Perbedaan Intensitas dan Perilaku Nyeri pada Pasien Kanker Payudara Kronik Berdasarkan Tipe Kepribadian di RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

SKRIPSI

Oleh Siti Khodizah

111101019

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

karena atas rahmat dan kuasanya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang

berjudul “Perbedaan Intensitas dan Perilaku Nyeri pada Pasien Kanker Payudara

Kronik Berdasarkan Tipe Kepribadian di RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Saya menyadari skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan berbagai pihak.

Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp, MNS, selaku Dosen

Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan pengarahan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku penguji 1.

4. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku penguji 2

5. Direktur Utama RSUP Haji Adam Malik Medan, Instalasi Litbang,

Kepala Instalasi Rindu B dan perawat ruangan Rindu B2A yang telah

membantu saya selama proses pengumpulan data

6. Para staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

7. Teristimewa kepada kedua orangtua saya, Ayahanda Iskandar Muda dan

Ibunda Dewi Kartika Sinaga serta kakak dan adik saya yang telah

memberikan dukungan riil dan moril sehingga saya dapat menyelesaikan


(5)

oleh karena itu dengan kerendahan hati saya sangat mengharapkan saran dan

kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Juli 2015


(6)

Halaman Pengesahan ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

Abstract ... xi

Bab 1 Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2 Perumusan Masalah ... 5

3. Pertanyaan Penelitian ... 5

4. Tujuan Penelitian ... 6

5. Manfaat Penelitian ... 7

Bab 2 Tinjauan Pustaka ... 8

1. Kanker Payudara... 8

1.1 Definisi Kanker Payudara ... 8

1.2 Manifestasi Klinis Kanker Payudara ... 8

1.3 Stadium Kanker Payudara ... 10

1.4 Penatalaksanaan Kanker Payudara ... 12

1.5 Nyeri Kanker pada Kanker Payudara ... 13

2. Intensitas Nyeri ... 15

2.1 Definisi Intensitas Nyeri ... 15

2.2 Klasifikasi Nyeri pada Kanker ... 16

2.3 Fisiologi Nyeri ... 17

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Nyeri ... 19

2.5 Pengukuran Intensitas Nyeri ... 21

3. Perilaku Nyeri ... 22

3.1 Defenisi Perilaku Nyeri ... 22

3.2 Tipe-Tipe Perilaku Nyeri ... 23

3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Nyeri ... 24

3.4 Pengukuran Perilaku Nyeri ... 26

4. Kepribadian ... 27

4.1 Definisi Kepribadian ... 27

4.2 Tipe-Tipe Kepribadian ... 29

4.3 Pengukuran Kepribadian ... 31


(7)

Bab 4 Metodologi Penelitian ... 40

1. Desain Penelitian ... 40

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

4. Pertimbangan Etik ... 42

5. Instrumen Penelitian... 43

6. Validitas dan Reabilitas... 45

7. Pengumpulan Data ... 47

8. Analisa Data ... 49

Bab 5 Hasil dan Pembahasan ... 51

1. Hasil Penelitian ... 51

1.1 Karakteristik Demografi... 51

1.2 Intensitas Nyeri Pasien Kanker Payudara Kronik ... 53

1.3 Perilaku Nyeri Pasien Kanker Payudara Kronik ... 54

1.4 Tipe Kepribadian Pasien Kanker Payudara Kronik ... 55

1.5 Perbedaan Intensitas dan Perilaku Nyeri Berdasarkan Tipe Kepribadian pada Pasien Kanker Payudara Kronik ... 56

2. Pembahasan ... 57

2.1 Intensitas Nyeri Pasien Kanker Payudara Kronik ... 57

2.2 Perilaku Nyeri Pasien Kanker Payudara Kronik ... 61

2.3 Perbedaan Intensitas dan Perilaku Nyeri Berdasarkan Tipe Kepribadian pada Pasien Kanker Payudara Kronik ... 63

Bab 6 Kesimpulan dan Saran ... 65

1. Kesimpulan ... 65

2. Saran ... 66

DaftarPustaka ... 67

Lampiran 1.Inform Consent ... 71

Lampiran 2.Instrumen Penelitian ... 72

Lampiran 3.Surat Validitas ... 77

Lampiran 4.Surat Etik ... 80

Lampiran 5.Surat Izin Penelitian... 81

Lampiran 6.Hasil Uji SPSS ... 85

Lampiran 7.Terjemahan Abstrak Asli ... 92

Lampiran 8.Lembar Bukti Bimbingan ... 93

Lampiran 9.Jadwal Penelitian ... 94


(8)

Tabel 2.3.3.1 Indikator Perilaku Nyeri... 23 Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 38 Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Pasien Kanker Payudara Kronik ... 53 Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Intensitas Nyeri Pasien

Kanker Payudara Kronik ... 54 Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Nyeri Pasien

Kanker Payudara Kronik ... 54 Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tipe Kepribadian Pasien Kanker Payudara Kronik ... 55 Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Intensitas dan Perilaku Nyeri Pasien Kanker Payudara Kronik Berdasarkan Tipe Kepribadian 56 Tabel 5.1.5.2 Hasil Uji Mann Whitney Perbedaan Intensitas Nyeri Berdasarkan Tipe Kepribadian ... 57 Tabel 5.1.5.2 Hasil Uji Mann Whitney Perbedaan Perilaku Nyeri Berdasarkan Tipe Kepribadian ... 57


(9)

(10)

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Ajaran : 2014/2015

ABSTRAK

Nyeri bersifat subjektif dan sangat individual. Sehingga diperlukan pengkajian yang akurat agar nyeri dapat ditangani dengan tepat. Dalam melakukan pengkajian kita juga harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri dan perilaku nyeri, salah satunya yaitu kepribadian.. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan intensitas dan perilaku nyeri berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik. Sampel diambil dengan metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 26 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner data demografi, Skala Numerik Intensitas Nyeri/NRS, Laporan Observasi Perilaku Nyeri (Pain Behaviour Observation Protocol), dan kuisioner tipe kepribadian (Eysenck Personality Inventory). Dari hasil uji Kruskal Wallis diketahui bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri berdasarkan tipe kepribadian (Sig=0.000) dan terdapat perbedaan perilaku nyeri berdasarkan tipe kepribadian (Sig=0.000). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi perawat, sehingga perawat dapat melakukan pengkajian nyeri yang lebih akurat dengan memperhatikan faktor kepribadian saat melakukan pengkajian.


(11)

Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S.Kep) Academic Year : 2014/2015

ABSTRACT

Pain is very subjective and individual so that accurate study is needed so that pain can be handled correctly. Besides that, we have pay attention to some factors which influence pain intensity and pain behavior, and one of them is personality. The research used descriptive comparative method which aimed to identify the difference of pain intensity and pain behavior based on the type of personality of chronic breast cancer patients. The samples were 26 respondents, taken by using purposive technique. The data were gathered by distributing questionnaires on demographic data, Pain Numeric Rating Scale/PNRS, Pain Behavior Observational Protocol (PBOP), and Eysenck Personality Inventory. The result of Mann Whitney test showed that there was the difference of pain intensity based on personality type ( Sig=0.000) from pain behavior based on personality type (Sig=0000). This research was expected to be additional knowledge for nurses so that they can study pain accurately by paying attention to the factor of personality during study.

Keywords: Pain intensity, Pain Behavior, Personality


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu.

Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan

kesehatan karena nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak

orang dibanding penyakit manapun. Nyeri bersifat subjektif dan sangat

bersifat individual, tidak ada dua individu mengalami nyeri yang sama dan

tidak ada dua kejadian nyeri yang sama mengambil respon atau perasaan

yang identik pada seseorang individu. (Potter & Perry, 2005).

Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak

nyaman yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial

(The International Association for the Study of Pain 2003 dalam Lathifah

2012). Berdasarkan durasinya nyeri terbagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan

nyeri kronis. Menurut Tamsuri, 2004 nyeri akut adalah nyeri yang terjadi

dalam waktu (durasi) dari 1 detik sampai dengan kurang dari enam bulan.

dan akan mereda saat sumber nyerinya diketahui dan diobati. Nyeri kronis

adalah nyeri yang berlangsung terus menerus selama 6 bulan atau lebih.

Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan

sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik

(Brunner & Suddarth, 2001).

Nyeri merupakan manifestasi klinis yang hampir selalu dijumpai


(13)

pertumbuhan sel tidak normal (yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol,

dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan

menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh

(Diananda, 2009). Salah satu jenis kanker yaitu kanker payudara. Kanker

payudara merupakan insidens tertinggi nomor 2 di Indonesia dan terdapat

kecenderungan dari tahun ke tahun insidens ini meningkat seperti halnya

di negara barat. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Serikat

92/100.000 wanita pertahun dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu

18% . Di Indonesia berdasarkan Pathological Based Registrationkanker payudara mempunyai insiden minimal 20.000 kasus pertahun, dengan

kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus berada dalam stadium lanjut

(Protokol Peraboi, 2003).

Kanker pada umumnya menghasilkan nyeri melalui dua cara yaitu

melalui pertumbuhan dan metastasis sel-sel kanker dan melalui beragam

pengobatan yang dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker

tersebut (Brannon & Feist, 2007). Pertumbuhan dan metastasis kanker

akan menyebabkan perubahan-perubahan fisiologi. Perubahan fisiologi

yang terjadi akibat kanker yang dapat menimbulkan nyeri yaitu kerusakan

tulang, obstruksi lumina, saraf perifer, tekanan kanker yang membesar,

adanya iskemia, distensi dan inflamasi, infeksi atau nekrosis jaringan

(Baradero & kolega, 2007). Beberapa pengobatan kanker yang dapat


(14)

Nyeri pada kanker bersifat kronis karena pada umumnya pasien

kanker akan mengalami nyeri sepanjang hidupnya dan nyeri akan

bertambah seiring meningkatnya stadium (Brunner & Suddarth, 2001).

Prevalensi nyeri pada kanker diperkirakan sebesar 25% pada pasien yang

baru didiagnosis, 33% pada pasien yang sedang menjalani terapi dan 75%

pada stadium akhir. Nyeri kronik pada pasien kanker yang menjalani terapi

diperkirakan sekitar 33% (Arasen, 2012).

Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien

yang mengalami nyeri dibanding tenaga profesional perawatan kesehatan

lainnya dan perawat mempunyai kesempatan untuk membantu

menghilangkan nyeri dan efek nyeri tersebut yang dapat membahayakan

pasien (Brunner dan Suddart, 2001). Walaupun pengkajian nyeri

merupakan aktivitas yang paling umum dilakukan perawat, pengkajian

nyeri merupakan aktivitas yang paling sulit dilakukan (Potter & Perry,

2005). Salah satu kesulitan dapat mengkaji nyeri adalah pasien sulit

mendeskripsikan nyeri yang dirasakan secara objektif. Jika terdapat

benjolan pasien dapat menunjukkannya, jika ada tulang yang patah dapat

terdeteksi di X-Ray. Tetapi nyeri tidak mempunyai keterangan yang

objektif (Taylor, 2009).

Pengkajian dan penilaian pada nyeri kronik sangat kompleks dan

multidimensional. Penelitian telah menunjukkan pengaruh yang signifikan

dari faktor psikologis terhadap pengalaman dan respon nyeri (Gatchel &


(15)

faktor psikososial yang berhubungan dengan pengalaman nyeri kronis.

Cara masing-masing penderita nyeri kronis menginterpretasikannya

memiliki dampak yang signifikan terhadap cara ia merespon nyerinya

tersebut. Misalnya, penderita yang menganggap nyerinya sebagai sesuatu

yang mengganggu dan menghalanginya dalam beraktivitas akan

mengalami perasaan tidak berdaya, penurunan tingkat aktivitas, dan

intensitas nyeri yang lebih tinggi.

Pengukuran kepribadian dapat membantu perawat mengetahui

faktor psikologis yang mempengaruhi pengalaman nyeri sehingga

mempermudah dalam proses pengkajian dan treatment pada pasien nyeri kronik (Bradley, dkk 1992 dalam Karlin, dkk 2005). Tipe kepribadian

terkait dengan kontrol diri dan pengaturan emosi khususnya dikaitkan

dengan nyeri yang lebih hebat. Peningkatankontrol diriseseorang

dankemampuan untukmengelola emosijuga bisameningkatkankemampuan

mereka untukmengontrol nyeri (McGreal, 2013).

Kepribadian adalah bagaimana ia berespon, mengintegrasi stimuli

dan bagaimana ia memotivasi dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan

primer maupun sekunder (Izzudin, 2006). Sama halnya seperti nyeri, tidak

ada satu orang pun yang memiliki kepribadian yang sama,tetapi dalam

beberapa hal ada sub-sub kepribadian yang sama.

Sudibyo dan koleganya (2013) melakukan penelitian untuk melihat

perbedaan intensitas nyeri berdasarkan tipe kepribadian pada pasien


(16)

nyeri bermakna pada tipe kepribadian hipokondrik bila dibandingkan

dengan tipe kepribadian depresi dan histeris. Sartika, (2012) juga

melakukan penelitian tentang perilaku nyeri pasien post operasi dengan

tipe kepribadian A dan B. Dari hasil penelitian di ketahui bahwa perilaku

nyeri pada setiap pasien berbeda-beda sesuai dengan kepribadiannya.

Perawat dapat mengobservasi perilaku pasien khususnya perilaku

nyeri dengan mengetahui tipe kepribadian pasien. Perilaku nyeri juga

mempengaruhi intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Oleh karena itu,

penting bagi perawat mengindentifikasi tipe kepribadian pasien pada saat

melakukan pengkajian nyeri.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk melihat

perbedaan intensitas dan perilaku nyeri berdasarkan tipe kepribadian pada

pasien kanker payudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah perbedaan intensitas dan perilaku nyeri pasien

berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik di RSUP

Haji Adam Malik Medan.

3. Pertanyaan Penelitian

3.1 Bagaimana intensitas nyeri pada pasien kankerpayudara kronik di

RSUP Haji Adam Malik Medan ?

3.2 Bagaimana perilaku nyeri pada pasien kankerpayudara kronik di RSUP


(17)

3.3 Bagaimana tipe kepribadian pasien kanker payudara kronik di RSUP

Haji Adam Malik Medan ?

3.4 Apakah ada perbedaan intensitas nyeri berdasarkan tipe kepribadian

pada pasien kankerpayudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan ?

3.5 Apakah ada perbedaan perilaku nyeri berdasarkan tipe kepribadian

pada pasien kanker payudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan ?

4. Tujuan Penelitian

4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan intensitas dan perilaku nyeri

berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik di RSUP

Haji Adam Malik Medan.

4.2 Tujuan Khusus

4.2.1 Mengidentifikasi intensitas nyeri pada pasien kankerpayudara

kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2.2 Mengidentifikasi perilaku nyeri pada pasien kanker payudara

kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2.3 Mengidentifikasi tipe kepribadian pasien kanker payudara

kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2.4 Mengidentifikasi perbedaan intensitas nyeri pada pasien

kanker payudara kronik berdasarkan tipe kepribadian di RSUP Haji


(18)

4.2.5 Mengidentifikasi perbedaan perilaku nyeri pada pasien

kanker payudara kronik berdasarkan tipe kepribadian di RSUP Haji

Adam Malik Medan.

5. Manfaat Penelitian

5.1 Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi dan tambahan pengetahuan kepada perawat bahwa perlu

adanya pengkajian tipe kepribadian di dalam pengkajian nyeri agar

perawat lebih mengetahui intensitas dan perilaku nyeri yang ditunjukkan

pasien kanker kronik.

5.2 Pelayanan Keperawatan

Sebagai informasi dan tambahan pengetahuan bagi perawat dalam

mengidentifikasiintensitas nyeri dan memahami perilaku nyeri pada pasien

kanker kronik berdasarkan tipe kepribadian sehingga dapat memberikan

intervensi yang tepat kepada pasien dengan masalah keperawatan nyeri

dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

5.3 Penelitian Keperawatan

Sebagai masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai perbedaan intensitas dan


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kanker Payudara

1.1 Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah neoplasma maligna yang paling sering

dijumpai pada wanita dan menempati tempat nomor dua setelah karsinoma

servik uterus. Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun, secara

keseluruhanresiko perempuan seumur hidupnya untuk berkembang kanker

payudara adalah 1 berbanding 8 (Bruner & Suddarth, 2001).

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang payudara.

Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu, saluran kelenjar, dan

jaringan penunjang payudara. Kanker payudara tidak menyerang kulit

payudara yang berfungsi sebagai pembungkus. Kanker payudara

menyebabkan sel dan jaringan berubah bentuk menjadi abnormal dan

bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2004).

1.2 Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Selama ini yang terjadi pada penderita adalah baru diketahui

bahwa dirinya terserang kanker payudara setelah timbul rasa nyeri atau

sakit pada payudara atau setelah benjolan tumbuh semakin membesar pada

jaringan payudaranya. Penderita yang terkena kanker payudara stadium

awal atau dini tidak merasakan adanya nyeri atau sakit pada payudaranya


(20)

Dengan lebih cepat mengetahui kanker payudara akan memberikan

kesempatan lebih besar untuk keberhasilan penyembuhan kanker itu

sendiri. Berikut beberapa tanda dan gejala kanker payudara (American

Cancer Society, 2013) :

1.2.1 Benjolan di payudara

Benjolan atau massa di payudara adalah tanda yang paling sering

ditemukan pada kanker payudara. Biasanya benjolan tersebut keras

dan tidak sakit, walaupun pada beberapa kasus yang juga

merasakan nyeri. Tidak semua benjolan berarti kanker. Ada

beberapa kondisi tumor jinak pada payudara juga menyebabkan

benjolan.

1.2.2 Pembengkakan di sekitar payudara atau ketiak.

Pembengkakan payudara disebabkan oleh peradangan kanker

payudara, sebagai bentuk keganasan dari penyakit tersebut.

Pembengkakan atau benjolan di sekitar ketiak disebabkan oleh

kanker payudara yang telah menyebar ke kelenjar getah bening

pada area tersebut.

1.2.3 Kulit kemerahan

Jika kulit pada payudara mulai berwarna kemerahan (orange),

seringkali disebabkan oleh mastitis yang biasanya terjadi pada ibu

menyusui. Tetapi jika tanda tersebut tidak mengalami perubahan ke

arah yang lebih baik setelah diberi antibiotik. Kemungkinan tanda


(21)

1.2.4 Payudara terasa hangat dan gatal

Tanda ini bisa disebabkan oleh mastitis atau peradangan pada

kanker payudara.

1.2.5 Perubahan pada puting

Kanker payudara menyebabkan perubahan pada puting, seperti

putting akan masuk ke dalam atau kulit di sekitarnya akan gatal,

menjadi merah, dan bersisik.

1.2.6 Cairan yang keluar dari puting

Cairan yang keluar dari puting (selain susu) dapat menjadi alarm,

tetapi kasus yang sering terjadi disebabkan oleh luka, infeksi atau

tumor jinak. Jika cairan yang keluar berupa darah kemungkinan

disebabkan oleh kanker payudara.

1.2.7 Nyeri

Payudara terasa nyeri hebat dan menetap serta tidak berhubungan

dengan siklus menstruasi. Nyeri biasanya tidak terdapat kecuali

pada tahap akhir.

1.3 Stadium Kanker Payudara

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian

dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya,

sudah sejauhmanakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ

atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain.

Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan


(22)

rontgen,USG, dan bilamemungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dan

lain-lain. Banyak sekali cara untukmenentukan stadium, namun yang

paling banyak digunakan saat ini adalah stadium kanker berdasarkan

klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International

Union Against Cancer dari WorldHelath Organization) / AJCC (American

Joint Committee On Canceryang disponsori oleh American Cancer Society

dan American College of Surgeons). Huruf T menunjukkan tumor primer

dengan angka tepat yang menggambarkan ukuran tumor dan gangguan

fungsional yang disebabkan oleh perluasan langsung tumor ini. Huruf N

menunjukkan keterlibatan kelenjar limfe regional atau adanya keterlibatan

kelenjar limfe dalam lokasi anatomi berbeda. Huruf M menunjukkan

metastasis jauh dan tidak adanya metastasis (Sabiston, 1995).

