Resume perencanaan partisipatif

(1)

RESUME

PERENCANAAN PARTISIPATIF

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PERENCANAAN

PARTISIPATIF

DOSEN: DR. FRANS DIONE, S.IP., M.Si

DISUSUN OLEH

NAMA : NICKEN PARAMEGA LESTARI

KELAS/PRODI : G/ MANAJEMEN PEMBANGUNAN

NPP : 25.0996

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

CILANDAK, JAKARTA


(2)

PERENCANAAN PARTISIPATIF

Oleh: Tim Dosen Universitas Esa Unggul (2014)

A. KONSEP PERENCANAAN

“Planning as a process for determining appropriate future action through a sequence of choices” (Faludi, 1973:11).

Planning a continuous process: Perencanaan menekankan tidak saja “produk” melainkan juga “proses”. Penilaian atas sukses tidaknya satu kegiatan perencanaan diukur baik dari proses maupun outputnya. Sebagian perencana lebih konsern pada proses, sementara sebagian lain konsern pada output/hasil. Proses yang baik belum tentu menjamin output yang baik dan begitu sebaliknya. Sebagai proses, planning, dengan demikian, terkait erat dengan siklus management.

To plan means to choose, to decide: Merencanakan berarti melakukan pilihan-pilihan dan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dapat dilakukan apabila terdapat berbagai alternatif, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Proses pengambilan keputusan ini bisa sangat ‘akademik-scientifik’ bisa juga sangat’politis’ ataupun ‘intuitif’.

Planning as a means of allocating resources: Planning diperlukan karena persediaan sumberdaya terbatas, sementara peruntukan dan kebutuhannya sangat beragam.

Planning as a means of achieving goals: Planning merupakan alat untuk mencapai tujuan, sehingga planning berorientasi pada action/tindakan.

Planning for the future: Perencanaan cenderung berorientasi ke masa depan, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Cakupan Perencanaan

1. National security planning;

2. Economic planning (trade policy, development planning, income redistribution, employment planning, sectoral planning);

3. Social Planning (community participation, empowerment, development, resettlement, social welfare services);

4. Environmental planning (water resources, resource conservation);

5. City Planning (land use, zoning, transport, housing, urban park, urban design);

6. Regional planning (regional economic, regional transportation, natural resource planning).


(3)

1. Top Down

Ciri-Ciri: Dilakukan oleh sekelompok elit politik, melibatkan lebih banyak teknokrat, mengandalkan otorias dan diskresi, argumentasi (Efisiensi, penegakan aturan (enforcement), konsistensi input-target-output, publik/masyarakat masih sulit dilibatkan).

2. Bottom Up

Ciri-Ciri: Dilaksanakan secara kolektif, melibatkan undur-unsur governance, mengandalkan persuasi, co-production, argumentasi (efektivitas, kinerja (performance, outcome), bukan sekedar hasil seketika, social virtue (kearifan sosial), masyarakat diasumsikan sudah paham hak-hak dan apa yang mereka butuhkan).

B. KONSEP PARTISIPATIF

 Dalam perkembangannya, kata ‘partisipasi’ seringkali diucapkan dan ditulis berulang ulang, namun kurang dipraktikkan sehingga cenderung kehilangan makna.

Partisipasi

Partisipasi, peran serta, ikut serta, keterlibatan, proses belajar bersama, saling memahami, menganalisis, merencanakan, dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.

Partisipasi

Mikkelsen→ enam tafsiran partisipasi:

1. kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan;

2. usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menanggapi proyek-proyek pembangunan;

3. proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan partisipasi;

4. pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial;

5. keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri; 6. keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Partisipasi

Conyers → lima cara untuk mewujudkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan :

1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan; 2. Memanfaatkan petugas lapangan, selain melaksanakan tugasnya sebagai agen

pembaharuan juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan; 3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi kiranya memberikan peluang yang semakin


(4)

4. Perencanaan melalui pemerintah lokal

5. Menggunakan strategi pengembangan komunitas (community development).

Tingkatan Partisipasi

Selanjutnya ”delapan jenjang partisipasi” tersebut dikelompokan kedalam tiga tingkatan berdasarkan ”tingkat kehakikatanya”, yaitu :

1. Tidak ikut serta (non participation), adalah tingkat dimana tujuan dari ”peran serta masyarakat” adalah ”mendidik” dan “mengobati” masyarakat yang ”berperan serta”.

