membuat daya lekat liat menurun, distribusi dan memegang air yang efektif serta membuat terjadinya penetrasi akar Herujito dan Djojoprawiro 1985.
Dari data tanah yang ada, tanah regosol kurang baik untuk pembuatan gerabah, sehingga bahan baku untuk produksi gerabah di peroleh dari tempat lain,
yaitu di wilayah Kecamatan Gerung, kurang lebih tiga kilometer disebelah barat Desa Banyumulek yang memiliki sifat tanah yang baik untuk produksi gerabah,
yaitu bahan tanah liat yang plastis dan mudah dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000°C.
Tanah pada tapak merupakan tanah peka erosi yang memerlukan upaya penanggulangan untuk meminimalisasi erosi yang akan terjadi. Sedangkan untuk
membangun struktur pendukung kegiatan wisata, sifat tanah tidak terlalu berpengaruh karena daya dukung tanah cukup baik dan stabil untuk penempatan
fasilitas dan pembuatan jalur sirkulasi dalam tapak.
2. Topografi
Tapak yang akan direncanakan berada pada ketingggian 40 meter diatas permukaan laut. Dari hasil pengamatan topografi kawasan ini relatif datar. Pada
awalnya, Desa Banyumulek merupakan daerah aliran Sungai Babak yang rawan banjir. Hampir setiap tahun dilanda banjir dari luapan Sungai Babak. Salah satu
faktor penyebabnya karena rendahnya kedalaman Sungai Babak. Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup, penduduk mulai mengeksploitasi pasir
yang ada di Sungai Babak untuk diperjualbelikan. Sehingga lama kelamaan kedalaman Sungai Babak semakin tinggi dan Desa Banyumulek tidak rawan
banjir lagi. Topografi datar merupakan potensi bagi kawasan wisata budaya, sehingga kegiatan wisata budaya yang akan dikembangkan dapat dikunjungi oleh
wisatawan dari berbagai kalangan usia.
3. Iklim
Berdasarkan Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia 2003 skala 1 : 1.000.000, menurut Trojen 1976, kawasan Lombok Barat termasuk dalam kelas
IIA, merupakan pola tunggal atau pola sederhana simple wave dengan curah hujan terendah pada bulan JuliAgustus. Terdapat perbedaan jelas antara jumlah
curahan pada musim hujan dengan kemarau. Curah hujan 1000-2000 mmtahun, dengan tipe iklim kering.
Data iklim untuk kawasan Desa Banyumulek diperoleh berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika yang diukur di Stasiun Klimatologi
Kediri, NTB dengan posisi 116º08’ BT dan 06º35’ LS dengan ketinggian 16 meter diatas permukaan laut Gambar 36. Karakteristik ikilm secara umum pada
6 tahun terakhir 1998-2003 dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini, meliputi suhu udara, curah hujan, intensitas penyinaran, tekanan udara, kelembaban nisbi
dan kecepatan angin. Suhu udara minimum pada kawasan Desa Banyumulek yaitu 19,8ºC pada
bulan Januari, dengan kisaran suhu antara 19,8-23,9ºC. sedangkan suhu maksimum terjadi pada bulan November, yaitu 31,4ºC dengan kisaran suhu 25,2-
31,4ºC. Suhu udara rata-rata di kawasan ini berkisar antara 23,6-27,2ºC. Menurut Laurie 1990 lingkungan luar yang nyaman bagi manusia adalah pada suhu 27-
28ºC. Mengacu pada pernyataan diatas, tapak sebagai kawasan yang akan direncanakan menjadi kawasan wisata budaya dapat menunjang tingkat
kenyamanan bagi wisatawan. Curah hujan rata-rata di kawasan ini adalah 7,55 mmbulan 90,6 mmtahun
dengan kisaran 0,7-13,5 mmbulan. Intensitas penyinaran matahari berkisar antara 40,5-84,85 dengan rata-rata 53,28 tiap bulannya. Intensitas penyinaran
matahari pada tapak paling tinggi yaitu sebesar 84,85 menyebabkan perlunya penggunaan vegetasi yang dapat mereduksi sinar matahari, salah satunya yaitu
dengan pemilihan pohon yang berkanopi rindang yang dinilai paling efektif untuk mereduksi sinar matahari.