Tabel 2.1.3.1 Sistem Penentuan Stadium TNT (Sabiston, 1995) Tumor

TX TO TIS

T1, T2, T3, T4

Nodus NX

NO

N1, N2, N3, N4

Metastasis MX MO M1

Tumor tidak dapat dinilai Tanpa bukti tumor primer Karsinoma in situ

Peningkatan progresif ukuran tumor dan keterlibatan regional

Nodi lympathic regional tidak dapat dinilai secara klinik

Nodi lympathic regional tidak tampak abnormal Peningkatan derajat keterlibatan nodi lympathic regional

Tidak dinilai Tidak diketahui Ada metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut


(23)

Tabel 2.1.3.2 Stadium Numerik Kanker Payudara (Protokol Peraboi, 2003)

Stadium Ukuran Tumor Palpable Lymph

Node Metastase

0 1 IIA IIB IIIA IIIB IV Tis T1 T1 T2 T2 T3 T1, T2 T3 T4 T N0 N0 N1 N0 N1 N0 N2 N1 N3 N M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M1

1.4 Penatalaksanaan Kanker Payudara

1.4.1 Pembedahan

Pembedahan merupakan prosedur pengobatan kanker yang paling

tua, dan paling besar kemungkinannya untuk sembuh, khususnya

untuk jenis kanker tertentu yang belum menyebar ke bagian tubuh

lain. Kemajuan di bidang pembedahan telah memungkinkan

tindakan operasi dengan luka dan efek seminimal mungkin

sehingga sesudahnya pasien dapat beraktivitas seperti semula

(Diananda, 2009).

1.4.2 Kemoterapi

Kemoterapi diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran


(24)

membersihkan sisa-sisa sel kanker (Diananda, 2009). Pada

kemoterapi digunakan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk

membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi dan

reproduksi selular (Potter & Perry, 2005).

1.4.3 Radioterapi

Radioterapi adalah terapi untuk kanker yang luas ekstensinya

masih terbatas dan lokal (Sukardja, 2000). Terapi ini diberikan

secara eksternal dan internal. Secara eksternal menggunakan alat

tertentu untuk menembakkan gelombang radioaktif kea rah sel-sel

kanker (disinar), sedangkan internal dalam bentuk implant

radioaktif yang disisipkan di area kanker, atau berupa obat

telan/suntik (Diananda, 2009).

1.5 Nyeri pada Kanker Payudara

Kebanyakan penderita kanker payudara merasakan beberapa

tingkatan nyeri mulai dari ringan sampai hebat, dari akut sampai kronik

yang disebabkan oleh kanker itu sendiri atau efek dari pengobatan seperti

pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormonal, dan obat-obatan

anti kanker (Breastcancer Organization, 2015).

Nyeri yang disebabkan oleh kanker itu sendiri biasanya disebabkan

oleh 2 hal yaitu (1) Tumor pada payudara, nyeri bukanlah tanda yang

biasanya muncul pada tahap awal kanker payudara, tetapi tumor dapat

menyebabkan nyeri karena tumor menekan jaringan terdekat. Pada wanita


(25)

awal. Kanker payudara yang jarang terjadi disebut Paget‟s, penyakit pada

puting dapat menyebabkan nyeri dan rasa terbakar sebagai tanda awal. (2)

Penyebaran kanker ke bagian tubuh lain. Nyeri yang disebabkan oleh

kanker itu sendiri biasanya terjadi pada penderita stadium lanjut karena sel

kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh . Contohnya jika kanker telah

bermetastase ke tulang, maka akan menyebabkan nyeri pada punggung,

pinggul dan tulang lainnya. Kanker yang telah bermetastase ke otak akan

menyebabkan sakit kepala. Jika kanker telah menyebar ke kelenjar adrenal

di ginjal, penderita akan merasakan nyeri tumpul pada punggung. Jika

menyebar ke hati , penderita akan merasakan nyeri di bagian kanan atas

abdomen (Breastcancer Organization, 2015).

Nyeri atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh pengobatan

kanker payudara bisa terjadi pada setiap penderita tanpa memperhatikan

stadium dari kanker itu sendiri. Nyeri yang dialami pasien dapat berupa

nyeri akut setelah pembedahan atau prosedur invasif lainnya. Ada juga

nyeri kronik yang dialami pasien seperti nyeri post mastektomi, nyeri post

torakotomi, nyeri phantom, dan sebagainya. Kemoterapi juga dapat

menyebabkan nyeri saat pemasangan intrevena dan nyeri pada abdomen

saat pemasangan intraperitonium atau nyeri akibat kemoterapi itu sendiri

seperti mukositis, sakit kepala, dsb (Casasola, 2006).

Pengkajianpascamastektomipenderitabreastcancermengungkapkan

bahwa2tahunsetelah operasi, 20% pasien


(26)

payudaraphantom. Penelitian terbarulainnyamelaporkankejadian47% (13%

berat, 39% sedang,danringan% 48) nyeripascamastektomi2-3tahunsetelah

operasi (Fine, Burton, & Passik, 2011).

Intensitas nyeri yang dirasakan pasien kanker tergantung kepada

jenis kanker,letak kanker, stadium kanker dan berapa banyak nervus yang

rusak karena kanker itu sendiri maupun diakibatkan oleh pengobatan yang

dilakukan (Baradero & koleganya, 2007). Nyeri pada kanker menjadi

kronik seiring dengan perjalanan penyakit kanker itu sendiri dan sebagai

komplikasi dari pengobatan.

2. Intensitas Nyeri

2.1 Definisi Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

yang dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif

dan individual, dan kemungkinan dalam intensitas yang sama dirasakan

sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon

fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2004).

2.2 Klasifikasi Nyeri pada Kanker

Menurut Casasola (2006), nyeri kanker dapat diklasifikasikan


(27)

2.2.1 Nyeri Nosiseptik

Nyeri nosiseptik dihasilkan dari rangsangan pada jalur nosiseptik

pada jaringan viseral atau somatik, yang disebabkan oleh

peradangan. Nyeri kanker nosiseptik somatik berasal dari struktur

jaringan lunak yaitu sistem saraf dan nonvisceral pada sumber

termasuk tulang, otot, kulit dan sendi. Nyeri biasanya terlokasisasi

dan karakter nyeri biasanya tajam, sakit dan berdenyut. Nyeri

somatik biasanya berhubungan dengan kerusakan jaringan.

Nyeri kanker nosiseptik visceral berasal dari organ bagian dalam

toraks, abdomen atau pelvis. Nyeri viseral biasanya tidak jelas dan

tumpul. Nyeri sulit dilokalisasi.

2.2.2 Nyeri Neuropatik

Nyeri neorupatik disebabkan oleh patologi yang mempengaruhi

sistem saraf, daripada aktivasi dari nosiseptor oleh rangsangan.

Pada keganasan, nyeri neuropatik dihasilkan oleh tekanan pada

saraf, disertai saraf yang mengalami kerusakan dan nyeri

simpatik.

Karakter nyeri yang disebabkan tekanan pada saraf seperti rasa

terbakar, tertusuk, dan seperti tersetrum. Hasil radiologi akan

menunjukkan keganasan yang menekan struktur saraf.

Kerusakan saraf pada pasien kanker merupakan proses kompleks

yang disebabkan oleh banyak mekanisme. Biasanya berhubungan


(28)

Nyeri simpatik berhubungan dengan vasodilatasi kutaneus,

peningkatan temperature kulit, pola berkeringat yang abnormal,

perubahan trophic dan allodynia.

2.3 Fisiologi Nyeri

Organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri

disebut reseptor nyeri (Tamsuri, 2004). Reseptor nyeri disebut juga

nosiseptor. Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokkan

dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik

dalam (deep somatic) dan pada daerah viseral.

Fisiologi nyeri melalui proses-proses berikut :

2.3.1 Tranduksi

Selama fase tranduksi, jaringan yang mengalami kerusakan

melepaskan mediator biokimia yaitu prostaglandin, bradikinin,

serotonin, histamine dan substansi P) yang akan mengaktifkan

reseptor-reseptor nyeri (nosiseptor). Rangsangan nyeri (noxious

stimuli) juga menyebabkan perpindahan ion melalui membran sel

yang dapat mengaktifkan reseptor (Kozier,dkk, 2004). Pada fase

ini stimuli nyeri diubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan

diterima ujung-ujung saraf.

2.3.2 Transmisi

Transmisi nyeri terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama, implus


(29)

Subtansi P sebagai neurotransmitter membantu transmisi implus

melewati sinaps dari saraf aferen primer ke saraf kedua di dorsal

horn pada medula spinalis. Bagian kedua, transmisi dari medula

spinalis melalui jalur spinathalamic menuju batang otak dan

thalamus. Bagian ketiga meliputi transmisi implus antara

thalamus ke somatik sensori di korteks serebri dimana implus

tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri

(Kozier,dkk, 2004).

2.3.3 Persepsi

Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri.

Pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi

reaksi yang kompleks (Potter & Perry, 2005).

2.3.4 Modulasi

Sering didefinisikan sebagai descending system. Modulasi terjadi

saat neuron di batang otak mengirim sinyal kembali ke kornu

dorsal di medulla spinalis. Serabut descending melepaskan

substansi P seperti opiod, serotonin, dan norepinefrin yang dapat

menghambat implus nyeri di dorsal horn (Kozier,dkk, 2004).

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi intensitas


(30)

2.4.1 Usia

Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi

nyeri individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan

dalam memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat

menyebabkan nyeri. Anak-anak juga belum dapat mengucapkan

kata-kata untuk mengungkapkan nyeri yang ia rasakan (Prasetyo,

2010). Sedangkan pada orang dewasa, nyeri yang mereka rasakan

sangat kompleks, karena mereka umumnya memiliki berbagai

macam penyakit dengan gejala yang sering sama dengan bagian

tubuh yang lain (Taylor, 1997 dalam Potter & Perry, 2009).

