digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari
media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.
4. Analisis Data
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan
dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan
topik skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan
Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II HAK-HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM
Bab ini akan membahas hak-hak kebendaan atas saham, yang memuat tentang pengertian dan konsep yuridis saham, kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
saham, jenis dan klasifikasi saham, dan penjualan dan pemindahan saham.
BAB III ASPEK HUKUM PENGALIHAN SAHAM DALAM
PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI INTERNET DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Bab ini akan membahas tentang aspek hukum pengalihan
saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, yang mengulas tentang prinsip-prinsip transaksi elektronik menurut Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, pengalihan saham menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, dan transaksi saham melalui internet di pasar modal.
BAB IV KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PENGALIHAN SAHAM
DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI INTERNET DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
Bab ini akan dibahas tentang kekuatan hukum pembuktian pengalihan saham dalam perjanjian jual beli saham melalui internet
Universitas Sumatera Utara
dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang membahas dan
menganalisa sistem hukum pembuktian dalam kerangka hukum perdata dan pidana, kekuatan pembuktian elektronik dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, dan kekuatan hukum pembuktian pengalihan saham dalam perjanjian jual beli
saham melalui internet. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang
berisi kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan yang
dibahas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II HAK-HAK KEBENDAAN ATAS SAHAM
A. Pengertian dan Konsep Yuridis Saham Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam sebuah
perusahaan, pengertian ini terlihat dari bunyi Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Tebatas yaitu Perseroan Terbatas, yang
selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-Undang ini serta peraturan perlaksanaanya.
Dari ketentuan tersebut dapat diambil pengertian bahwa saham merupakan bukti persekutuan modal perusahaan. Hal ini ditegaskan juga oleh M. Irsan
Nasarudin dan Indra Surya dalam bukunya yang mengatakan bahwa saham pada dasarnya merupakan instrument penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam
sebuah perusahaan.
18
Para pemegang saham diberikan bukti kepemilikan atas saham yang dimilikinya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 51 UUPT yaitu pemegang saham
diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya. Dalam penjelasan Ketentuan tersebut sesuai dengan aturan yang terdapat
dalam Pasal 31 ayat 1 UUPT yang menyatakan modal dasar perusahaan terdiri atas seluruh nominal saham.
18
M. Irsan Nasarudin, et. al., Op. cit, hal. 188.
Universitas Sumatera Utara
pasal yang sama diterangkan bahwa pengaturan bentuk bukti pemilikan saham ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan.
Pada ketentuan lain dalam UUPT tepatnya dalam Pasal 48 ayat 1 disebutkan bahwa saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Jadi
dengan demikian bukti kepemilikan saham adalah adanya nama yang terteratertulis dalam sertifikat saham yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.
Nama yang tercantum dalam sertifikat saham merupakan bukti, bahwa pemilik sertifikat saham itu adalah sesuai dengan nama yang tercantum.
Selain itu bukti kepemilikan lain, adalah adanya catatan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan yang mengeluarkan saham yang dibuat oleh
Direksi Perseroan. Dalam catatan tersebut dapat dilihat pihak-pihak yang memiliki saham dan hal-hal yang tersangkut dengan saham-saham, misalnya
apakah saham itu dijadikan jaminan utang atau tidak, serta perubahan pemilikan saham dan klasifikasi sahamnya. Ketentuan ini diatur dalam UUPT Pasal 50 ayat
1 dan ayat 2 dan ayat 3 yang berbunyi: Ayat 1: direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar
pemegang saham, yang sekurang-kurangnya memuat: a.
Nama dan alamat pemegang saham; b.
Jumlah, nomor, dan tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham, dan klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi;
c. Jumlah yang disetor atas setiap saham;
d. Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang
mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan
fidusia tersebut;
e. Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat 2 Ayat 2: selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat
1, direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang memuat keterangan mengenai saham anggota Direksi dan Dewan Komisaris
Universitas Sumatera Utara
berserta keluarganya dalam perseroan danatau pada perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.
Ayat 3: dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 di catat pula setiap perubahan kepemilikan
saham. Setiap saham haruslah memiliki nilai nominal. Ini berlaku mutlak, karena
UUPT melarang suatu perusahaan untuk menerbitkan saham tanpa nilai nominal. Namun demikian, tidak ada ketentuan berapa nilai nominal untuk masing-masing
saham tersebut. Jadi, untuk satu saham dapat mempunyai nilai nominal misalnya Rp.1000,- Rp.500,- dan sebagainya. Kecuali untuk perusahaan terbuka dimana
nilai nominal sahamnya sudah ditentukan oleh peraturan di bidang pasar modal dan harus seragam untuk semua perusahaan.
19
1. Saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Perseroan hanya
diperkenankan mengeluarkan saham atas nama pemiliknya dan perseroan tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk.
Batas minimal modal yang ditentukan dalam pendirian perseroan terbatas adalah Rp.50.000.000,- lima puluh juta rupiah. Namun apabila sebuah perseroan
terbatas hendak melakukan penawaran umum dipasar modal maka persyaratannya adalah sahamnya harus dimiliki sekurang-kurangnya 300 pemegang saham dan
juga harus memiliki modal setor sekurang-kurangnya Rp. 300.000.000,- tiga ratus milyar rupiah. Jadi apabila perseroan tertutup akan menambah modalnya
melalui pasar modal maka harus memenuhi persyaratan tersebut jika tidak maka perusahaan tersebut tidak dapat melakukan penawaran umum.
Adapun ketentuan yang mengatur pengurangan saham antara lain:
19
Munir Fuady, Op. cit, hal. 83-36.
Universitas Sumatera Utara
2. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar
dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Dalam hal persyaratan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada
huruf b, telah ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang
saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan UUPT danatau anggaran dasar.
Mengenai nilai nominal saham dalam Pasal 49 UUPT dikatakan: 1.
Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang rupiah. 2.
Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan. 3.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak menutup kemungkinan diaturnya pengeluaran saham tanpa nilai nominal dalam
peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal. Dalam perkembangannya saham tanpa nilai nominal ini menjadi instrumen
bursa pasar modal yang sangat likuid di Amerika, khususnya sebagai instrumen lembaga mutual fund atau investment fund semacam reksa dana di pasar modal.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah mengintrodusir saham tanpa nilai nominal dalam lembaga reksa dana yang
berbentuk perseroan.
20
B. Kepemilikan Saham