Menurut Laurie 1984, kisaran kelembaban udara yang nyaman bagi manusia adalah sekitar 40-75 . Kelembaban pada tapak berkisar antara 69,6-
85,7 dengan kelembaban rata-rata 81,7 , sehingga kelemb aban udara pada tapak tergolong tidak nyaman. Hal ini dapat di antisipasi dengan penambahan
pohon-pohon peneduh di ruang terbuka sehingga aliran udara mengalir.
Aspek Sosial Masyarakat Lokal
Secara umum, masyarakat Desa Banyumulek merupakan masyarakat yang terbuka dengan segala perkembangan zaman dan teknologi. Selain itu, masyarakat
mempunyai sifat ramah dan gotong royong yang tinggi, yang merupakan ciri desa pada umumnya. Faktor inilah menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan
berkunjung ke kawasan.
Feature dan View
Pada mulanya Desa Banyumulek merupakan kawasan pedesaan, yang
kemudian berkembang menjadi kawasan wisata budaya. Tabel 9 memperlihatkan feature dan view yang terdapat pada tapak. Diantara beberapa feature dan view
yang ada, terdapat beberapa objek yang merupakan good view dan bad view. Good view yang ada perlu dipertahankan untuk menjaga kelestarian kawasan,
sedangkan bad view yang ada perlu dilakukan perbaikan, sehingga berdasarkan konsep yang akan dikembangkan, kawasan ini dapat menjadi kawasan wisata
budaya yang menarik wisatawan dan dapat meningkatkan pendapat penduduk setempat.
Gambar 36. Data Klimatologi Stasiun Kediri, Kabupaten Lombok Barat, NTB Tahun 1998-2003
CURAH HUJAN
50 100
150
Ja nu
ar i
Fe br
ua ri
M ar
et A
pr il
M ei
Jun i
Ju li
A gu
stu s
Se pt
em be
r Oktober
N ov
em be
r D
es em
be r
Bulan mm
CH
PENYINARAN MATAHARI
20 40
60 80
100
JanuariFebruari Maret April Mei
Juni Juli
Agustus September
Oktober November
Desember
Bulan
KELEMBABAN NISBI
20 40
60 80
100
JanuariFebruari Maret April
Mei Juni Jul
i Agustus
September Oktober
November Desember
Bulan
SUHU UDARA
10 20
30 40
JanuariFebruari Maret April
Mei Juni Juli
Agustus September
Oktober November
Desember
Bulan C
Bulan Min Temperatur Max
Temperatur Rata-rata
KECEPATAN ANGIN
1 2
3 4
5
JanuariFebruari Maret April
M e i
Juni Juli
Agustus September
Oktober November
Desember
Bulan kmjam
Kec angin
Tabel 9. Feature dan View pada Tapak
No Feature dan View
Letak Keterangan
1. Tugu gerabah
Perempatan Desa Banyumulek dan Desa Rumak, welcome
area. Good view. Dapat merupakan
landmark kawasan Desa
Banyumulek
2. Lahan pertanian
Kedua sisi jalan Good view. Peruntukan lahan
terbesar adalah untuk pesawahan.
3. Suasana pedesaan
Area menuju pusat penghasil gerabah
Good view.
4. Deretan artshop
Area pemasaran Good view.Menambah kesan
wisata budaya pada tapak
5. Area penjemuran
Depan artshop Bad view. Area penjemuran
depan artshop menyebabkan ketidakteraturan.
6. Trotoar
Area sepanjang pusat penghasil gerabah
Bad view
SINTESIS
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh potensi dan permasalahan untuk pengembangan wisata
budaya pada tapak, sehingga perlu dilakukan
pengembangan terhadap konsep yang ada. Pada Tabel 10 dapat dilihat potensi dan permasalahan serta pemecahan masalah pada tiap aspek data yang diperoleh.
