama yang dihasilkan merupakan satu-satunya objek yang ditonjolkan kepada wisatawan hingga saat ini. Kehidupan masyarakat
yang terbuka, menjadikan proses pembuatan gerabah suatu atraksi yang menarik bagi wisatawan. Hingga saat ini tidak ada pengelolaan secara khusus mengenai
objek dan atraksi yang ditampilkan. Kegiatan-kegiatan tradisional yang berhubungan adat istiadat sudah jarang
ditemukan, terkecuali adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ritual keagamaan masih dapat ditemukan pada tapak. Berikut ini beberapa bentuk
kegiatan yang masih diselenggarakan hingga saat ini Tabel 6. Gunn 1994 menyatakan bahwa atraksi dalam perencanaan wisata
mempunyai dua fungsi utama yaitu; pertama, atraksi sebagai daya tarik dalam berwisata, dan yang kedua, atraksi sebagai peme nuhan kepuasan bagi pengunjung.
Beragamnya budaya suku Sasak yang mulai luntur di desa ini, menjadikan perlu diadakannya pelestarian dan pengembangan nilai-nilai kesenian yang dapat
menjadi daya tarik wisatawan, selain untuk menjaga warisan budaya. Tabel 6. Jenis Kegiatan Berhubungan dengan Adat Istiadat dan Keagamaan
Jenis Kegiatan Waktu
Keterangan Maulid Nabi
12 Rabiul Awal Merupakan salah satu hari besar umat Islam, di rayakan
dengan mengadakan pengajian, khitanan massal dan potong rambut bayi
Waya ng Kulit -
Merupakan pementasan wayang kulit yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit. Pementasan dilakukan
ketika ada orang yang sakit, diyakini orang yang sakit tersbut ‘dipedam wayang’ yang artinya dikutuk
wayang.
Nyongkolan -
Acara kunjungan calon me mpelai pria kepada calon mempelai wanita dengan diringi sekelompok orang
lengkap dengan iringan tetabuhan, disertai dengan gendang beleq, gendang khas suku Sasak
Sumber : Wawancara dengan Bapak Mujahidin, salah satu warga Desa Banyumulek; April 2005
Pelayanan
Faktor pendukung dalam perencanaan wisata adalah tersedianya fasilitas pelayanan yang berkaitan erat dengan kebutuhan pengrajin dan wisatawan.
Bentuk fasilitas pelayanan tersebut dapat berupa restoran, tempat ibadah, toilet, dan lain-lain. Dapat dilihat pada Tabel 7 mengenai jenis kegiatan penduduk lokal
dan wisatawan serta fasilitas yang tersedia dalam tapak. Tabel 7. Jenis Kegiatan Penduduk Lokal dan Wisatawan serta Fasilitas yang
Tersedia pada Tapak
Fasilitas Kegiatan
Seluruh area
Ruang terbuka
Masjid Trotoar
Jalan Pekaran
gan Artshop
Penduduk lokal -
Penjemuran bahan baku dan produk -
Pembuatan gerabah -
Kegiatan pemasaran -
Kehidupan sosial -
Kegiatan keagamaan ü
ü ü
ü ü
ü ü
ü ü
Wisatawan -
Jalan-jalan -
Photohunting -
Belanja -
Istirahat -
Makan dan minum -
Parkir kendaraan ü
ü
ü ü
ü
ü ü
ü ü
ü ü
Kurangnya fasilitas pelayanan yang terdapat pada tapak merupakan faktor
yang harus diatasi untuk me ningkatkan kenyamanan wisatawan. Selain itu, tingginya intensitas penyinaran matahari dapat mengurangi kenyamanan sehingga
penanaman vegetasi dan penambahan ruang terbuka dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan. Kanopi pohon yang
rindang dinilai paling efektif untuk mereduksi sinar matahari Gambar 34. Penambahan shelter peneduh dapat juga digunakan selain untuk berteduh juga
sebagai tempat beristirahat wisatawan. Melalui perencanaan yang akan dikembangkan, penambahan fasilitas diharapkan dapat mengatasi segala
kekurangan yang ada di tapak saat ini.
Gambar 34. Penggunaan Pohon-pohon untuk Mereduksi Sinar Matahari Brooks, 1988
Informasi dan Promosi
Informasi dan promosi kawasan sebagai pusat kerajinan gerabah dapat dengan mudah diperoleh melalui media, baik cetak maupun elektronik Gambar
35. Kemudahan informasi dan promosi di dukung oleh pemerintah NTB melalui Dinas Pariwisata yaitu melalui berbagai pameran di dalam maupun luar negeri dan
pihak swasta. Tetapi informasi dalam tapak tidak dengan mudah dapat diperoleh, sehingga perlu adanya pembuatan pusat informasi yang dapat berguna bagi
wisatawan.
Media Kepariwisataan Informasi
Promosi Pihak swasta
Pemerintah Pihak swasta Pemerintah
- Leaflet - Leaflet - Pameran
- Pameran - Travel biro - Internet
- Internet
Gambar 35. Media Kepariwisataan NTB
Ruang Wisata Budaya
Ruang wisata budaya yang terbentuk pada tapak adalah deretan fasilitas di sepanjang jalan. Wisata yang di tawarkan merupakan wisata belanja. Pentingnya
pelestarian budaya, menjadikan perencanaan yang akan dikembangkan diharapkan tidak hanya berupa wisata belanja saja, tetapi juga berupa wisata pengalaman dan
wisata alam. Sehingga melalui konsep yang akan dikembangkan, akan dibuat penataan ulang yang dapat mengakomodasi semua kebutuhan wisatawan.
Jalur Wisata Budaya
Tidak terdapat pemisahan antara jalur wisata budaya dan jalur masyarakat. Keuntungan yang didapat dari tidak adanya pemisahan jalur ini adalah wisatawan
dalam lebih menyatu dengan kehidupan masyarakat sehingga menimbulkan kesan pedesaan yang kuat. Tetapi kerugiannya adalah kurangnya kenyamanan
wisatawan karena terkadang terjadi konflik kepentingan antara masyarakat dan wisatawan, sehingga perlu dibuat pemisahan jalur sirkulasi sehingga kenyamanan
dapat dirasakan oleh penduduk dan wisatawan.
Wisatawan
Tapak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun luar negeri. Wisatawan lokal biasanya datang secara berkelompok dalam jumlah besar. Tujuan wisatawan
tidak hanya membeli produk gerabah, tetapi juga menjadikan kawasan sebagai sarana pendidikan, yaitu tempat praktikum dan penelitian. Waktu kedatangan
wisatawan tidak tergantung pada musim liburan. Dengan potensi besar yang dimiliki tapak, penambahan fasilitas umum, diantaranya ; tempat parkir, shelter,
ruang terbuka, dan keteraturan jalur sirkulasi sangat diperlukan untuk mengantisipasi besarnya jumlah wisatawan yang akan datang.
Pendukung Wisata Budaya Lingkungan Biofisik
1. Tanah