58
2.2.2.4. Ketentuan Pidana Klausula Baku
Bagi para pelaku usaha yang menentukan klausula baku yang bertentangan dengan Pasal 18 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen maka dapat dijerat dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau
pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,- dua miliar rupiah. Hal ini sesuai dengan Pasal 62 ayat 1 Undang-
Undang Perlindungan Konsumen.
2.3. Tinjauan Mengenai Perjanjian Pengangkutan
2.3.1. Pengertian Perjanjian Pengangkutan
Proses kegiatan pengangkutan banyak terjadi dalam masyarakat. Semakin hari masyarakat membutuhkan proses
kegiatan pengangkutan yang lebih cepat dan lebih aman. Dengan melihat kebutuhan masyarakat tersebut banyak pengusaha
mendirikan usaha-usaha pengangkutan dengan memberikan fasilitas pelayanan yang saling bersaing.
Proses kegiatan pengangkutan ini berfungsi untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang
lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. Peningkatan daya guna dan nilai ini merupakan tujuan dari
pengangkutan. HMN Purwosutjipto, 1984:1
59
Dalam proses kegiatan pengangkutan ini terdapat pihak- pihak yang saling mengikatkan diri yaitu pihak pengangkut dan
pihak pengirim. Antara pihak pengangkut dan pihak pengirim terjadi suatu perjanjian yang mendasari pelaksanaan proses
kegiatan pengangkutan yaitu perjanjian pengangkutan. Perjanjian pengangkutan yaitu suatu perjanjian timbal balik
dengan mana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menjalankan pengangkutan barang danatau orang dari suatu
tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat sedangkan pihak lainnya berkeharusan untuk menunaikan pembayaran biaya tertentu
untuk pengangkutan tersebut.
2.3.2. Para Pihak dalam Perjanjian Pengangkutan
Pihak-pihak yang yang terlibat di dalam perjanjian pengangkutan antara lain: H.M.N Purwosutjipto, 1984:3
a. Pihak Pengangkut
Secara umum, di dalam Kitab Undang-Undang Hukum dagang KUHD tidak dijumpai defenisi pengangkut, kecuali dalam
pengangkutan laut. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang penumpang danatau barang.
60
b. Pihak Penumpang
Peraturan pengangkutan di Indonesia menggunakan istilah “orang” untuk pengangkutan penumpang. Akan tetapi, rumusan
mengenai “orang” secara umum tidak diatur. Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan orang, penumpang adalah
orang yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan dan atas dasar ini dia berhak untuk memperoleh
jasa pengangkutan. c.
Pihak Pengirim Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD Indonesia
juga tidak mengatur defenisi pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan,
pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak
memperoleh pelayanan pengangkutan barang dari pengangkut. Dalam Bahasa Inggris, pengirim disebut consigner, khusus
pada pengangkutan perairan pengangkut disebut shipper.
2.3.3. Hak