Secara fisik, ruang wisata budaya yang terdiri dari ruang intensif, semi intensif, dan ekstensif dibuat menjadi inti dari wisata budaya yang akan dikembangkan
dengan tetap mempertahankan permukiman yang ada pada tapak. Jalur sirkulasi dibuat terpisah antara jalur wisata dan jalur masyarakat. Sedangkan secara
budaya, diperlukan pengembangan konsep pada ruang wisata budaya dengan peningkatan atraksi wisata budaya, yang dapat memberikan kesejahteraan pada
masyarakat sekitar dan pelestarian budaya terhadap kerajinan gerabah. Penerapan konsep wisata budaya berbasis industri kerajinan gerabah pada lokasi studi setelah
melalui tahapan analisis dan sintesis menghasilkan block plan kawasan.
Tabel 10. Aspek Data, Permasalahan dan Pemecahan Masalah pada Tapak
Hasil Analisis No.
Data Potensi
Pemasalahan Konsep
Sintesis
1. Lokasi
Letak strategis, dengan 5 dusun
pusat penghasil gerabah dan 5
dusun pendukung gerabah
Tata ruang terdiri dari ruang wisata budaya dan non wisata
budaya Pembagian ruang wisata budaya dan non
wisata budaya untuk menciptakan keteraturan
2. Aksesibilitas
dan sistem transportasi
- Aksesibilitas tinggi
- Kemudahan sarana
transportasi -
Lebar jalan sempit -
Jalur sirkulasi 2 arah dalam kawasan
menyebabkan ketidakteraturan
Jaringan sirkulasi terbagi dua, yaitu sirkulasi untuk kegiatan
wisata dan untuk kegiatan masyarakat
- Pemisahan dan pengaturan jalur sirkulasi
masyarakat dan wisatawan.
3. Tata Guna
Lahan, Pola Perkampungan
dan Arsitektur Rumah
- Peruntukan lahan
terbesar untuk pertanian
- Pola perkampungan
memanjang linear -
Pola perkampungan terbentuk sesuai
dengan kehidupan industri gerabah
- Rumah berarsitektur
tradisional sudah jarang ditemukan
Pola ruang terbagi dua, yaitu ruang wisata budaya dan non
wisata budaya -
Lahan pertanian sebagai penyangga, dapat menjadi pendukung wisata budaya.
- Mempertahankan pola perkampungan
memanjang linear untuk memudahkan kegiatan wisata budaya.
- Menggunakan rumah berarsitektur
tradisional pada fasilitas umum yang akan dibuat untuk pelestarian budaya.
4. Kependudukan
- Dominasi kelas
usia muda -
Mata pencaharian utama bergerak di
bidang industri gerabah
- Rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat -
Mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam kegiatan wisata budaya
- Mempertahankan dan berupaya
meningkatkan industri gerabah melalui kegiatan wisata budaya
5. Kegiatan
Industri Gerabah
- Keunikan desain
gerabah -
Kegiatan industri gerabah sebagai
- Bahan baku utama dan
penunjang dari luar kawasan
- Melestarikan budaya melalui perencanaan
wisata budaya -
Penyediaan bahan baku penunjang dalam kawasan, melalui penanaman pohon
56
Hasil Analisis No.
Data Potensi
Pemasalahan Konsep
Sintesis
salah satu pelestarian budaya
- Penyerapan tenaga
kerja bambu dan asem sebagai bahan penunjang
produk gerabah.
