Berdasarkan uraian di atas, penulis berinisiatif mengangkat sebuah kajian
yang berjudul “Implementasi Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Desa di Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu
Provinsi Sumatera Utara.
I.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalan suatu penelitian. Hal ini senada dengan pendapat yang mengatakan “agar peneltian dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya maka penulis merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa” Arikunto, 1992:17
Berdasarkan penjelasan diatas maka di dalam melakukan penelitian ini
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut; Bagaimanakah Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Desa di Kampung
Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu ?.
I.3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan perencanaan partisipatif yang
dilakukan di desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu.
b. Untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi masyarakat di desa Kampung
Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu khususnya dalam hal perencanaan pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
I.4. Manfaat Penelitian
a. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia
pada umumnya dan Universitas Sumatera pada khususnya yakni pada bidang Pembangunan Desa dan Otonomi Desa.
b. Sebagai referensi bagi kalangan akademisi baik di lingkungan Civitas
Akademika Fisip USU secara khusus maupun Universitas Sumatera Utara secara umum.
c. Memberikan suatu sumbangan pemikiran bagi masyarakat desa khususnya
tempat penelitian ini dilaksanakan agar dapat terus meningkatkan peran aktifnya terutama di dalam membangun desa.
I.5. Kerangka Teori
Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu
menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih Selanjutnya teori adalah
merupakan serangkaian asumsi, konsep, dan konstruksi, defensisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antara konsep Singarimbun, 1989:37.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah :
I.5.1. Implementasi
Dalam perumusan suatu kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau
implementasi. Karena betapapun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Dalam kaitan ini seperti dikemukakan oleh Wahab 1990:
51, menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting , bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya sekedar
impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan.
Van Master dan Van Hom merumuskan proses implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau
pehjabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.
Sedangkan dalam Ceema dan Rondinelli implementasi adalah sebagai berikut : “Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan
suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses interaksi diantara merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan. Sedangkan Jones
menyatakan bahwa proses kebijakan publik meliputi persepsidefinisi, agregasi, organisasi, representasi, penyusunan agenda, formulasi, legitimasi, penganggaran,
pelaksanaanimplementasi, evaluasi dan penyesuaianterminasi. Penekanan aktifitas birokrasi pemerintahan pada proses tersebut lebih pada tahapan implementasi, dengan
Universitas Sumatera Utara
menginterpretasikan kebijaksanaan menjadi program, proyek, dan aktifitas. I Nyoman, 2005:15
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, implementasi sama dengan pelaksanaan. Sedangkan menurut kamus webster, “to implement” implementasi
berarti “to provide the means for carrying out” menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang dikutip oleh Sumaryadi dkk 2005 seperti yang berikut ini :
1. Donald Van Meter dan Carl Van Hom membatasi implementasi sebagai
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok- kelompok pemerintah dan swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.
2. Daniel A Mazruanian dan Paul A Sabatier yang menyebutkan bahwa
implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian
implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup
baik usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibatdampak nyata pada masyarakat atau kejadian.
3. Charles O. Jones berpendapat bahwa implementasi adalah suatu proses
interaktif antara satu perangkat tujuan dengan tindakan atau bersifat interaktif dengan kegiatan-kegiatan kebijaksanaan yang mendahuluinya.
Universitas Sumatera Utara
Dari definisi-definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu kebijaksanaan
sampai mencapai tujuan yang diinginkan.
I.5.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi manajemen
adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki Ginanjar Kartasasmita, 1994.
Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa komponen penting, yakni tujuan; apa yang hendak dicapai, kegiatan; kegiatan untuk
merealisasikan tujuan, dan waktu; kapan bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan. Apa yang direncanakan tentu saja merupakan tindakan-tindakan di masa
depan untuk masa depan. Secara sederhana pembangunan sering diartikan suatu upaya untuk melakukan
perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa
pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi
tersebut. Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan
secara tegas maka pembangunan dapat diartikan suatu perubahan. Mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi
sekarang. Sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan
Siagian, 1991. Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu
proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk
melaksanakan suatu rangkaian kegiatan aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat fisik material maupun nonfisik mental dan spritual dalam rangka mencapai tujuan
yang lebih baik. Dari kajian literatur tentang partisipasi masyarakat di negara-negara
berkembang menunjukkan bahwa konsep partisipasi di interpretasikan secara luas, seperti yang disampaikan Cohen dan Uphoff 1997, bahwa:
“Partisipasi dapat dilihat dari berbagai pandangan perspective. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam
mengimplementasikan program, serta menikmati keuntungan-keuntungan dari program terseut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu
proses aktif, dimana rakyat dari suatu komuniti mengambil inisiatif dan menyatakan dengan tegas otonomi mereka”.