2.4.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara

bermakna dalam merespons terhadap nyeri (Gill, 1990 dikutip

dari Potter & Perry, 2005). Akan tetapi dari penelitian terakhir

memperlihatkan hormon seks paa mamalia berpengaruh terhadap

toleransi terhadap nyeri. Hormon seks testosterone menaikkan

ambang nyeri pada percobaan binatang sedangkan estrogen

meningkatkan pengenalan/sensitivitas terhadap nyeri (Prasetyo,

2010).

2.4.3 Kebudayaan

Latar belakang etnik dan budaya telah lama diketahui sebagai


(31)

terhadap nyeri. Perilaku yang berhubungan dengan nyeri adalah

bagian dari proses sosialisasi. Walaupun ada sedikit variasi pada

ambang nyeri, latar belakang budaya dapat mempengaruhi level

nyeri yang individu dapat di toleransi (Kozier,dkk, 2004).

2.4.4 Makna Nyeri

Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri

dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita

yang merasakan nyeri saat bersalin akan mempersepsikan nyeri

secara berbeda dengan wanita lain yang nyeri karena dipukul

suami (Prasetyo, 2010).

2.4.5 Ansietas dan Stres

Ansietas sering menyertai nyeri. Ancaman yang tidak diketahui

dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau kejadian yang

memperberatnya dapat menambah persepsi nyeri. Pasien yang

percaya bahwa mereka mampu mengontrol nyerinya memiliki

tingkat ansietas yang lebih rendah (Kozier,dkk, 2004).

2.4.6 Pengalaman nyeri masa lalu

Pengalaman nyeri sebelumnya merubah sensitivitas pasien

terhadap nyeri (Kozier,dkk, 2004). Tetapi tidak selalu berarti

bahwa individu tersebut akan mudah menerima nyeri pada masa

yang akandatang. Apabila individu sejak lama mengalami nyeri

yang berat, maka ansietas atau bahkan rasa takut akan muncul.


(32)

dan berulang tetapi nyeri tersebut dapat hilang akan lebih mudah

bagi individu tersebut menginterpretasikan sensasi nyeri dan

akibatnya pasien akan lebih siap untuk melakukan

tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri (Potter &

Perry, 2005).

2.4.7 Lingkungan dan Dukungan Sosial

Lingkungan asing seperti rumah sakit, dengan kegaduhannya dan

aktivitasnya dapat memperparah nyeri (Kozier,dkk,

2004).Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung

pada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh

dukungan, bantuan atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap

klien rasakan, kehadiran orang yang dicintai dapat

meminimalkan kesepian dan ketakutan (Potter & Perry, 2005).

2.5 Pengukuran intensitas nyeri

2.5.1 Skala Numerik Nyeri(Numeric Rating Scale)

Penggunaan skala numerik nyeri sangat mudah dan metode yang

reliable untuk menentukan intensitas nyeri pasien (Kozier,dkk,

2004). Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur

dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik

dari 0 hingga 10, di bawah ini, nol (0) merupakan keadaan tanpa

atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10), suatu nyeri yang sangat


(33)

digunakan untuk mengkaji nyeri pada berbagai tipe nyeri seperti

nyeri akut, nyeri pada kanker, dll

Gambar 1.Skala Numerik Nyeri

3. Perilaku Nyeri

3.1 Definisi Perilaku Nyeri

Pengukuran nyeri lainnya berfokus pada perilaku nyeri. Menurut

Wall, 1991 perilaku nyeri adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh

seseorang dan setiap perubahan kebiasaan ketika ia mengalami nyeri yang

dapat diobservasi. Perilaku yang muncul dapat menjadi tanda dari nyeri

kronik seperti kelainan gerak tubuh atau cara berjalan, ekspresi stres yang

terlihat dan terdengar, dan menghindari aktivitas (Turk, Wack, & Kerns,

1995 dalam Taylor, S.E 2009). Perilaku nyeri juga dapat didefenisikan

sebagai sebahagian atau seluruh output individu yang terobservasi yang

menunjukkan adanya nyeri seperti postur tubuh, ekspresi wajah, perkataan,

berbaring, mengkonsumsi obat, mencari pengobatan, dan pencarian


(34)

Tabel 2.3.3.1 Indikator Perilaku Nyeri (Potter & Perry, 2009)

Vokal Ekspresi

Wajah Pergerakan Tubuh Interaksi 1. Mengerang (merintih) 2. Menangis 3.Menghembuskan nafas 4. Mendengkur (mengorok) 1.Menyeringai 2. Merapatkan gigi 3.Mengerutkan dahi 4. Menutup mata atau mulut dengan rapat sekali atau membukanya lebar-lebar 5.Menggigit bibir 1. Gelisah 2. Tidak dapat bergerak 3.Ketegangan otot 4.Peningkatan gerakan tangan dan jari 5. Aktivitas yang cepat 6. Gerakan berirama atau mengikuti 7.Menjaga pergerakan bagian tubuh nyeri 8. Memegang bagian tubuh yang nyeri 1. Menghindari percakapan 2. Hanya fokus pada aktivitas yang tidak menimbulkan nyeri 3. Menghindari kontak sosial 4. Perhatian berkurang 5. Interaksi dengan lingkungan berkurang

3.2 Tipe-Tipe Perilaku Nyeri

3.2.1 Respondent Behavior(Perilaku Reflektif)

Respondent behavior adalah tipe perilaku refleks sebagai respon terhadap rangsangan (Kats, 1998 dalam Harahap, 2006).

Rangsangan tersebut biasanya spesifik dan dapat diprediksi.

Respondent behavior adalah perilaku spontan saat rangsangan terjadi secara adekuat seperti rangsangan nosiseptik, respon dari

perilaku tersebut kemungkinan akan tampak. Sebaliknya, saat


(35)

tidak terlihat. Oleh karena itu, perilaku responden bergantung pada

rangsangannya.

3.2.2 Operant Behavior(Respon Instrumental)

Operant behavior tidak selalu berhubungan dengan rangsangan yang spesifik. Operant behavior terjadi secara langsung dan otomatis terhadap rangsangan sama seperti perilaku responden

(Kats, 1998 dalam Harahap, 2006). Tipe perilaku nyeri ini tidak

dikontrol oleh rangsangan dan bahkan saat rangsangan tersebut

tidak adekuat tetapi pasien menerima pengaruh dari lingkungan

seperti (keberadaan pasangan, perawat dan keadaan lingkungan)

maka perilaku nyeri akan terlihat.

3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku nyeri

3.3.1 Jenis Kelamin

Pada umumnya wanita menunjukkan ekspresi emosional yang

lebih kuat pada saat mengalami nyeri. Menangis misalnya, adalah

hal atau perilaku yang sudah dapat diterima pada wanita sementara

pada laki-laki hal ini dianggap hal yang memalukan (Lewis, 1983).

3.3.2 Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

yang dirasakan oleh individu. Wilkie dan kolega 1992 dalam

Harahap 2006 melakukan penelitian pada pasien kanker paru-paru,

mereka menemukan bahwa perilaku nyeri berhubungan secara


(36)

3.3.3 Kebudayaan

Setiap suku dan kebudayaan mempersepsikan nyeri dengan cara

yang berbeda-beda ( Waddle dan kolega 1989), perbedaan itu

terlihat dari perilaku nyeri yang ditunjukkan pasien ( Lofvander &

Furhoff 2002 dalam Harahap 2006). Beberapa pasien mengatasi

nyeri yang dirasakannya sendiri karena menganggap nyeri adalah

sesuatu yang pribadi. Pasien lainnya menunjukkan ekspresi verbal

seperti menangis dan berteriak. Diperkirakan orang Barat memiliki

toleransi terhadap nyeri lebih tinggi dibanding orang Timur (Nayak

& kolega, 2000 dalam Callister, 2003).

3.3.4 Keyakinan Diri

Keyakinan diri berhubungan dengan kemampuan individu untuk

melakukan aktivitas seperti duduk, berdiri dan berjalan (Romano &

kolega, 1999 dalam Harahap, 2006). Self-efficacy yang rendah

berhubungan dengan rendahnya toleransi terhadap nyeri,

penghindaran sosial, tingginya ketidakmampuan dalam beraktivitas

mandiri, dan buruknya hasil treatmentyang dijalani (Turk &

Monarch, 2002 dalam Godsoe, 2008).

3.3.5 Pasangan/ Anggota Keluarga

Pasangan merupakan sumber yang sangat penting bagi keutuhan

kehidupan sosial pasien dan boleh juga diisyaratkan sebagai syarat

yang berbeda dan pilihan yang tepat untuk mengekspresikan


(37)

Menurut Flor, Turk, dan Rudy (1992 dalam Harahap, 2006) bahwa

pasangan dan anggota keluarga yang lain sering termasuk dalam

pengobatan dan mengajarkan kepada pasien untuk berespons

positif pada setiap aktivitas yang dilakukan pasien dan indikasi

yang lainnya bagi perilaku yang baik. Pasangan mempunyai peran

yang kuat bagi peningkatan nyeri pasien.

3.4 Pengukuran perilaku nyeri

Instrumen yang digunakan untuk mengukur perilaku nyeri adalah

Pain Behavior Observation Protocol (PBOP), pertama kali dikemukakan

oleh Keefe dan Block tahun 1982 (Harahap, 2006). PBOP terdiri dari lima

parameter perilaku yaitu guarding, braching, rubbing, grimacing, dan

sighing. Serial aktivitas protokol Keefe dan Block yang telah

distandarisasi ini akan diadaptasikan selama 10 menit. Protokol aktivitas

ini meliputi: duduk untuk periode 1 menit dan lagi selama 2 menit, berdiri

untuk periode 1 menit dan lagi selama 2 menit, berbaring untuk periode 1

menit dan lagi selama 1 menit kedua, dan berjalan untuk 1 menit dan lagi

selama 1 menit kedua. Pendeskripsian dari kelima parameter perilaku

nyeri tersebut adalah:(1) guarding, yang mana mengacu pada penjagaan

area tubuh yang sakit, (2) braching, yang mana mengacu pada kekakuan

tubuh yang tidak normal, menyela, atau pergerakan yang kaku, (3)

rubbing, yang mana mengacu pada sentuhan atau rabaan pada bagian

tubuh yang sakit, (4) grimacing, yang mana mengacu pada guratan wajah


(38)

mata, mengatupkan bibir, menyingkap sudut mulut, dan merapatkan gigi,

(5) sighing, yang mengacu pada pernafasan atau menghela nafas.

