Siklus Nitrogen di dalam Kolam Ikan Jejaring Makanan Berbasis Bakteri

jam setelah periode pemberian pakan berakhir. Pada ikan berukuran 112-199 g, puncak ekskresi amoniak berlangsung antara 10-12 jam setelah pemberian pakan dimulai sampai 8-10 jam setelah periode pemberian pakan berakhir Merino et XY ., 2007. Tingkat produksi amoniak bergantung pada kadar protein pakan. Pada pemeliharaan ikan c Z X [[\ l c X ] fish ct XY u ru s p u n ct X ] u s dengan pakan mengandung 4,85 N, pakan memasok 87,9 masukan nitrogen ke dalam kolam ikan Gross et XY ., 2000.

2.2. Siklus Nitrogen di dalam Kolam Ikan

Empat jalur utama kehilangan N dari kolam adalah pemanenan ikan 31,5, denitrifikasi 17,4, volatilisasi amoniak 12,5 dan akumulasi di sedimen dasar 22,6. Laju nitrifikasi rata-rata 70 mg Nm 2 hari sedangkan laju denitrifikasi rata-rata 38 mg Nm 2 hari. Fitoplankton menyerap nitrat NO 3 -N sebesar 24 mg Nm 2 hari. Sementara itu, laju mineralisasi nitrogen pakan menjadi amoniak rata-rata 59 mg Nm 2 hari Gross et XY ., 2000. Ebeling et XY _ 2006 mengatakan bahwa proses pengubahan nitrogen dalam sistem akuakultur yang berperan dalam pengurangan kandungan amoniak terdiri dari tiga proses yakni proses fotoautotrofik oleh alga, proses autotrofik bakterial yang mengubah amoniak menjadi nitrat, dan proses heterotrofik bakterial yang mengubah amoniak langsung menjadi biomassa bakteri. Reaksi kimia dan keragaan ketiga proses tersebut dicantumkan pada Gambar 3. Dalam kondisi alamiah tidak ada sistem yang murni fotoautotrofik, heterotrofik bakterial maupun autotrofik bakterial Wyk dan Avnimelech, 2007.