2. Tingkat penghargaan atau formalitas (degrees of tokenism), yaitu tingkat menyampaikan informasi, konsultasi dan peredaman. Masyarakat didengar dan diperkenalkan berpendapat, tetapi tidak memiliki kemampuan mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan secara sungguh-sungguh oleh penentu kebijakan (decision maker).

3. Tingkat kekuatan masyarakat/ degrees of citizen power, (kemitraan, pendelegasian kekuasaan, pengawasan masyarakat), masyarakat memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan dengan menjalankan kemitraan dengan kesetaraan kekuatan (equal bargaining power), atau pendelegasian kekuasaan dan pengawasan masyarakat.

Tingkatan Partisipasi

Mo tivasi

Partisipasi

1. Takut/ Terpaksa. Motivasi partisipasi ini biasanya akibat adanya perintah dari atasan atau bersifat kaku, sehingga masyarakat terpaksa dan seakan-akan berpatisipasi melaksanseakan-akan rencana yang sudah ditentukan.


(5)

2. Ikut-ikutan. Motivasi partisipasi ini biasanya didorong oleh rasa solidaritas yang tinggi (keseganan bila tidak ikut terlibat) di antara sesama anggota masyarakat desa. Keikutsertaan mereka merupakan perwujudan kebersamaan apalagi yang memulai adalah pimpinan mereka (dukuh atau tokoh masyarakat yang berpengaruh).

3. Kesadaran. Yaitu partisipasi yang timbul karena kehendak dari pribadi anggota masyarakat. Hal ini terjadi karena kesadaran sudah ada.

Hambatan Partisipasi

 Penyebab ketidaksiapan masyarakat dalam berpartisipasi:

1. Kemiskinan, sehingga menciptakan keterbatasan waktu dan tenaga untuk menghadiri pertemuan-pertemuan serta tidak memperhatikan lingkungan.

2. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan yang efektif yang dapat menggerakan masyarakat di suatu lingkungan.

3. Lemahnya rasa kebersamaan (khususnya dilingkungan yang relatif baru dan elit).

4. Adanya perbedaan kepentingan dan keengganan untuk mengutarakan pendapat.

5. Tidak ada kesadaran bahwa masyarakat dan individu mempunyai hak untuk berpartisipasi.

C. DASAR-DASAR PERENCANAAN PARTISIPATIF

Perencanaan Partisipatif

Perencanaan partisipatif (participatory planning): Perencanaan melalui mekanisme partisipasi masyarakat. Masyarakat dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang turut berperan serta secara aktif, baik dalam hal penyusunan maupun implementasi rencana → masyarakat merupakan stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah produk rencana.

Proses Perencanaan Partisipatif

1. Perencanaan program harus berdasarkan fakta dan kenyataan dimasyarakat,

2. Program harus memperhitungkan kemampuan masyarakat dari segi teknik, ekonomi dan sosialnya,

3. Program harus memperhatikan unsur kepentingan kelompok dalam masyarakat,

4. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program, 5. Pelibatan sejauh mungkin organisasi-organisasi yang ada,

6. Program hendaknya memuat program jangka pendek dan jangka panjang, 7. Memberi kemudahan untuk evaluasi,


(6)

8. Program harus memperhitungkan kondisi, uang, waktu, alat dan tenaga (KUWAT) yang tersedia.

D. METODE PERENCANAAN PARTISIPATIF

o Participatory Rural Appraisal (PRA)