Instrumen ini menggunakan skala Likert (0 = tidak ada nyeri, 1 = sering, 2

= selalu). Nilai total perilaku nyeri merupakan penjumlahan dari kelima

parameter perilaku nyeri tersebut diatas. Skor tertinggi (10)

mengidentifikasikan level perilaku nyeri yang tinggi.

4. Kepribadian

4.1 Definisi Kepribadian

Personality atau kepribadian berasal dari bahasa Latin persona, kata persona merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain

sandiwara di Zaman Romawi. Para aktor Romawi memakai topeng

(persona) untuk memainkan peran atau penampilan palsu. Definisi ini tentu saja, bukan definisi yang bisa diterima. Ketika psikolog

menggunakan istilah kepribadian, mereka mengacu pada sesuatu yang

lebih dari sekedar peran yang dimainkan seseorang.

Banyak para ahli yang mendefinisikan kepribadian. Salah satu

yang paling penting menurut Allport dalam Alwisol (2009), kepribadian

adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik indvidu yang

menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas. Terjadinya

interaksi psikofisik mengarahkan tingkah laku manusia. Maksud dinamis

pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah

melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman,


(39)

Kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif

permanen dan memberikan, baik konsistensi maupun individualitas pada

perilaku seseorang (Feist & Feist, 2009). Sifat (trait) merupakan faktor penyebab adanya perbedaan antarindividual dalam perilaku, konsistensi

perilaku dari waktu ke waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai

situasi. Sifat bisa saja unik, sama pada beberapa kelompok manusia, atau

dimiliki semua manusia, tetapi pola sifat pasti berbeda untuk

masing-masing individu.

Karakteristik (characteristic) merupakan kualitas tertentu yang dimilki seseorang termasuk di dalamnya beberapa karakter seperti

temperamen, fisik, dan kecerdasan. Jadi masing-masing orang mempunyai

kepribadian berbeda, walaupun memiliki kesamaan dalam beberapa hal

dengan orang lain.

Kepribadian adalah bagaimana ia berespon, mengintegrasi stimuli

dan bagaimana ia memotivasi dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan

primer maupun sekunder (Izzudin, 2006).

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kepribadian adalah sebuah karakteristik didalam diri individu yang relatif

menetap, bertahan, yang mempengaruhi penyesuaian diri individu


(40)

4.2 Tipe-Tipe Kepribadian

Tipe-tipe kepribadian adalah konsep yang dikembangkan untuk

membagi kepribadian dalam kategori-kategori tertentu. Ada berbagai teori

tentang kepribadian, beberapa di antaranya :

4.2.1 Teori Eysenck

Hans Jurgen Eysenck dalam Lestari (2008) mengembangkan teori

kepribadiannya berdasarkan struktur kepribadian yang terbentuk

mulai dari respon yang sederhana sampai dengan respon yang

kompleks. Penjelasan teori ini dipersempit pada pengertian trait dan

tipe yang merupakan hal yang diutamakan dalam teorinya. Dimensi

kepribadian Eysenck menjelaskan posisi kecenderungan individu

sehubungan dengan reaksi atau tingkah lakunya. Di dalam tipe

kepribadian Introvert-Extravert, telah terkandung didalamnya

dimensi Stable-Unstable, karena Eysenck telah mengkombinasikan

kedua dimensi tersebut kedalam satu tipe kepribadian

Introvert-Extravert.

Eysenck juga mengatakan bahwa seseorang tidak pernah murni

berada dalam satu tipe, tidak ada yang murni introvert atauextravert.

Hanya saja yang lebih dominan pada diri seseorang itu apakah itu

sifat introvert atau extravert sehingga orang tersebut dapat

digolongkan ke dalam tipe introvert atau tipe extravert. Seperti juga

orang neurotik tidak akan menjadi neurotik sepanjang waktu,


(41)

begitu juga sebaliknya. Kemudian ia menambahkan satu dimensi

lagi, yaitu Psychotism. Dimensi ini jarang ditemui pada populasi

normal, karena telaah Eysenck tentang dimensi ini memang lebih

didasarkan pada kepribadian abnormal.

Karakteristik mendasar kepribadian akan terletak pada dimensi

extravert-introvert (dimensi E). Eysenck yakin bahwa setiap orang

pasti terletak pada suatu posisi dalam kontinum kedua dimensi

tersebut.

Eysenck mengakui bahwa kedua dimensi kepribadian yang

diajukannya tersebut bukanlah merupakan satu-satunya cara

mendeskripsikan maupun menganalisa kepribadian. Namun ternyata

dua dimensi itulah yang kemudian dibuktikan oleh para peneliti lain,

dengan menggunakan metode yang berbeda-beda, sebagai dimensi

yang selalu muncul dan oleh karenanya menjadi dimensi terpenting

dalam mendeskripsikan kepribadian manusia. Berikut diuraikan

dimensi kepribadian yang dikemukakan oleh Eysenck :

4.2.1.1 Introvert

Individu yang memiliki tipe introvert mempunyai ciri tenang,

pemalu, lebih suka menyendiri, introspektif, lebih menyukai

buku daripada berbicara dengan orang lain. Bersikap hati-hati

dan menjaga jarak kecuali dengan teman dekatnya. Dia

cenderung mempunyai rencana ke depan, penuh


(42)

saja. Selain itu, dimensi ini juga mempunyai kehidupan yang

teratur, perasaannya dijaga ketat, jarang bertingkah laku

agresif serta tidak mudah kehilangan kendali. Ia juga seorang

yang dapat dipercaya, agak pesimis dan menempatkan

standar etika pada tempat yang tinggi.

4.2.1.2 Ekstravert

Ciri khas orang extravert adalah pandai bersosialisasi,

memiliki banyak teman, membutuhkan orang untuk diajak

berbicara, tidak menyukai membaca dan belajar sendiri.

Mencari-cari kegembiraan, menyukai perubahan, mudah

berubah, tindakan-tindakannya tidak dipikirkan terlebih

dahulu dan biasanya impulsive.

Menyenangi lelucon ringan, periang, optimis, suka tertawa

dan bersenang-senang. Ia juga seorang yang aktif dan banyak

melakukan kegiatan, cenderung agresif, mudah kehilangan

kendali, perasaannya tidak dijaga secara ketat, serta ia

bukanlah orang yang selalu bisa dipercaya

.

4.3 Pengukuran Kepribadian

4.3.1 Inventori Kepribadian

Inventori kepribadian adalah kuisioner yang mendorong individu

untuk melaporkan reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu.

Kuisioner ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada setiap orang


(43)

4.3.1.1 Eysenck Personality Inventory

Alat ukur ini diciptakan oleh H.J. Eysenck, yang konstruksi tesnya

dimulai pada tahun 1963 dan digunakan untuk menentukan

kecenderungan introvert dan extravert.

Eysenck beranggapan bahwa sebelum dapat mendeskripsikan dan

mengukur kepribadian, perlu dibuat suatu model untuk

mewakilinya dan suatu konsep untuk meringkas aspek yang

berbeda-beda dari model tersebut.

Pada masing-masing dimensi kepribadian (Extraversion dan

Introversion) yang dikemukakan Eysenck terdapat traits yaitu : a. Pada dimensi Extraversion dan Introversion terdiri dari 7 traits

yaitu activity (aktivitas), sociability (kesukaan bergaul), risk taking

(keberanian mengambil resiko), impulsiveness (melakukan

dorongan hati), expressiveness (pernyataan perasaan),

reflectiveness (kedalaman berpikir), dan responsibility (tanggung

jawab).

1. Activity (Aktivitas)

Orang-orang yang mempunyai nilai tinggi pada faktor ini pada

umumnya aktif dan energik.Mereka menyukai seluruh jenis

aktivitas fisik termasuk kerja keras dan latihan. Mereka cenderung

bangun pagi-pagi sekali, bergerak dengan cepat dari satu aktivitas

ke aktivitas lainnya dan mengejar berbagai macam kepentingan


(44)

rendah pada faktor ini cenderung tidak aktif secara fisik, lesu dan

mudah letih. Mereka bergerak di dunia ini dengan langkah yang

santai dan lebih menyukai hari libur yang tenang dan penuh

istirahat. Nilai aktivitas yang tinggi adalah suatu karakteristik

extravert, nilai aktivitas yang rendah adalah suatu karakteristik

introvert.

2. Sociability(Kesukaan Bergaul)

Faktor ini mempunyai interpretasi yang cukup berterus terang.

Individu yang mempunyai nilai tinggi pada faktor ini suka mencari

teman, menyukai kegiatan-kegiatan sosial, pesta-pesta, mudah

menjumpai orang-orang dan pada umumnya juga cukup

bergembira dan merasa senang dalam situasi-situasi ramah tamah.

Individu yang mempunyai nilai rendah sebaliknya, lebih suka

mempunyai teman khusus saja, menyenangi kegiatan-kegiatan

yang menyendiri seperti membaca, merasa sukar untuk mencari

hal-hal yang hendak dibicarakan dengan orang lain, dan cenderung

menarik diri dari kontak-kontak sosial yang menekan. Nilai yang

tinggi dalam kesukaan bergaul adalah suatu aspek dari extravert,

sedangkan nilai kemauan bergaul merupakan aspek introvert.

3. Risk Taking(Keberanian Mengambil Resiko)

Individu yang mempunyai nilai tinggi pada faktor ini, senang hidup

dalam bahaya dan mencari pekerjaan yang penuh dengan resiko.


(45)

menyukai keakraban (kebiasaan), keamanan dan keselamatan,

meskipun hal ini berarti mengorbankan suatu tingkat kegembiraan

dalam kehidupan. Faktor keberanian mengambil resiko ini

mempunyai kaitan yang erat dengan aspek impulsiveness. Nilai

tinggi pada dimensi ini menunjukkan kecenderungan extravertdan

nilai yang rendah menunjukkan kecenderungan introvert.