2.3. Jejaring Makanan Berbasis Bakteri

Montoya dan Velasco 2000 mengatakan bahwa amoniak yang dikeluarkan oleh ikan di dalam air akan membentuk kesetimbangan dengan ion ammonium. PROSES BIOSINTESIS ALGA DAN BAKTERI DI KOLAM a Proses biosintesis alga fotoautotrofik Persamaan reaksi: 1 Amoniak sebagai sumber nitrogen 16NH 4 + + 92CO 2 + 92H 2 O + 14HCO 3 - + HPO 4 2- C 106 H 263 O 110 N 16 P + 106O 2 2 Nitrat sebagai sumber nitrogen 16NO 3 - +124CO 2 + 140H 2 O + HPO 4 2-  C 106 H 263 O 110 N 16 P +138O 2 +18HCO 3 - Stoikiometri metabolisme fotoautotrofik alga terhadap 1 g NH 4 + -N Stoikiometri Jumlah g C organik g C anorganik g N g Bahan NH 4 + -N 1,0 - - 1,0 Karbondioksida 18,07 g CO 2 g N 18,07 - 4,93 - Alkalinitas 3,13 g alkg N 3,13 - 0,75 - Hasil VSS A 15,85 g VSS A g N 15,85 5,67 - 1,0 O 2 15,14 g O 2 g N 15,14 - - - b Proses biosintesis bakteri autotrofik Persamaan reaksi: NH 4 + + 1,83O 2 + 1,97HCO 3 - 0,0244C 5 H 7 O 2 N + 0,976NO 3 - +2,90H 2 O + 1,86CO 2 Stoikiometri metabolisme bakteri autotrofik terhadap 1 g NH 4 + -N Stoikiometri Jumlah g C organik g C anorganik g N g Bahan NH 4 + -N 1,0 - - 1,0 Alkalinitas 7,05 g alkg N 7,05 - 1,69 - Oksigen 4,18 g O 2 g N 4,18 - - - Hasil VSS A 0,20 g VSS A g N 0,20 0,106 - 0,025 NO 3 -N 0,976 g NO 3 -Ng N 0,976 - - 0,976 CO 2 5,85 gCO 2 g N 5,85 - 1,59 - c Proses biosintesis bakteri heterotrofik Persamaan rekasi: NH 4 + + 1,18C 6 H 12 O 6 + HCO 3 - + 2,06O 2  C 5 H 7 O 2 N + 6,06H 2 O + 3,07CO 2 Stoikiometri metabolisme bakteri heterotrofik terhadap 1 kg pakan 35 protein dengan suplementasi karbon dan 50,4 g NH 4 + -N Stoikiometri Jumlah g C organik g C anorganik g N g Bahan NH 4 + -N 50,4 - - 50,4 C 6 H 12 O 6 15,17 g KHg N 764,6 305,9 - - Alkalinitas 3,57 g alkg N 179,9 - 43,3 - Oksigen 4,71 g O 2 g N 237,4 - - - Hasil VSS H 8,07 g VSS H g N 406,7 216 - 50,4 CO 2 9,65 g CO 2 g N 486,4 - 132,6 - Gambar 3. Tiga proses mikrobial penting yang mendominasi pengubahan limbah amoniak dalam sistem budidaya kolam. Sumber: Ebeling et `a ., 2006. Amoniak dalam dalam bentuk ion ammonium akan mengalami proses nitrifikasi oleh bakteri kemoautotrof menjadi nitrit dan selanjutnya menjadi nitrat. Namun demikian dengan adanya bahan organik, proses mikrobial yang berlangsung didominasi oleh bakteri heterotrofik yang lebih cepat menyerap ammonium menjadi biomassa bakteri. Bakteri ini bisa menyerap sampai 50 dari jumlah ammonium terlarut dalam air. Bakteri heterotrofik mempunyai efisiensi produksi sel yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri nitrifikasi yakni 25-100 kali daripada bakteri N itro so mo n a s sp. dan 10-33 kali daripada bakteri N itro ba cter sp. Montoya dan Velasco, 2000. Interaksi proses mikrobial dalam penguraian amoniak di dalam air pemeliharaan ikan ditampilkan pada Gambar 4. Gambar 4. Proses bakteriologis dalam siklus nitrogen di kolam pemeliharaan udang. Dimodifikasi dari Montoya dan Velasco, 2000 Populasi Heterotrofik Fitoplankton Menurut Schneider et bcd 2005b, pemanfaatan limbah budidaya ikan terutama ditujukan pada senyawaan-senyawaan terlarut. Senyawaan tak terlarut ebf g icu l bg e w bh g e seringkali dibuang begitu saja dalam jumlah besar sebagai bahan yang tak termanfaatkan. Bakteria heterotrofik dapat mengubah nutrien- nutrien semacam ini menjadi biomassa bakteri yang potensial sebagai bahan pakan ikan. Apabila hal ini dapat berlangsung baik, maka buangan limbah budidaya ikan akan berkurang secara drastis. Kendala utama agar proses ini dapat berlangsung adalah rendahnya rasio karbonnitrogen CN di dalam air limbah. Melalui pemberian suplementasi karbon maka produksi bakteria dapat dipacu pada sistem akuakultur. Penambahan sodium asetat sebagai sumber karbon sebanyak 8 gL dapat meningkatkan produksi protein kasar hingga mencapai 112 g proteinkg pakan, atau meningkat 50 dari sistem biasa. Pada pemberian pakan dengan kadar protein 41, penambahan sodium asetat menghasilkan produksi bakteri sebanyak 55 125 g VSSkg pakan, setara dengan 0.2 0.5 g VSSg karbon Schneider et bcd , 2006. Secara teoritis, untuk mengubah 1 g amonium dibutuhkan 20 g karbohidrat Avnimelech dan Wyk, 2007. Menurut Brune et bc d 2003 proses biosintesis bakteri heterotrofik berlangsung lebih cepat dibanding dengan proses biosintesis alga maupun proses bakteri nitrifikasi, yakni waktu regenerasi 10 jam berbanding dengan 24-48 jam. McGraw 2002 menyatakan selain lebih cepat tumbuh, bakteri heterotrof merupakan sumber pakan yang baik untuk ikan. Sementara itu, laju pertumbuhan alga dan bakteri nitrifikasi hampir sama namun koefisien produksi alga hampir 57 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri nitrifikasi, yakni 11,4 g algag N berbanding dengan 0,2 g bakterig N.

2.4. Teknologi Bioflok dalam Sistem Akuakultur