Penjualan dan Pemindahan Saham

Pengecualian terhadap pemilikan tunggal terdapat dalam ketentuan Pasal 7 ayat 7 yang mengizinkan perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara dan perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpangan dan penyelesaiann, lembaga lain sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang pasar modal untuk didirikan oleh satu orang saja, dan tentu saja prinsip piercing the corporate veil tidak berlaku di sini.

D. Penjualan dan Pemindahan Saham

Penjualan saham akan menyebabkan terjadinya pemindahan hak atas saham dari penjual kepada pembeli saham. Pemindahan hak atas saham tersebut harus dilakukan berdasarkan Akta Pemindahan Hak Atas Saham yang dapat dibuat dihadapan Notaris atau secara bawah tangan Pasal 56 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007. Para pihak diharuskan untuk menyampaikan akta tersebut atau salinannya secara tertulis kepada Perseroan Pasal 56 ayat 2 dan kemudian Direksi Perseroan berkewajiban untuk melakukan pencatatan mengenai perubahan susunan pemegang yang saham yang terjadi akibat pemindahan hak atas saham tersebut serta memberikan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan HAM Pasal 56 ayat 3. Dalam anggaran dasar Perseroan, Direksi berhak untuk mengatur mengenai i keharusan untuk menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya; ii keharusan untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ Perseroan pada umumnya Rapat Umum Pemegang Saham; iii keharusan mendapatkan Universitas Sumatera Utara persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan Pasal 57 ayat 1. Namun demikian, perlu dicatat bahwa kewajiban tersebut tidak berlaku dalam hal pemindaham hak atas saham disebabkan oleh peralihan hak atas anak secara hukum, pengecualian atas syarat- syarat tersebut akan terjadi dalam hal pemindahan hak atas saham diakibatkan oleh pewarisan, karena dalam hal tersebut harus tetap dimintakan persetujuan dari instansi yang berwenang Pasal 57 ayat 2. Apabila anggaran dasar yang mewajibakan pemegang saham penjual untuk menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain, maka dalam hal setelah 30 hari sejak penawaran pemegang dilakukan pemegang saham yang ditawarkan tersebut tidak membeli, maka pemegang saham yang bersangkutan dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga Pasal 58 ayat 1. Namun demikian, pemegang saham penjual yang diwajibkan untuk menawarkan sahamnya kepada pemegang saham lain, dapat menarik kembali penawaran yang telah dilakukannya setelah lewatnya jangka waktu 30 hari tersebut Pasal 58 ayat 2. Pemberian persetujuan atas pemindahan hak atas saham membutuhkan persetujuan dari organ Perseroan Pasal 59 ayat 1. Selanjutnya dalam hal setelah lewatnya jangka waktu 90 hari tidak ada jawaban apapun dari organ Perseroan tersebut, maka dengan demikian organg Perseroan dianggap telah memberikan persetujuan atas penjualan dan pemindahan hak atas saham Pasal 59 ayat 2. Setelah diperolehnya persetujuan dari organ Perseroan, maka pemindahan hak atas saham harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 56 Universitas Sumatera Utara dan dilakukan dalam jangka waktu 90 hari terhitung sejak persetujuan diberikan Pasal 59 ayat 3. Jika dilihat dari sisi peralihan saham, maka saham dapat dibedakan atas saham atas nama dan saham atas unjuk. Secara hukum, pemilik saham atas nama adalah yang namanya tertera pada surat saham tersebut. Sebaliknya saham atas unjuk seperti halnya uang, kepemilikannya ditentukan pada siapa yang memegang saham tersebut. Penyerahan adalah cara memperoleh hak milik karena adanya pemindahan hak milik dari seseorang yang berhak memindahkannya kepada orang lain yang memperoleh hak milik itu. Cara memperoleh hak milik dengan penyerahan ini merupakan cara yang paling banyak dilakukan. Mengenai levering dari benda bergerak yang tidak berwujud berupa hak- hak puitang dibedakan atas 3 macam: 46 d. Levering dari surat piutang aan toonder atas unjuk atau atas bawa, menurut Pasal 613 Ayat 3 KUH Perdata dilakukan dengan penyerahan surat itu. e. Levering dari surat piutang op naam atas nama, menurut Pasal 613 Ayat 1 KUH Perdata dilakukan dengan cara membuat akta otentik atau di bawah tangan yang dinamakan cessie. f. Levering dari piutang aan order atas perintah, menurut Pasal 613 Ayat 3 KUH Perdata dilakukan dengan penyerahan surat itu disertai dengan endosemen. 