4. Impulsiveness (Penurutan Dorongan Hati)

Individu yang mempunyai nilai tinggi pada faktor ini cenderung

bertindak secara mendadak tanpa dipikirkan terlebih dahulu,

membuat keputusan yang terburu-buru dan kadang-kadang

gegabah, biasanya tidak memikirkan apa-apa sama sekali,

angina-anginan dan tidak berpendirian tetap. Orang-orang yang

mempunyai nilai yang rendah mempertimbangkan berbagai

masalah dengan sangat hati-hati sebelum membuat keputusan.

Orang-orang ini mempunyai sifat yang sistematis, teratur, hati-hati

dan merencanakan kehidupan mereka terlebih dahulu. Mereka

berpikir sebelum berbicara dan melihat sebelum melangkah.

5. Expressiveness(Pernyataan Perasaan)

Faktor ini berhubungan dengan suatu kecenderungan umum

seseorang untuk memperlihatkan emosinya kearah luar dan secara

terbuka, apakah itu duka cita, kemarahan, ketakutan, kecintaan dan

kebencian. Individu yang mempunyai nilai yang tinggi pada faktor


(46)

demonstratif. Sebaliknya individu yang mempunyai nilai rendah

sangat pandai menguasai diri, tenang, tidak memihak dan pada

umumnya terkontrol dalam menyatakan pendapat dan perasaannya.

6. Reflectiveness(Kedalaman Berpikir)

Individu yang mempunyai nilai tinggi pada faktor ini mengarah

pada introvertdan nilai rendah mengarah kepada extravert. Individu

yang mempunyai nilai tinggi pada faktor kedalaman berpikir ini

cenderung tertarik pada ide-ide, abstraksi-abstraksi,

masalah-masalah filsafat, diskusi-diskusi, spekulasi-spekulasi

danpengetahuan “untuk pengetahuan itu sendiri,” yaitu mereka

pada umumnya suka berpikir dan introspektif (dalam pengertian

yang harfiah). Orang-orang yang mempunyai nilai yang rendah

mempunyai bakat untuk bekerja, lebih tertarik untuk melakukan

berbagai hal daripada memikirkan hal-hal tersebut dan cenderung

tidak sabar dengan perbuatan teori-teori “alam khayal.” 7. Responsibility (Tanggung jawab)

Individu yang mempunyai nilai tinggi pada faktor ini cenderung

berhati-hati, teliti, dapat dipercaya, dapat dijadikan andalan,

sungguh-sungguh, bahkan mempunyai sedikit sifat mendorong.

Individu yang mempunyai nilai yang rendah cenderung tidak

menyukai kegiatan yang resmi, terlambat dalam menepati janji,


(47)

jawab secara sosial, seluruh nilai pada faktor ini masih berada


(48)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Pada bab ini akan dibahas kerangka konsep yaitu suatu diagram sederhana

yang menunjukkan variabel dan hubungan antar variabel. Kerangka konsep

pada penelitian ini menggambarkan ada tidak perbedaan intensitas dan

perilaku nyeri berdasarkan tipe kepribadian pada pasien dengan nyeri kronik.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah tipe kepribadian. Variabel terikat

pada penelitian ini adalah intensitas dan perilaku nyeri. Kerangka konsep pada

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka Konsep Intensitas Nyeri

Perilaku Nyeri


(49)

2. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No. Variabel Deskripsi Alat Ukur Skala

Ukur 1. 2. 3. Intensitas Nyeri Perilaku Nyeri Kepribadian

Suatu sensasi yang

tidak menyenangkan yang

dirasakan pasien kanker

payudara kronik pada salah satu area

tubuhnya.

Serangkaian pola

tingkah laku yang diperlihatkan

pasien kanker payudara kronik ketika

melakukan 10 menit aktivitas berupa : duduk, berdiri , berbaring, berjalan meliputi : guarding, braching, rubbing, grimacing, sighing. Sifat individu pasien kanker payudara kronik yang mempengaruhi perilaku harian yang membedakan dengan individu lain

Numeric Rating

Scale(NRS) dinyatakan dalam rentang 0-10. 0 = tidak ada nyeri 1-3 = nyeri ringan 4-6 = nyeri sedang 7-10 = nyeri berat

Pain

BehaviorObservational Protocol (PBOP). Tingkat skor perilaku nyeri:

0-3 = rendah 4-7 = sedang 8-10 = tinggi

Eysenck Personality Inventory (EPI) terdiri dari 24 pernyataan. Ya = 1

Tidak = 0 introvert (<12) ekstravert (>14)

Rasio

Rasio


(50)

3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa penelitian ini adalah

Ho = Tidak ada perbedaan intensitas dan perilaku nyeri berdasarkan tipe

kepribadian pada pasien kanker payudara kronik di RSUP Haji

Adam Malik Medan.

Ha = Ada perbedaan intensitas dan perilaku nyeri berdasarkan tipe

kepribadian pada pasien kanker payudara kronik di RSUP Haji


(51)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif

komparatif,yaitu jenis penelitian dengan menggunakan metode studi

perbandingan atau memeriksa dan menguraikan perbedaan variabel pada 2

atau lebih kelompok sampel (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini bertujuan

untuk mengidentifikasi perbedaan intensitas dan perilaku nyeri

berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang sedang di

rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan diagnosa

kanker payudara rata-rata sebanyak 30 orang per bulan dalam satu

tahun terakhir.

2.2 Sampel Penelitian

Besar sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan cara non

probability sampling dengan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel

dalam penelitian ini berjumlah 26 responden, Sampel pada

penelitian ini tidak memenuhi kriteria minimal jumlah responden


(52)

ruangan Rindu B, lebih banyak pasien dari ruangan lain yang

dirawat dan bukan pasien kanker payudara. Selain itu, saat peneliti

melakukan wawancara pada responden, ada beberapa responden

yang mengatakan tidak merasakan nyeri sama sekali sehingga tidak

masuk kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah :

a. Responden dengan kanker payudara kronik yang dirawat inap di

RSUP Haji Adam Malik Medan.

b. Responden telah menderita kanker payudara selama lebih dari 6

bulan.

c. Responden memiliki kesadaran penuh.

d. Responden merasakan nyeri pada tingkat ringan dan sedang saat

di lakukan penelitian.

e. Responden tidak memiliki gangguan pendengaran

f. Responden mampu duduk, berdiri, dan berjalan.

g. Responden tidak memiliki riwayat penyakit arthritis dan

osteoporosis.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah RSUP Haji Adam Malik

Medan. Lokasi penelitian ini dipilih karena RSUP Haji Adam Malik

Medan merupakan rumah sakit pendidikan dan menjadi rujukan utama di

Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit ini juga memiliki wawasan terbuka


(53)

pelayanan keperawatan. Penelitian ini dimulai dari tanggal 5 Mei sampai

16 Juni 2015.

4. Pertimbangan Etik

Menurut Hidayat (2009), masalah etika yang harus diperhatikan antara

lain adalah sebagai berikut :

4.1 Informed Consent atau lembar persetujuan

Lembar persetujuan diberikan kepada responden penelitian yang

setuju berpartisipasi dalam penelitian ini untuk ditandatangani.

Sebelum responden penelitian menandatangani lembar persetujuan

penelitian, peneliti memberikan informasi kepada responden

penelitian tentang tujuan dan sifat sukarela dalam mengikuti

penelitian ini.

4.2 Confidentiality atau kerahasiaan

Peneliti menjaga rahasia identitas penelitian dengan tidak

mencantumkan nama (cukup dengan kode responden) pada setiap

kuesioner. Peneliti juga menjaga kerahasiaan data penelitian dengan

menyimpannya pada file/komputer pribadi yang tidak

memungkinkan diakses orang lain.

4.3 Kerahasiaan nama (anonimity)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun


(54)

kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

Sesuai dengan pertimbangan etik di atas, maka pada penelitian ini

hanya responden dengan tingkat nyeri ringan dan sedang yang akan di

ikutsertakan dalam penelitian. Apabila selama prosedur penelitian nyeri

yang dirasakan responden meningkat maka prosedur akan dihentikan.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berbentuk kuisioner terdiri dari data pasien yaitu

kode, jenis kelamin, usia, suku bangsa, ruang rawatan, diagnosa medis,

lama waktu rawatan dan treatment yang sudah dijalani. Pada penelitian ini

juga digunakan 3 instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel

pada penelitian ini, yaitu

5.1 Numeric Rating Scale yaitu instrumen yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri pasien dalam rentang 0-10. 0 berarti tidak ada

nyeri dan 10 berarti nyeri paling hebat. Skala ini memberikan pasien

kebebasan total dalam mengidentifikasi beratnya nyeri yang dirasakan.

Tingkat nyeri didapatkan melalui laporan dari diri pasien dengan

menyebutkan angka pada skala nyeri NRS (Smeltzer & Bare, 2002 dalam

Potter & Perry, 2005).Hasil pengukurannya adalah skor 0 termasuk

kategori tidak ada nyeri, skor 1-3 termasuk pada skala nyeri ringan, skor

4-6 termasuk skala nyeri sedang, dan skor 7-10 termasuk kategori nyeri


(55)

5.2 Pain Behavior Observation Protocol (PBOP) yang diadaptasi dari Keefe & Block (1982) yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia oleh Harahap (2006). PBOP yaitu instrumen yang digunakan

untuk menilai perilaku nyeri pasien. Pasien akan diminta melakukan

aktivitas yaitu duduk untuk periode 1 menit dan lagi selama 2 menit,

berdiri untuk periode 1 menit dan lagi selama 2 menit, berbaring untuk

periode 1 menit dan lagi selama 1 menit kedua, dan berjalan untuk 1 menit

dan lagi selama 1 menit kedua. Saat melakukan aktivitas tersebut perilaku

pasien akan diobservasi berdasarkan 5 indikator yaitu penjagaan

(guarding), pergerakan yang kaku (braching), rubbing (meraba atau

menyentuh area yang sakit), grimacing (meringis), dan sighing (mendesah)

(Harahap, 2006).