PRA: metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk, dan bersama dengan masyarakat untuk mengetahui, menganalisa dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multi-disiplin dan keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan. Teknik-teknik: Secondary Data Review (SDR) – Review Data Sekunder, Direct Observation – Observasi Langsung, Semi-Structured Interviewing (SSI) – Wawancara Semi Terstruktur, Focus Group Discussion – Diskusi Kelompok Terfokus, Preference Ranking and Scoring, Direct Matrix Ranking, Peringkat, Kesejahteraan, Pemetaan Sosial, Transek (Penelusuran), Kalender Musim, Alur Sejarah, Analisa Mata Pencaharian, Diagram Venn, Kecenderungan dan Perubahan.

o Kaji-Tindak Partisipatif (KTP)

KTP adalah istilah program sedangkan esensinya menunjuk pada metodologi Participatory Learning and Action (PLA). Participatory Learning and Action (PLA) atau belajar dari bertindak secara partisipatif; belajar dan bertindak bersama, aksi-refleksi partisipatif.

o Participatory Research and Development (PRD)

Penelitian mengenai partisipasi dan pembangunan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)

Teknik RRA berkembang karena adanya ketidak puasan penggunaan kuisioner pada metode penelitian konvensional. Pendekatan dalam RRA hampir sama dengan PRA. Perbedaan yang menonjol dari kedua pendekatan ini adalah dari segi partisipasi masyarakat. RRA lebih bersifat penggalian informasi, sedangkan PRA dilaksanakan bersama-sama masyarakat (let them do it), mulai dari pengumpulan informasi, analisa sampai pada perencanaan program.


(7)

Teoritisasi dalam PAR dimulai dengan pengungkapan-pengungkapan dan penguraian secara rasional dan kritis terhadap praktek-praktek sosial mereka.

o Metode PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan)

Metode PPKP: salah satu metode perencanaan partisipatif yang bertujuan untuk menggali permasalahan yang ada di masyarakat, penyebab terjadinya masalah, dan cara mengatasinya dengan menggunakan sumberdaya lokal atas prinsip pemberdayaan masyarakat.

o Metode Participatory Learning Methods (PLM)

Model pembelajaran partisipatif sebenarnya menekankan pada proses pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan dibangun atas dasar partisipatif (keikutsertaan) peserta pelatihan dalam semua aspek kegiatan pelatihan, mulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan pembelajaran dalam pelatihan.

o Metode Participatory Learning Methods (PLM)-Teknik-teknik

o Metodologi Participatory Assessment (MPA)

MPA merupakan alat yang berguna bagi pembuat kebijakan, manajer program dan masyarakat, sehingga masyarakat setempat dapat memantau kesinambungan pembangunan dan mengambil tindakan yang diperlukan agar menjadi semakin baik.

o Metodologi Participatory Assessment (MPA)

MPA merupakan metode yang ditujukan baik kepada instansi pelaksana maupun kepada masyarakat untuk mencapai kondisi pengelolaan sarana yang berkesinambungan dan digunakan secara efektif.

E. Participatory Rural Appraisal (PRA)

Intinya dari pelaksanaan PRA ditekankan pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan dan peningkatan kemandirian dan kekuatan internal. Partisipasi dalam kaitannya dengan penerapan metode pendekatan PRA lebih ditujukan pada keikutsertaan masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan. Contoh partisipasi masyarakat dalam pembangunan misalnya masyarakat bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dari program yang telah ditetapkan pemerintah, anggota masyarakat berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan. Contoh penerapan partisipasi masyarakat dalam kehidupan masyarakat Indonesia yaitu Mapalus di Minahasa, Makombong di


(8)

Enrekang, Gotong Royong di Jawa, Budaya konsensus (musyawarah) dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.

o Tahapan penerapan partisipasi di Indonesia :

Tahun 1970; Konsep-konsep kemandirian dan prinsip-prinsip pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat telah dicantumkan dalam GBHN, dimana kebijakan pembangunan masih sangat bersifat sentralistik. Tahun 1980; Telah menemukan cara pendekatan dengan partisipasi. Dan berhubung penerapan partisipasi sangat rumit maka penerapannya cenderung kembali ke praktek-praktek sentralistik. Tahun 1999; Dengan keluarnya UU No. 22 Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah maka pendekatan sentralistik mulai diubah ke arah pendekatan desentralistik.

