Jenis-Jenis Pajak Pajak Penerangan Jalan

2. Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah. 3. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenal jenis-jenis pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Menurut Mardiasmo, 2011:13 pajak daerah dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Pajak Provinsi, terdiri dari: a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; e. Pajak Rokok. 2. Pajak KabupatenKota, terdiri dari: a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan; k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupatenkota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk daerah kabupatenkota.

E. Pajak Penerangan Jalan

Berdasarkan PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, Pajak Penerangan Jalan Umum adalah pajak yang dikenakan kepada pelanggan PLN sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah PAD . Pajak Penerangan Jalan umum yang selanjutnya di singkat dengan PPJ dapat diartikan juga sebagai pajak yang dipungut atas tenaga listrik dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah atau dapat juga diartikan sebagai pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh oleh sumber lain. Listrik yang dihasilkan sendiri meliputi seluruh pembangkit listrik. Pemungutan pajak penerangan jalan di Indonesia saat ini di dasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar hukum pemungutan pajak penerangan jalan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 adalah: 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menetapkan pajak penerangan jalan merupakan jenis pajak daerah dan kabupatenkota. 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentanbg Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dan Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar oleh Wajib Pajak Sendiri.

F. Objek Pajak Penerangan Jalan

Menurut Sugianto, 2007:46 Objek Pajak Penerangan Jalan termasuk penggunaan tenaga listrik non PLN yang menggunakan energi primer. Yang dimaksud dengan pembangkit tenaga listrik non PLN antara lain genset, sedangkan yang dimaksud dengan energi primer antara lain bensin, solar, gas, tenaga matahari, tenaga air, tenaga angin dan tenaga nuklir. Sebagai upaya mewujudkan pemerataan pengenaan Pajak Penerangan Jalan sekaligus memenuhi rasa keadilan. Sedangkan, objek yang dikecualikan dari pengenaan pajak ini adalah: 1. Penggunaan tenaga listrik oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah; 2. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedaulatan, konsultan, dan perwakilan negara asing dan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik; 3. Penggunaan tenaga listrik yang bukan berasal dari PLN yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi tekhnis terkait; 4. Penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur dengan peraturan daerah.

G. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Penerangan Jalan

Menurut undang-undang Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Adapun Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain jadi tidak mesti oleh PLN , Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik. Menurut peraturan daerah, subjek Pajak Penerangan Jalan adalah wajib pajak yaitu orang pribadi atau badan yang menggunakan listrik PLN dan penggunaan listrik non PLN. Dalam menjalankan hak dan memenuhi kewajibannya, Wajib Pajak pengguna listrik non PLN dapat diwakili dalam hal: 1.Orang Pribadi, oleh kuasanya atau ahli warisnya; 2.badan oleh pengurus dan kuasanya 3. Orang pribadi atau badan yang berdomisili atau berkedudukan di luar daerah yang bersangkutan, oleh kuasanya atau pengurusnya yang berkedudukan di daerah yang dimaksud.Samudra, 2015:237

H. Tarif Pajak Penerangan Jalan

Tarif pajak ditetapkan dan diatur oleh Peraturan Pemerintah. Tarif Pajak Penerangan Jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai. Besarnya Pokok Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebagai berikut: a. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, bukan untuk industri sebesar 10 sepuluh persen; b. Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan, minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3 tiga persen; c. Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5 satu koma lima persen Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

I. Pemungutan dan Perhitungan Pajak Penerangan Jalan

Menurut Samudra, 2015:240 pemungutan pajak penerangan jalan tidak dapat dibayarkan sekaligus. Pajak dipungut berdasarkan penetapan walikotabupati atau dibayar sendiri oleh wajib pajak. Pajak terutang berdasarkan jumlah yang tercantum dalam rekening listrik PLN, harus dilunasi setiap bulan bersama-sama dengan pembayaran tagihan listrik ke PLN. Tagihan Pajak dilaksanakan dan disetor oleh PLN ke kantor kas daerah atau bank. Secara berkala PLN berkewajiban untuk menyampaikan laporan kegiatan pemungutan pajak kepada gubernur kepala daerah. Pembayaran pajak dilakukan setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya di tempat yang ditentukan. Seluruh penerimaan pajak dan realisasi pajak ini, disisihkan 10 untuk penanggungan resiko kebakaran akibat pemnggunaan tenaga listrik. Wajib pajak pengguna tenaga listrik non PLN wajib membayar pajak terutang dalam masa pajak dengan menggunakan SSPD kepada kantor kas daerah atau bank selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya. Berdasarkan SKPD yang diterima akibat jumlah pajak terutang tidak atau kurang bayar dan tidak dilakukan pendaftaran, wajib pajak penggunaan tenaga listrik non PLN wajib membayar pajak terutang dalam masa pajak kepada kantor kas daerah atau bank selambat-