Perilaku nyeri akan diobservasi dan di beri penilaian dengan ketentuan:

nilai 0 menunjukkan tidak ada perilaku nyeri, nilai 1 menunjukkan ada

perilaku nyeri tetapi tidak sering terjadi,nilai 2 menunjukkan perilaku

nyeri sering terjadi dan mendominasi. Nilai total perilaku nyeri merupakan

penjumlahan dari kelima parameter perilaku nyeri tersebut di atas. Nilai 10

menunjukkan perilaku nyeri level tertinggi. Tiap bagian skor PBOP akan

dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu rendah (0-3), sedang (4-7), dan tinggi

(8-10).

5.3 Kuisioner tipe kepribadian menggunakan Eysenk Personality Inventory

(EPI) yang dikembangkan oleh Hans Eysenck tahun 1963.Dalam


(56)

Distribusi Alat – Alat Tes Psikologi (URDAT) Fakultas PsikologiUI, digunakan oleh UI sejak1957.EPIterdiri dari 24 pernyataan untuk

mengukur ekstravert-introvert, Dalam melaksanakan tugas ini pasien

diminta untuk menjawab pertanyaan–pertanyaan dengan mencantumkan

tanda silang “X” dibawah ya atau tidak. Responden diminta untuk mengerjakan secepat mungkin dengan menuliskan reaksi yang pertama

kali muncul terhadap setiap pertanyaan yang selesai dibaca. Pada instruksi

dijelaskan pula bahwa semua jawaban yang diberikan responden adalah

benar, tidak ada jawaban yang salah karena pertanyaan yang diberikan

bukan bermaksud mengukur kecakapan/intelegensi melainkan untuk

mengetahui pikiran, perasaan dan tingkah laku responden (Mahbubah,

2010).

Seluruh jawaban responden kemudian diberi skor, hal ini untuk

menentukan kecenderungan kepribadian S tersebut. Selanjutnya

menjumlahkan hasil skor seluruh pertanyaan. Skoring dilakukan dengan

memberikan nilai 0 untuk jawaban „tidak‟ dan 1 untuk jawaban „ya‟. Dari hasil pengukuran, responden akan dikelompokkan menjadi 2 tipe

kepribadian yaituintrovert (<12) dan ekstravert (>14).

6 Validitas dan Reabilitas

Menurut Hidayat (2009) validitas adalah alat ukur atau instrumen

penelitian yang dapat diterima sesuai standar. Validitas merupakan suatu

indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang


(57)

suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.Apabila instrumen

pengumpul data sudah ada yang standar, maka bisa digunakan oleh

peneliti.

6.1 Numeric Rating Scale

Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas dan

reliabilitas karena peneliti menggunakan alat ukur NRS yang telah

dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebelumnya. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Li, Liu, & Herr (2007), penelitian ini

membandingkan empat skala nyeri yaitu Numeric Rating Scale

(NRS), Face Pain Scale Revised (FPS-R), VRS, dan VAS pada klien pasca bedah menunjukkan bahwa keempat skala nyeri menunjukkan

validitas dan reliabilitas yang baik. Uji reliabilitas menggunakan

intraclass correlation coefficients (ICCs) dan keempat skala nyeri ini menunjukkan konsistensi penilaian pasca bedah setiap harinya

(0,673 -0,825) dan mempunyai hubungan kekuatan (r = 0,71-0,99).

Berdasarkan hasil dari studi Gloth, et. al (2001) menyebutkan bahwa

skala nyeri NRS menunjukkan reliabilitas lebih dari 0,95 dan juga

pada uji validitasnya menunjukkan r = 0,90.

6.2 Pain Behavior Observational Protocol

Pain Behavior Observational Protocol telah direliabelkan dengan inter-rater reliability dengan nilai kesepakatan .93 itu artinya

protokol ini memiliki reliabel yang baik (Harahap, 2006). Protokol


(58)

bahasa. Protokol ini aslinya dalam bahasa Inggris kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga relevan dengan

kebudayaan Indonesia.

6.3 Eysenck Personality Inventory

Eysenck Personality Inventory yang digunakan dalam penelitian telah dilakukan uji validitas yaitu Content Validity Index (CVI). Uji

validitas diakukan oleh Rahma Fauzia M.Psi, Roxsana Devi

Tumanggor S.Kep, Ns, M.Nurs, dan Rika Endah Nurhidayah, S.Kp,

M.Pd dengan nilai CVI 0.90. Uji reliabilitas dilakukan di RSUD

dr.Pirngadi pada responden dengan karakteristik yang sama dengan

sampel. Uji reliabilitas menggunakan rumus KR-20

(Kuder-Richardson 20) dengan pertanyaan genap dan penilaian

menggunakan skala Guttman. Nilai uji reliabilitas kuisioner kepribadian di 0.86, ini berarti kuisioner dapat diterima dan dapat

digunakan.

7. Pengumpulan Data

Tahap-tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Peneliti mengurus surat ijin untuk melakukan penelitian dari

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan RSUP Haji

Adam Malik Medan.

2. Mengumpulkan data primer dan sekunder responden dengan


(59)

mengisi sendiri kuisioner data demografi dengan melihat status

responden melalui buku rekam medik responden.

3. Memperkenalkan diri dan mengadakan wawancara dengan calon

responden untuk menentukan responden yang sesuai dengan

kriteria

.

4. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden,

kemudian peneliti meminta kesediaan calon responden untuk

menjadi subjek penelitian.

5. Setelah responden bersedia menjadi subjek penelitian, peneliti

mengajukan surat persetujuan menjadi responden dan meminta

responden menandatangani informed consent.

6. Peneliti mengkaji tingkat nyeri responden dengan menggunakan

Numeric Rating Scale.

7. Kemudian peneliti mengobservasi perilaku nyeri responden

selama sepuluh menit berdasarkan protocol PBOP yang terdiri dari

duduk selama satu menit dan kemudian diulangi selama dua menit,

berdiri selama satu menit dan kemudian diulangi selama dua menit,

berbaring sebanyak dua kali masing-masing selama satu menit,

berjalan sebanyak dua kali masing-masing selama satu menit.

8. Peneliti membacakan pertanyaan kuisioner kepribadian

kemudian mengisi kuisoner kepribadian berdasarkan jawaban


(60)

9. Peneliti mengumpulkan kuisioner dan mengecek kelengkapan

jawaban.

8 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul dengan

memeriksa kembali semua data satu persatu, yaitu identitas dan data

responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi dengan

benar. Selanjutnya memasukkan data ke dalam program analisa statistik

pada komputer dan memeriksa ulang kelengkapan data. Setelah semua

data dipastikan benar kemudian dilakukan pengolahan data dengan sistem

komputerisasi.

4.8.1 Analisa Univariat

Pada penelitian ini akan metode analisa univariat akan digunakan

untuk menganalisa data demografi, intensitas nyeri, perilaku nyeri,

dan kepribadian. Data ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

4.8.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat perbedaan intensitas nyeri

pasien kanker payudara kronik berdasarkan tipe kepribadian dan

perbedaan perilaku nyeri pasien kanker payudara kronik berdasarkan

tipe kepribadian. Data yang diperoleh diuji normalitasnya

menggunakan menggunakan Shapiro-Wilk karena sampel lebih kecil dari 50. Setelah diuji normalitas, data yang diperoleh tidak berdistribusi normal. Sehingga untuk menguji hipotesis penelitian ini


(61)

pada pasien kanker payudara kronik berdasarkan tipe kepribadian

sedangkan jika nilai p >0.05 itu berarti tidak ada perbedaan


(62)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

intensitas nyeri, perilaku nyeri, dan tipe kepribadian pasien kanker payudara

kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 05 Mei 2015 sampai 16

Juni 2015 di ruangan Rindu B2A. Penelitian ini melibatkan 26 responden.

Penelitian ini memaparkan karakteristik demografi, intensitas nyeri, perilaku

nyeri, dan tipe kepribadian pasien kanker payudara kronik.

1.1 Karakteristik Demografi

Responden penelitian ini berada pada rentang usia 33-60 tahun.

Mayoritas responden berada di rentang usia 41-60 tahun sebanyak 84.6%

dan responden pada rentang usia 25-40 tahun sebanyak 15.4%.

Berdasarkan jenis kelamin, seluruh responden berjenis kelamin wanita

(100%). Menurut kategori suku bangsa, seperdua jumlah responden (50%)

bersuku Jawa, sedangkan responden bersuku Batak sebanyak 23.1%,

responden bersuku Minang sebanyak 11.5% dan responden dengan suku

lainnya sebanyak 15.4%.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan lebih dari sepertiga

responden (38.5%) telah menderita penyakit selama 2 tahun, diikuti


(63)

responden yang telah menderita penyakit selama 4 tahun sebanyak 3.8%,

dan yang telah menderita penyakit selama lebih dari 5 tahun sebanyak

15.3%. Berdasarkan pengobatan yang telah dijalani, responden yang telah

dibedah dan dikemoterapi sebanyak 46.2%, responden yang dikemoterapi

saja sebanyak 42.3%, sedangkan responden yang dibedah saja sebanyak

3.8%, dan responden yang belum mendapatkan pengobatan apapun

sebanyak 7.7%. Data demografi responden dapat dilihat pada tabel 5.1. di


(64)

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Demografi Pasien Kanker Payudara Kronik (n=26)

Karakteristik Responden f %

Usia

25-40 tahun 4 15.4

41-60 tahun 22 84.6

Mean 47.31 SD 7.391 Min 33 Max 60

Suku Bangsa

Jawa 13 50

Batak 6 23.1

Minang 3 11.5

Lainnya 4 15.4

Lama Menderita Penyakit

1 tahun 9 34.6

2 tahun 10 38.5

3 tahun 2 7.7

4 tahun 1 3.8

5 tahun 4 15.3

Treatment yang sudah dijalani

Bedah 1 3.8

Kemoterapi 11 42.3

Bedah dan Kemoterapi 12 46.2

Tidak ada 2 7.7

1.2 Intensitas Nyeri pada Pasien Kanker Payudara Kronik di RSUP

Haji Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata intenitas nyeri yang

dirasakan oleh responden adalah 3.92 (SD=1.521) dimana lebih dari

setengah responden (53.8%) merasakan nyeri pada tingkat sedang, diikuti

dengan nyeri ringan (46.2%). Data intensitas nyeri responden dapat dilihat


(65)

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Intensitas Nyeri Pasien Kanker Payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=26)

Intensitas Nyeri f %

1-3 (Nyeri Ringan) 12 46.2

4-6 (Nyeri Sedang) 14 53.8

Mean 3.92 SD 1.521 Min-Max 1-6

1.3 Perilaku Nyeri pada Pasien Kanker Payudara Kronik di RSUP Haji

Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perilaku nyeri

responden adalah 3.65 (SD=1.648), dimana lebih dari seperdua responden

(53.8%) menunjukkan perilaku nyeri pada tingkat rendah, diikuti dengan

perilaku nyeri sedang (46.2%). Data perilaku nyeri responden dapat dilihat

pada tabel 5.1.3 dibawah ini.