Universitas Sumatera Utara
Menurut FAO seperti yang dikutip Mikkelsen 1999 : 64, berbagai penafsiran yang berbeda dan sangat beragam mengenai arti kata tentang partisipasi yaitu:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa
ikut serta dalam pengambilan keputusan. 2.
Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya
untuk melakukan hal itu. 3.
Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya
memperoleh imformasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial. 4.
Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.
5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan dan lingkungan mereka. Menurut Oakley 1991 : 14, berpendapat bahwa “partisipasi merupakan hal
yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya partisipasi aktif dari masyarakat pelaksanaan pembangunan yang berorientasi
pada perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara mengatasi
permasalahan pembangunan yang terjadi dalam masyarakat”.
Universitas Sumatera Utara
I.5.3. Desa
Pada mulanya istilah desa dipakai di Jawa, Madura dan Bali. Secara epistimologis kata desa berasal dari bahasa sanksekerta yaitu swa-desi yang artinya
tanah asal, negeri asal, atau tanah leluhur Drs Istari Cakra Asmara, 1986. Suatu
persekutuan hidup yang setingkat dengan desa disetiap daerah berbeda-beda,
misalnya di Aceh disebut Gampong, di Sumatera Barat disebut Nagari, di
Simalungun disebut Nagori dan lainnya. Menurut UU No. 32 tahun 2004, desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Namun menurut UU No. 32 tahun 2004 tersebut desa tidak lagi berada di bawah kecamatan tapi di bawah
kabupaten kota. Kepala desa langsung berada di bawah pembinaan kabupaten kota. Dan camat hanyalah staf daerah kabupaten yang mengurusi desa-desa.
Menurut pasal 200 UU No.32 tahun 2004, pemerintahan desa terdiri atas pemerintah desa dan Badan Musyawarah Desa. Pemerintah desa terdiri atas kepala
desa dan perangkat desa, dimana perangkat desa adalah sekretaris desa dan perangkat desa lainnya pasal 202. Badan permusyawaratan desa atau legislatif desa berfungsi
menetapakan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi msayarakat pasal 209.
Pemerintah kabupaten bertanggung jawab penuh dalam rangka pembangunan desa. Pemerintah kabupaten wajib melakukan pembangunan yang dibutuhkan
masyarakat desa dan memberikan fasilitas kepada masyarakat. Menurut Ndraha
Universitas Sumatera Utara
1982: 71, pembangunan desa adalah setiap pembangunan yang ada yang di dalam prosesnya masyarakat desa berpartisipasi aktif. Sedangkan menurut T R Batten,
pembangunan desa adalah suatu proses dimana organisasi atau masyarakat mulai mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka kemudian merencanakan dan
mengerjakan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidup Ndraha, 1982: 72. Tetapi dalam melakukan pembangunan desa ini, banyak sekali hambatan yang
dapat ditemui. Hambatan-hambatan itu, menurut Butterfield dalam Ndraha, 1982: 91 adalah:
a. Problema of perception.
Perencanaan pembangunan sering tidak tepat dalam menanggapi antara apa yang pemerintah programkan dengan apa
yang benar-benar di butuhkan masyarakat pedesaan. Sehingga terjadi permasalahan dalam pembangunan desa, karena masyarakat desa memiliki
persepsi yang buruk terhadap pembangunan yang dilakukan didesanya. b.
Kesukaran memilih model pembangunan yang tepat. Mungkin sekali kesulitan ini muncul karena masyarakat pedesaan itu pada umumnya
tertutup dan masih bingung dalam menerima hal-hal baru, sehingga pemerintah pun menjadi bingung pula dalam menentukan model
pembangunan apa yang sebaiknya diterapkan bagi masyarakat pedesaan. c.