46 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 2000, hal.145-146. Universitas Sumatera Utara Pengalihan kepemilikan dalam jual beli saham juga diatur dalam Pasal 49 Ayat 1 dan 2 Undang-Undang Perseroan Terbatas selanjutnya disebut UUPT yang menyebutkan bahwa pemindahan hak atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak, sedangkan saham atas unjuk dilakukan dengan penyerahannya secara fisik. Universitas Sumatera Utara BAB III ASPEK HUKUM PENGALIHAN SAHAM DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI INTERNET DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Prinsip-prinsip Transaksi Elektronik menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Didalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik selanjutnya disebut UU ITE, prinsip-prinsip transaksi elektronik tidak diatur secara jelas tetapi dalam beberapa pasal dalam undang- undang ini secara tersirat mengatur mengenai prinsip-prinsip kontrak dalam suatu transaksi elektronik. 1. Prinsip kepastian hukum Dalam Pasal 18 ayat 1 UU ITE disebutkan bahwa: “Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak” Suatu transaksi elektronik mengikat pihak-pihak yang saling terkait di dalamnya, artinya suatu kontrak elektronik merupakan undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Apabila ada salah satu pihak yang melanggar kontrak elektronik tersebut maka pihak yang lain dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang melanggar kontrak tersebut. 2. Prinsip itikad baik Sama halnya seperti dalam KUHPerdata dalam UU ITE juga ada diatur mengenai prinsip itikad baik dalam melakukan kontrak elektronik. Hal ini diatur dalam Pasal 17 ayat 2 UU ITE, Pasal ini menyatakan: Universitas Sumatera Utara “Para pihak yang melakukan transaksi elektronik wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi danatau pertukaran informasi elektronik danatau dokumen elektronik selama transaksi berlangsung” Prinsip itikad baik berarti para pihak yang bertransaksi tidak bertujuan untuk secara sengaja mengakibatkan kerugian kepada pihak lainnya tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut. Seperti telah disinggung sebelumnya dalam prinsip itikad baik dalam suatu kontrak elektronik menurut KUHPerdata, bahwa para pihak yang membuat kontrak haruslah mempunyai itikad baik dalam melaksanakan kontrak elektronik tersebut, sebab dalam suatu kontrak elektronik para pihak dapat membuat suatu kontrak tanpa harus bertemu terlebih dahulu, hanya melalui perantaraan media elektronik. Dalam suatu kontrak elektronik para pihak tidak boleh mempunyai niatan yang buruk, pihak penawar harus jujur mengenai produknya dan produk yang diperjanjikan tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, norma kepatutan maupun norma kesusilaan. Dalam suatu transaksi atau kontrak elektronik dilarang adanya tindakan yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen. Hal ini diatur dalam Pasal 28 ayat 1 UU ITE, apabila hal ini terjadi maka pihak atau orang yang melakukannya dapat dikenai pidana penjara paling lama 6 enam tahun dan atau dikenai denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat 2 UU ITE dan bilamana pihak yang menerima penawaran tidak memiliki itikad baik dalam melaksanakan suatu kontrak, pihak penawar dapat mengajukan gugatan. Universitas Sumatera Utara 3. Prinsip Konsensualisme Undang-Undang ITE dalam Pasal 20 diatur mengenai kapan suatu transaksi elektronik dikatakan terjadi. Pasal 20 ayat 1 UU ITE menyatakan: “Kecuali ditentukan lain oleh para pihak, transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim pengirim telah diterima dan disetujui penerima” Pasal 20 ayat 2 UU ITE menyatakan: “Persetujuan atas penawaran transaksi elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik” Berdasarkan Pasal di atas dapat dilihat bahwa dalam UU ITE juga diatur mengenai prinsip konsensualisme dalam melakukan kontrak elektronik, dengan penerapan yang berbeda dengan kontrak konvensional, dimana dalam kontrak elektronik kesepakatan terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim oleh pengirim diterima dan disetujui oleh penerima, dan persetujuan akan kesepakatan tersebut harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik, misalnya dengan mengirimkan e-mail konfirmasi. 