o Alasan Pemilihan Metode PRA

Selama ini program-program pembangunan diturunkan dari atas dan masyarakat tinggal melaksanakan. Program direncanakan oleh lembaga penyelenggara pembangunan tanpa melibatkan secara langsung warga masyarakat yang menjadi sasaran program. Berbagai kritik terhadap pola pengembangan program yang masih bersifat Top Down. Program pembangunan disusun berdasarkan asumsi-asumsi yang keliru sehingga program tidak menyentuh kebutuhan-kebutuhan yang sesungguhnya dirasakan masyarakat. Program yang diturunkan dari pusat tidak melibatkan masyarakat, sehingga masyarakat tidak merasa sebagai pemilik program.

o Tujuan Umum Metode PRA

 Metode PRA muncul dari perhubungan metode-metode partisipasi yang telah berkembang sejak beberapa dekade yang lalu. Metode-metode yang telah terlebih dahulu dikembangkan dan menjadi sumber bagi perkembangan metode pendekatan PRA, seperti :

Dalam bidang pendidikan dikenal Metode Andragogy :Ajaran inti andragogy adalah bahwa pendidikan bukanlah sekedar pengalihani nformasi baku dari guru kepada murid melainkan sesuai dengan sifat dasar orang dewasa sebagai insan mandiri, berpengetahuan tentang dunia nyata yang menjadi lingkungannya dan berpengalaman dalam pemecahan masalah-masalah keseharian

Dalam bidang keilmuan dan penelitian: Riset partisipatif oleh aktivis ( activist participatory research). Analisa Argoekosistem, Antropologi terapan, Riset lapangan pada sistem pertanian, Pengenalan perdesaan dalam waktu singkat (RRA).


(9)

o Prinsip-prinsip PRA :

Belajar dari masyarakat, Orang luar sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku, Saling belajar dan saling berbagi pengalaman, Keterlibatan semua kelompok masyarakat, Santai dan informal, Menghargai kegiatan, Triangulasi, Mengoptimalkan hasil, Belajar dari kesalahan, Orientasi praktis, Keberlanjutan dan selang waktu.

o Tujuan penerapan teknik-teknik PRA

Tujuan penerapan teknik-teknik PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat. Dimana penerapan PRA perlu senantiasa mengacu pada daur pengembangan program dan tujuan –tujuan program.

o Dilema popularitas PRA

 Peningkatan popularitas penggunaan PRA yang terlampau cepat, tanpa dibarengi dengan kesiapan petugas dan masyarakat.

 Penerimaan gagasan PRA oleh suatu lembaga sering terjadi terlalu cepat.  Harapan yang terlampau melambung akan keampuhan PRA.

o Masalah-masalah dalam penerapan PRA :

Permintaan melampaui kemampuan; Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil; Kembali menyuluh; Menjadi penganut fanatik; Mengatasnamakan PRA; Terpatok pada waktu; Kerutinan.

o Bahaya-bahaya dalam penerapan PRA :

Masyarakat sebagai obyek penerapan PRA; Manipulasi partisipasi masyarakat; Mengecewakan masyarakat; Penolakan; Terjadi konflik kebijakan.

o Alternatif Pemecahan Masalah dalam PRA:

Mulai dengan kegiatan kecil, belajar dengan bekerja, bertahap mengembangkan lembaga.

F. Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)

Kata musyawarah berasal dari Bahasa Arab yang menggambarkan bagaimana warga saling berdiskusi memecahkan masalah konflik dan juga problem di masyarakat. Musrenbang adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran yang berjalan yang sesuai dengan level tingkatannya.


(10)

Musrenbang merupakan agenda tahunan di mana warga saling bertemu mendiskusikan masalah yang mereka hadapi dan memutuskan prioritas pembangunan jangka pendek. Ketika prioritas telah tersusun, kemudian di usulkan kepada pemerintah di level yang lebih tinggi, dan melalui badan perencanaan (BAPPEDA) usulan masyarakat dikategorisasikan berdasar urusan dan alokasi anggaran. Musrenbang di kelurahan dilaksanakan selama bulan Januari.

