Perilaku Nyeri TINJAUAN PUSTAKA

digunakan untuk mengkaji nyeri pada berbagai tipe nyeri seperti nyeri akut, nyeri pada kanker, dll Gambar 1.Skala Numerik Nyeri

3. Perilaku Nyeri

3.1 Definisi Perilaku Nyeri Pengukuran nyeri lainnya berfokus pada perilaku nyeri. Menurut Wall, 1991 perilaku nyeri adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dan setiap perubahan kebiasaan ketika ia mengalami nyeri yang dapat diobservasi. Perilaku yang muncul dapat menjadi tanda dari nyeri kronik seperti kelainan gerak tubuh atau cara berjalan, ekspresi stres yang terlihat dan terdengar, dan menghindari aktivitas Turk, Wack, Kerns, 1995 dalam Taylor, S.E 2009. Perilaku nyeri juga dapat didefenisikan sebagai sebahagian atau seluruh output individu yang terobservasi yang menunjukkan adanya nyeri seperti postur tubuh, ekspresi wajah, perkataan, berbaring, mengkonsumsi obat, mencari pengobatan, dan pencarian kompensasi Fordyce, 1976 dalam Harahap, 2006. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3.3.1 Indikator Perilaku Nyeri Potter Perry, 2009 Vokal Ekspresi Wajah Pergerakan Tubuh Interaksi 1. Mengerang merintih 2. Menangis 3.Menghembuskan nafas 4. Mendengkur mengorok 1.Menyeringai 2. Merapatkan gigi 3.Mengerutkan dahi 4. Menutup mata atau mulut dengan rapat sekali atau membukanya lebar-lebar 5.Menggigit bibir 1. Gelisah 2. Tidak dapat bergerak 3.Ketegangan otot 4.Peningkatan gerakan tangan dan jari 5. Aktivitas yang cepat 6. Gerakan berirama atau mengikuti 7.Menjaga pergerakan bagian tubuh nyeri 8. Memegang bagian tubuh yang nyeri 1. Menghindari percakapan 2. Hanya fokus pada aktivitas yang tidak menimbulkan nyeri 3. Menghindari kontak sosial 4. Perhatian berkurang 5. Interaksi dengan lingkungan berkurang 3.2 Tipe-Tipe Perilaku Nyeri 3.2.1 Respondent BehaviorPerilaku Reflektif Respondent behavior adalah tipe perilaku refleks sebagai respon terhadap rangsangan Kats, 1998 dalam Harahap, 2006. Rangsangan tersebut biasanya spesifik dan dapat diprediksi. Respondent behavior adalah perilaku spontan saat rangsangan terjadi secara adekuat seperti rangsangan nosiseptik, respon dari perilaku tersebut kemungkinan akan tampak. Sebaliknya, saat rangsangan tersebut tidak adekuat, perilaku tersebut kemungkinan Universitas Sumatera Utara tidak terlihat. Oleh karena itu, perilaku responden bergantung pada rangsangannya. 3.2.2 Operant BehaviorRespon Instrumental Operant behavior tidak selalu berhubungan dengan rangsangan yang spesifik. Operant behavior terjadi secara langsung dan otomatis terhadap rangsangan sama seperti perilaku responden Kats, 1998 dalam Harahap, 2006. Tipe perilaku nyeri ini tidak dikontrol oleh rangsangan dan bahkan saat rangsangan tersebut tidak adekuat tetapi pasien menerima pengaruh dari lingkungan seperti keberadaan pasangan, perawat dan keadaan lingkungan maka perilaku nyeri akan terlihat. 3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku nyeri 3.3.1 Jenis Kelamin Pada umumnya wanita menunjukkan ekspresi emosional yang lebih kuat pada saat mengalami nyeri. Menangis misalnya, adalah hal atau perilaku yang sudah dapat diterima pada wanita sementara pada laki-laki hal ini dianggap hal yang memalukan Lewis, 1983. 