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Nyeri Pasien Kanker Payudara Kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=26)

Perilaku Nyeri f %

1-3 (Perilaku nyeri rendah) 14 53.8

4-7 (Perilaku nyeri sedang) 12 46.2

Mean 3.65

SD 1.648


(66)

1.4 Tipe Kepribadian pada Pasien Kanker Payudara Kronik di RSUP

Haji Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden

(61.5%) memiliki kepribadian introvert diikuti responden yang memiliki

tipe kepribadian ekstravert (38.5%). Dimensi tipe kepribadian responden

dapat dilihat pada tabel 5.1.4 berikut :

Tabel 5.1.4 Dimensi Tipe Kepribadian pada Pasien Kanker Payudara Kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=26)

Tipe Kepribadian f %

<12 (Introvert) 16 61.5

>14 (Ekstravert) 10 38.5

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 46.2 %

responden dengan kepribadian introvert merasakan nyeri sedang, diikuti

dengan perilaku nyeri ringan (15.4%). Responden dengan kepribadian

ekstravert merasakan nyeri ringan sebanyak 38.4%. Dari hasil penelitian

juga dapat diketahui bahwa sebanyak 46.2 % responden dengan

kepribadian introvert menunjukkan perilaku nyeri sedang, diikuti dengan

perilaku nyeri rendah (15.4%). Responden dengan kepribadian ekstravert

menunjukkan perilaku nyeri rendah sebanyak 38.4%. Data frekuensi dan

persentase intensitas dan perilaku nyeri pasien kanker payudara kronik


(67)

Tabel 5.1.5 Distribusi frekuensi dan persentase intensitas dan perilaku nyeri pasien kanker payudara kronik berdasarkan tipe kepribadian di

RSUP Haji Adam Malik Medan (n=26)

Tipe Kepribadian Introvert Ekstravert

f % f %

Intensitas nyeri

1-3 (Nyeri ringan) 4 15.4 10 38.4

4-6 (Nyeri sedang) 12 46.2 0

Perilaku nyeri

1-3 (Perilaku nyeri rendah) 4 15.4 10 38.4

4-7 (Perilaku nyeri sedang) 12 46.2 0

1.5 Perbedaan Intensitas dan Perilaku Nyeri Berdasarkan Tipe

Kepribadian pada Pasien Kanker Payudara Kronik di RSUP Haji Adam

Malik Medan

Data penelitian yang diperoleh terlebih dahulu diuji menggunakan

Shapiro Wilk (sampel <50) untuk melihat normalitas data. Dari hasil uji

normalitas diketahui bahwa data intensitas nyeri, perilaku nyeri dan

kepribadian berdistribusi tidak normal.

Oleh karena itu, peneliti menggunakan uji non-parametrik (Mann

Whitney) untuk mengidentifikasi perbedaan intensitas dan perilaku nyeri

berdasarkan tipe kpribadian pada pasien kanker payudara kronik. Hasil uji

Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri

berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik dengan

nilai Sig=0.000 (<0.05) dan terdapat perbedaan perilaku nyeri berdasarkan

tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik dengan nilai


(68)

Tabel 5.1.5.2 Hasil uji non-parametrik Mann Whitney perbedaan intensitas nyeri berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik di

RSUP Haji Adam Malik Medan (n=26)

No. Tipe Kepribadian Intensitas Nyeri

Mean SD Z Sig

1. Introvert 4.81 0.707 -4.270 0.000 2. Ekstravert 2.50 1.167

Tabel 5.1.5.3 Hasil uji non-parametrik Mann Whitney perbedaan perilaku nyeri berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik di

RSUP Haji Adam Malik Medan (n=26)

No. Tipe Kepribadian Perilaku Nyeri

Mean SD Z Sig

1. Introvert 4.38 1.708 -3.660 0.000

2. Ekstravert 2.50 0.527

2. Pembahasan

2.1 Intensitas Nyeri Pasien Kanker Payudara Kronik

Kebanyakan penderita kanker payudara merasakan beberapa

tingkatan nyeri mulai dari ringan sampai hebat, dari akut sampai kronik

yang disebabkan oleh kanker itu sendiri atau efek dari pengobatan seperti

pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormonal, dan obat-obatan

anti kanker (Breastcancer Organization, 2015).

Pada penelitian ini, peneliti menentukan kriteria untuk menentukan

responden yaitu responden yang merasakan nyeri ringan dan nyeri sedang.

Dari data yang diperoleh diketahui bahwa lebih dari setengah responden

merasakan nyeri sedang (53.8%). Ini disebabkan beberapa responden pada

penelitian ini adalah pasien yang baru selesai (2-3 hari) pembedahan


(69)

setelah pembedahan. Nyeri atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh

pengobatan kanker payudara seperti pembedahan, bisa terjadi pada setiap

penderita tanpa memperhatikan stadium dari kanker itu sendiri (Casasola,

2006).

Sebanyak 46.2% responden merasakan nyeri ringan. Selama

pengumpulan data, peneliti banyak menemukan pasien dengan stadium

lanjut tetapi mengatakan tidak merasa nyeri sama sekali. Dan beberapa

responden juga mengatakan nyeri yang dirasakan tidak menetap dan tidak

mengganggu aktivitas mereka. Ini dikarenakan sebanyak 26.8% responden

pada penelitian ini telah menderita kanker payudara selama lebih dari 3

tahun, sehingga responden lebih mampu mengontrol nyeri yang dirasakan.

Tasripiyah dan kolega, 2011 menyatakan bahwa semakin lama individu

merasakan nyeri kronik maka individu tersebut akan memiliki koping

nyeri yang lebih baik.

Berdasarkan tipe kepribadian, responden dengan tipe kepribadian

introvert merasakan nyeri rata-rata 4.81 (SD=0.707). Responden dengan

tipe kepribadian introvert memiliki sifat-sifat seperti pesimistik, pengeluh,

mudah gelisah, pendiam serta cenderung kurang bersosialisasi (Lestari,

2008). Sikap responden yang mudah gelisah ini menandakan bahwa

responden memiliki tingkat cemas yang tinggi. Ansietas yang

berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap


(70)

Soedomo 1991 dalam Wibowo 2012 menyatakan bahwa nyeri pada

umumnya dirasakan lebih keras bila diusik oleh kecemasan, depresi, dan

kesepian. Bila penderita dengan nyeri menghindari lingkungannya, maka

rasa nyeri akan lebih hebat. Responden dengan kepribadian introvert juga

tidak menyukai kegiatan. Saat melakukan penelitian, responden

menyatakan ketika merasakan nyeri lebih suka berdiam diri. Ini akan

menyebabkan responden akan memusatkan perhatiannya pada nyeri yang

dirasakan dan menyebabkan nyeri bertambah hebat. Menurut Soedomo

1991 dalam Wibowo 2012, perhatian yang dialihkan dengan beraktivitas

atau mengobrol akan mengurangi rasa nyeri. Selain itu, responden dengan

kepribadian introvert lebih suka menyendiri, padahal ketidakhadiran

keluarga dan teman dapat membuat nyeri semakin bertambah kuat (Potter

& Perry, 2001).

Kepribadian ini juga mempunyai kehidupan yang teratur,

perasaannya dijaga ketat, jarang bertingkah laku agresif dan tenang serta

tidak mudah kehilangan kendali. Sehingga pada penelitan ini, juga

ditemukan sebanyak 15.4 % responden dengan kepribadian introvert

merasakan nyeri ringan. Ini disebabkan responden dengan kepribadian ini

mampu mengontrol perasaannya, tenang, dan tidak mudah kehilangan

kendali. Sehingga responden dengan kepribadian ini jarang melaporkan

nyeri. Saat melakukan penelitian, responden juga mengatakan jarang


(1)

6. Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. skortotalkepribadian .259 26 .000 .840 26 .001

intensitasnyeri .303 26 .000 .820 26 .000

perilakunyeri .193 26 .014 .917 26 .039

a. Lilliefors Significance Correction

7. Uji Mann Whitney

Ranks skortotalkep

ribadian N Mean Rank Sum of Ranks intensitasnyeri introvert 16 17.88 286.00

ekstravert 10 6.50 65.00

Total 26

Test Statisticsb

intensitasnyeri

Mann-Whitney U 10.000


(2)

Ranks skortotalkep

ribadian N Mean Rank Sum of Ranks perilakunyeri introvert 16 17.25 276.00

ekstravert 10 7.50 75.00

Total 26

Test Statisticsb

perilakunyeri

Mann-Whitney U 20.000

Wilcoxon W 75.000

Z -3.660

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001a a. Not corrected for ties.


(3)

(4)

(5)

No Aktivitas

Penelitian Sep-14 Oktober 2014 Nov-14

Desember 2014

Januari Februari

2015 Maret 2015 Apr-15

Mei Juni Juli

2015 2015 2015 2015

Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul

penelitian 2 Menyusun Draft

1 3 Menyusun Draft

2 4 Menyusun Draft

3 5 Menyusun Draft

4 6 Menyerahkan proposal penelitian

7 Ujian sidang

proposal 8 Revisi proposal

penelitian 9 Uji Validitas &


(6)

Lampiran 10

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Khodizah

Tempat dan Tanggal Lahir : Tebingtinggi, 28 Oktober 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Kesatria Lk.II Damar Sari Padang Hilir

Tebingtinggi

Email : sitikhodizah37@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 163092 Tebingtinggi (1999-2005)

2. SMP Negeri 2 Tebingtinggi (2005-2008)

3.SMA Negeri 2 Tebingtinggi (2008-2011)