Pendekatan Musrenbang

 Proses penganggaran partisipatif ini menyediakan ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan kebutuhan mereka pada pihak pemerintah.

 Proses Musrenbang juga terjadi di leval kecamatan dan kota demikian pula di provinsi dan nasional.

 Musrenbang merupakan pendekatan bottom-up di mana suara warga bisa secara aktif mempengaruhi rencana anggaran kota dan bagaimana proyek-proyek pembangunan disusun

 Pada mulanya, Musrenbang diperkenalkan sebagai upaya mengganti sistem sentralistik dan top-down.

 Masyarakat di tingkat lokal dan pemerintah punya tanggung jawab yang sama berat dalam membangun wilayahnya.

 Masyarakat seharusnya berpartisipasi karena ini merupakan kesempatan untuk secara bersama menentukan masa depan wilayah.

 Masyarakat juga harus memastikan pembangunan yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kebutuhan

Tujuan Musrenbang

Menampung dan menetapkan kegiatan prioritas sesuai kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari musyawarah perencanaan yang sesuai dengan tingkatan dibawahnya dan menetapkan kegiatan yang dibiayai melalui APBD maupun sumber pendanaan lainnya.

Fungsi Dilaksanakan Musrenbang

Untuk menghasilkan kesepakatan –kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan rencana kerja pemerintah dan rancangan kerja pemerintah daerah, yang menitik beratkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kerja antar kementrian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan antar daerah.

G. Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment)

Berubahnya paradigma pembangunan nasional ke arah demokratisasi dan desentralisasi → kesadaran yang luas tentang perlunya peran serta masyarakat dalam keseluruhan proses dan program pembangunan. Pemberdayaan dan partisipasi muncul sebagai dua kata kunci terkait pembangunan. Pemberdayaan (empowerment)


(11)

berkembang di Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-70-an, dan awal 90-an. Konsep pemberdayaan (empowerment) sebagai upaya memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin. Ide pemberdayaan memiliki dua kecenderungan yaitu primer dan sekunder.

Masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Upaya itu harus terarah, harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran, dan menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalahmasalahyang dihadapinya.

Indikator Pemberdayaan

Kebebasan mobilitas, Kemampuan membeli komoditas ‘kecil’, Kemampuan membeli komoditas ‘besar’, Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputuan rumah tangga, Kebebasan relatif dari dominasi keluarga, Kesadaran hukum dan politik, Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes, Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga.


(1)

8. Program harus memperhitungkan kondisi, uang, waktu, alat dan tenaga (KUWAT) yang tersedia.

D. METODE PERENCANAAN PARTISIPATIF

o Participatory Rural Appraisal (PRA)

PRA: metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk, dan bersama dengan masyarakat untuk mengetahui, menganalisa dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multi-disiplin dan keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan. Teknik-teknik: Secondary Data Review (SDR) – Review Data Sekunder, Direct Observation – Observasi Langsung, Semi-Structured Interviewing (SSI) – Wawancara Semi Terstruktur, Focus Group Discussion – Diskusi Kelompok Terfokus, Preference Ranking and Scoring, Direct Matrix Ranking, Peringkat, Kesejahteraan, Pemetaan Sosial, Transek (Penelusuran), Kalender Musim, Alur Sejarah, Analisa Mata Pencaharian, Diagram Venn, Kecenderungan dan Perubahan.

o Kaji-Tindak Partisipatif (KTP)

KTP adalah istilah program sedangkan esensinya menunjuk pada metodologi Participatory Learning and Action (PLA). Participatory Learning and Action (PLA) atau belajar dari bertindak secara partisipatif; belajar dan bertindak bersama, aksi-refleksi partisipatif.

o Participatory Research and Development (PRD)

Penelitian mengenai partisipasi dan pembangunan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)

Teknik RRA berkembang karena adanya ketidak puasan penggunaan kuisioner pada metode penelitian konvensional. Pendekatan dalam RRA hampir sama dengan PRA. Perbedaan yang menonjol dari kedua pendekatan ini adalah dari segi partisipasi masyarakat. RRA lebih bersifat penggalian informasi, sedangkan PRA dilaksanakan bersama-sama masyarakat (let them do it), mulai dari pengumpulan informasi, analisa sampai pada perencanaan program.