4. Prinsip Keterbukaan atau Transparansi Mengenai prinsip keterbukaan atau transparansi dalam suatu kontrak elektronik dalam UU ITE diatur dalam Pasal 9 yang menyatakan: “Pelaku usaha yang menawarkan produk melaui sistem elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan” Universitas Sumatera Utara Dengan adanya prinsip ini maka suatu perusahaan atau pihak yang menawarkan produk harus terbuka atas produk yang dikeluarkan dan isi kontrak yang dibuat ini tidak boleh mengandung unsur yang merugikan konsumen, bila hal ini dilakukan maka perusahaan atau pihak penawar tersebut dapat dikenai sanksi pidana sesuai Pasal 45 ayat 2 UU ITE. 5. Prinsip kebebasan kontrak yang terbatas Para pihak dalam melakukan kontrak dengan cara apa saja, dalam hal kontrak elektronik dibuat dengan menggunakan media elektronik dalam hal ini internet. Para pihak juga bebas membuat kontrak tentang apa saja, dan perjanjian atau kontrak tersebut akan mengikat kepada para pihak sebagaimana halnya undang-undang. Ini juga berlaku dalam kontrak elektronik hanya saja dalam kontrak elektronik ada barang-barang tertentu yang tidak boleh diperjualbelikan, seperti misalnya hewan. Ada juga barang-barang yang tidak dapat diperjualbelikan melalui transaksi elektronik, seperti tanah. Karena disyaratkan bahwa jual beli tanah harus dituangkan dalam akta, yaitu akta Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. Dari sini tampak adanya prinsip kebebasan kontrak yang terbatas. Pasal yang menjadi dasar hukum prinsip kebebasan berkontrak yang terbatas ini adalah Pasal 18 ayat 1 dan Pasal 19 UU ITE. Bunyi dari Pasal 18 ayat 1 UU ITE ini adalah: “Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak” Pasal 19 menyatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara “Para pihak yang melakukan transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang disepakati” Dari kedua Pasal ini diberikan kebebasan kepada para pihak untuk dapat melakukan transaksi elektronik ke dalam kontrak elektronik dengan bentuk apa saja tetapi kontrak elektronik tau transaksi elektronik tersebut juga dibatasi, dimana para pihak harus menggunakan sistem elektronik yang telah disepakati.

B. Pengalihan Saham menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Pasar Modal

Dokumen yang terkait

Pencemaran Nama Baik Melalui Situs Jejaring Sosial Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

1 37 128

Transaksi Jual Beli Saham Dengan Hak Membeli Kembali (REPO) Di Pasar Modal

5 120 179

Analisis Yuridis Atas Perjanjian Jual Beli Rumah Melalui Pengembang Pada PT. Indo Mega Sentosa Di Kota Batam

3 68 121

Perlindungan Hukum Nasabah Bank Dalam Cyber Crime Terhadap Internet Banking Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

4 66 152

Analisis Yuridis Mengenai Perjanjian Jual Beli yang Dibuat Melalui Media Elektronik Berdasarkan kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

0 0 31

PENGALIHAN SAHAM ATAS NAMA DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM PERSEROAN TERBATAS TERBUKA MELALUI INTERNET DIKAIKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DAN UNDANG-UNDANG NOMOR.

0 0 1

KEDUDUKAN DROPSHIPPER DALAM JUAL BELI MELALUI MEDIA INTERNET BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG.

0 0 1

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE PRODUK FASHION BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 1 15

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA INSTAGRAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 1 9

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) STUDI TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI MELALUI INTERNET - Unissula Repository

0 0 12