3.3.2 Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu. Wilkie dan kolega 1992 dalam Harahap 2006 melakukan penelitian pada pasien kanker paru-paru, mereka menemukan bahwa perilaku nyeri berhubungan secara signifikan dengan intensitas nyeri dan kualitas nyeri. Universitas Sumatera Utara 3.3.3 Kebudayaan Setiap suku dan kebudayaan mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda Waddle dan kolega 1989, perbedaan itu terlihat dari perilaku nyeri yang ditunjukkan pasien Lofvander Furhoff 2002 dalam Harahap 2006. Beberapa pasien mengatasi nyeri yang dirasakannya sendiri karena menganggap nyeri adalah sesuatu yang pribadi. Pasien lainnya menunjukkan ekspresi verbal seperti menangis dan berteriak. Diperkirakan orang Barat memiliki toleransi terhadap nyeri lebih tinggi dibanding orang Timur Nayak kolega, 2000 dalam Callister, 2003. 3.3.4 Keyakinan Diri Keyakinan diri berhubungan dengan kemampuan individu untuk melakukan aktivitas seperti duduk, berdiri dan berjalan Romano kolega, 1999 dalam Harahap, 2006. Self-efficacy yang rendah berhubungan dengan rendahnya toleransi terhadap nyeri, penghindaran sosial, tingginya ketidakmampuan dalam beraktivitas mandiri, dan buruknya hasil treatmentyang dijalani Turk Monarch, 2002 dalam Godsoe, 2008. 3.3.5 Pasangan Anggota Keluarga Pasangan merupakan sumber yang sangat penting bagi keutuhan kehidupan sosial pasien dan boleh juga diisyaratkan sebagai syarat yang berbeda dan pilihan yang tepat untuk mengekspresikan sebuah perilaku nyeri Fordyce, 1976 dalam Harahap, 2006. Universitas Sumatera Utara Menurut Flor, Turk, dan Rudy 1992 dalam Harahap, 2006 bahwa pasangan dan anggota keluarga yang lain sering termasuk dalam pengobatan dan mengajarkan kepada pasien untuk berespons positif pada setiap aktivitas yang dilakukan pasien dan indikasi yang lainnya bagi perilaku yang baik. Pasangan mempunyai peran yang kuat bagi peningkatan nyeri pasien. 3.4 Pengukuran perilaku nyeri Instrumen yang digunakan untuk mengukur perilaku nyeri adalah Pain Behavior Observation Protocol PBOP, pertama kali dikemukakan oleh Keefe dan Block tahun 1982 Harahap, 2006. PBOP terdiri dari lima parameter perilaku yaitu guarding, braching, rubbing, grimacing, dan sighing. Serial aktivitas protokol Keefe dan Block yang telah distandarisasi ini akan diadaptasikan selama 10 menit. Protokol aktivitas ini meliputi: duduk untuk periode 1 menit dan lagi selama 2 menit, berdiri untuk periode 1 menit dan lagi selama 2 menit, berbaring untuk periode 1 menit dan lagi selama 1 menit kedua, dan berjalan untuk 1 menit dan lagi selama 1 menit kedua. Pendeskripsian dari kelima parameter perilaku nyeri tersebut adalah:1 guarding, yang mana mengacu pada penjagaan area tubuh yang sakit, 2 braching, yang mana mengacu pada kekakuan tubuh yang tidak normal, menyela, atau pergerakan yang kaku, 3 rubbing, yang mana mengacu pada sentuhan atau rabaan pada bagian tubuh yang sakit, 4 grimacing, yang mana mengacu pada guratan wajah dalam mengekspresikan rasa nyeri seperti mengerutkan dahi, menyipitkan Universitas Sumatera Utara mata, mengatupkan bibir, menyingkap sudut mulut, dan merapatkan gigi, 5 sighing, yang mengacu pada pernafasan atau menghela nafas. Instrumen ini menggunakan skala Likert 0 = tidak ada nyeri, 1 = sering, 2 = selalu. Nilai total perilaku nyeri merupakan penjumlahan dari kelima parameter perilaku nyeri tersebut diatas. Skor tertinggi 10 mengidentifikasikan level perilaku nyeri yang tinggi.

4. Kepribadian