Time of frame , dimana program pembangunan pedesaan lambat sekali
kelihatan hasilnya, sehingga pemerintah sering merasa kurang sabar dalam menangani usaha pembanguna desa.
Universitas Sumatera Utara
d. Persoalan praktis. Hambatan ini muncul bila hal-hal dalam tahap
pelaksanaannya membuat pembangunan desa terhambat, misalnya saja kurangnya teknologi, kurangnya pengelola yang terlatih, dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut, kita akan melihat nantinya apakah ada atau tidak hambatan pembangunan desa yang pertama itu pada hasil implementasi
program perencanaan partisipatif di desa kampung baru kecamatan bilah barat kabupaten labuhan batu. Sehingga nantinya kita akan dapat melihat bagaimana
pemerintah daerah mampu dalam mengimplementasikan program pembangunan tersebut yang selaras dengan pelaksanaan otonomi daerah, dimana aspirasi, pendapat,
dan pandangan masyarakat sangat diutamakan dalam pembangunan daerah. Adapun ketentuan mengenai desa juga di atur secara detail dalam beberapa
pasal pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 sebagai berikut :
Pasal 11 Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan BPD
Pasal 12 1.
Pemerintahan Desa sebagaimana imaksud dalam pasal 11 terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.
2. perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari Sekretaris
Desa dan Perangkat Desa lainnya. 3.
Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terdiri atas : a.
sekretaris desa b.
pelaksana teknis lapangan c.
unsur kewilayahan. 4.
Jumlah perangkat desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
5. susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa di tetapkan dengan
peraturan desa.
1 Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan , dan kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
2 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Kepala
Desa mempunyai wewenang : a.
memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD
b. mengajukan rancangan peraturan desa
c. menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama
BPD d.
menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD
e. membina kehidupan masyarakat desa
f. membina perekonomian desa
g. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
h. mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang- undangan; dan
i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 15 1
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 14, Kepala Desa mempunyai kewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat
d. melaksanakan kehidupan demokrasi
e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas
dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme f.
menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa
g. menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan
h. menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik
i. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan
desa j.
melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa k.
mendamaikan perselisihan masyarakat di desa l.
mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa m.
membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat
n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup
Universitas Sumatera Utara
2 Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Kepala Desa
mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada BupatiWalikota, memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada BPD, serta mengimformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.
3 Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 disampaikan kepada BupatiWalikota melalui camat 1 satu kali dalam satu tahun.
4 Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 disampaikan 1 satu kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD
5 Mengimformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat 2, dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam
berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media lainnya.
6 Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 digunakan oleh
BupatiWalikota sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut
7 Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan kepada
BupatiWalikota melalui cmat dan kepada BPD.
Pasal 16 Kepala Desa dilarang :
a. menjadi pengurus partai politik
b. merangkap jabatan sebagai Ketua danatau Anggota BPD, dan lembaga
kemasyarakatan di desa bersangkutan c.
merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD. d.
terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala daerah
e. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain f.
Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang danatau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang
akan dilakukannya
g. Menyalahgunakan wewenang; dan
h. Melanggar sumpahjanji jabatan.
Universitas Sumatera Utara
I.6. Definisi Konsep
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi mengatakan bahwa konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan generalisasi dari sejumlah
karakterisitik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu. Defenisi konsep dimaksudkan untuk menghindari interpretasi ganda dari
variabel yang akan diteliti. Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :
1. Implementasi
Yang dimaksud dengan implementasi disini adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu kebijaksanaan sampai mencapai tujuan
yang diinginkan. Yang mana pelaksana dari kebijaksanaan tersebut adalah Pemerintahan Desa Kampung Baru, Kecamatan Bilah Barat Kabupaten
Labuhan Batu.
2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data
dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat fisik
material maupun nonfisik mental dan spritual dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik. Dan keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan
keputusan dan dalam mengimplementasikan program, serta masyarakat menikmati keuntungan-keuntungan dari program tersebut
Universitas Sumatera Utara
I.7. Defenisi Operasional