6. Kegiatan
Kepariwisataan -
Objek dan atraksi
-
Pelayanan -
Informasi dan
promosi -
Ruang wisata
Budaya -
Jalur wisata
budaya -
Wisatawan -
Keunikan des ain gerabah
- Kegiatan industri
gerabah sebagai salah satu
pelestarian budaya
- Kemudahan untuk
memperoleh informasi
- Atraksi budaya pada
kawasan sedikit -
Fasilitas pelayanan kurang mencukupi
-
Tidak ada pemisahan ruang
- Tidak ada pemisahan
jal ur antara masyarakat dan wisatawan
- Kurangnya fasilitas
pelayanan yang mengurangi kenyamanan
wisatawan Pemisahan ruang wisata
budaya dan non wisata budaya
- Membudidayakan kembali kegiatan
tradisional sebagai objek dan atraksi dalam wisata budaya
- Penambahan fasilitas yang mendukung
untuk kenyamanan dalam berwisata budaya
-
Pembuatan jalur sirkulasi terpisah untuk meningkatkan kenyamanan
- Penambahan fasilitas penunjang yang dapat meningkatakan kenyamanan
wisataw an
57
Hasil Analisis No.
Data Potensi
Pemasalahan Konsep
Sintesis
7. Pendukung
Wisata Budaya -
Tanah -
Topografi -
Iklim -
Aspek sosial
masyarakat lokal
- Daya dukung tanah
cukup baik dan stabil untuk
penempatan fasilitas dan
pembuatan jalur sirkulasi dalam
tapak.
- Tanah relatif datar
- Suhu nyaman
- Masyarakat
bersikap terbuka dan ramah
terhadap wisatawan -
Tanah tidak sesuai untuk bahan baku gerabah dan
tanah peka erosi -
Penyinaran matahari penuh
- Penanaman vegetasi sebagai salah satu
cara untuk meminimalisasi erosi -
Pembangunan fasilitas pendukung kegiatan wisata sesuai dengan kebutuhan
- Pembuatan fasilitas untuk kegiatan wisata
budaya yang akan dikembangkan dapat beragam
- Pemilihan pohon peneduh dan pembuatan
shelter untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan
- Mempertahankan sifat yang dapat
meningkatkan aktivitas wisata budaya
8. Feature dan
View -
Tugu sebagai landmark
- Suasana alam
pedesaan -
Pembuatan tugu sebagai identitas yang lebih besar
- Mempertahankan suasana pedesaan
sebagai pendukung wisata budaya
58
RUANG NON WI SATA BUDAYA RUANG WI SATA BUDAYA
ORI ENTASI SKALA
NOMOR GAMBAR DI SETUJUI
DI GAMBAR
D R. I r . SI TI N URI SJAH , M SLA RI N RI N KOD ARI YAH
A 3 4 2 0 1 0 1 7
BLO CK PLAN
JUDUL GAMBAR JUD UL STUD I
PERENCANAAN LANSKAP KAW ASAN W I SATA BUDAYA BERBASI S I NDUSTRI KERAJI NAN GERABAH
DI DESA BANYUMULEK KECAMATAN KEDI RI LOMBOK BARAT
DEPARTEMEN BUDI DAYA PERTANI AN FAKULTAS PERTANI AN
I NSTI TUT PERTANI AN BOGOR 2 0 0 5
LEGENDA
5 0 0 0 Cm
RUANG PENERI MAAN RUANG PELAYANAN
RUANG TRANSI SI RUANG KEHI DUPAN
MASYARAKAT RUANG I NTENSI F
RUANG SEMI I NTENSI F RUANG EKSTENSI F
KECAMATAN LABUAPI
SUNGAI BABAK
KECAMATAN GERUNG DESA
RUMAK
PERENCANAAN LANSKAP
Rencana Lanskap Pendukung Kegiatan Wisata Budaya
Perencanaan lanskap kawasan wisata budaya yang akan dikembangkan terdiri dari rencana tata ruang, tata sirkulasi, pengembangan wisata budaya, jenis
dan tata letak fasilitas, serta daya dukung wisata. Gambar 38 memperlihatkan site plan kawasan wisata budaya.
Rencana Tata Ruang
Rencana tata ruang yang akan dibuat berdasarkan konsep tata ruang yang dan hasil analisis yang didapat. Tapak yang akan dikembangkan terdiri dari dua
ruang utama yaitu ruang wisata budaya da n ruang non-wisata budaya. Pada tabel 11 dapat dilihat jenis ruang, fungsi, aktivitas dan fasilitas yang direncanakan.
1. Ruang Wisata Budaya