(2)

Teoritisasi dalam PAR dimulai dengan pengungkapan-pengungkapan dan penguraian secara rasional dan kritis terhadap praktek-praktek sosial mereka. o Metode PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan)

Metode PPKP: salah satu metode perencanaan partisipatif yang bertujuan untuk menggali permasalahan yang ada di masyarakat, penyebab terjadinya masalah, dan cara mengatasinya dengan menggunakan sumberdaya lokal atas prinsip pemberdayaan masyarakat.

o Metode Participatory Learning Methods (PLM)

Model pembelajaran partisipatif sebenarnya menekankan pada proses pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan dibangun atas dasar partisipatif (keikutsertaan) peserta pelatihan dalam semua aspek kegiatan pelatihan, mulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan pembelajaran dalam pelatihan.

o Metode Participatory Learning Methods (PLM)-Teknik-teknik

o Metodologi Participatory Assessment (MPA)

MPA merupakan alat yang berguna bagi pembuat kebijakan, manajer program dan masyarakat, sehingga masyarakat setempat dapat memantau kesinambungan pembangunan dan mengambil tindakan yang diperlukan agar menjadi semakin baik.

o Metodologi Participatory Assessment (MPA)

MPA merupakan metode yang ditujukan baik kepada instansi pelaksana maupun kepada masyarakat untuk mencapai kondisi pengelolaan sarana yang berkesinambungan dan digunakan secara efektif.

E. Participatory Rural Appraisal (PRA)

Intinya dari pelaksanaan PRA ditekankan pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan dan peningkatan kemandirian dan kekuatan internal. Partisipasi dalam kaitannya dengan penerapan metode pendekatan PRA lebih ditujukan pada keikutsertaan masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan. Contoh partisipasi masyarakat dalam pembangunan misalnya masyarakat bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dari program yang telah ditetapkan pemerintah, anggota masyarakat berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan. Contoh penerapan partisipasi masyarakat dalam kehidupan masyarakat Indonesia yaitu Mapalus di Minahasa, Makombong di


(3)

Enrekang, Gotong Royong di Jawa, Budaya konsensus (musyawarah) dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.

o Tahapan penerapan partisipasi di Indonesia :

Tahun 1970; Konsep-konsep kemandirian dan prinsip-prinsip pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat telah dicantumkan dalam GBHN, dimana kebijakan pembangunan masih sangat bersifat sentralistik. Tahun 1980; Telah menemukan cara pendekatan dengan partisipasi. Dan berhubung penerapan partisipasi sangat rumit maka penerapannya cenderung kembali ke praktek-praktek sentralistik. Tahun 1999; Dengan keluarnya UU No. 22 Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah maka pendekatan sentralistik mulai diubah ke arah pendekatan desentralistik.

o Alasan Pemilihan Metode PRA

Selama ini program-program pembangunan diturunkan dari atas dan masyarakat tinggal melaksanakan. Program direncanakan oleh lembaga penyelenggara pembangunan tanpa melibatkan secara langsung warga masyarakat yang menjadi sasaran program. Berbagai kritik terhadap pola pengembangan program yang masih bersifat Top Down. Program pembangunan disusun berdasarkan asumsi-asumsi yang keliru sehingga program tidak menyentuh kebutuhan-kebutuhan yang sesungguhnya dirasakan masyarakat. Program yang diturunkan dari pusat tidak melibatkan masyarakat, sehingga masyarakat tidak merasa sebagai pemilik program.

o Tujuan Umum Metode PRA

 Metode PRA muncul dari perhubungan metode-metode partisipasi yang telah berkembang sejak beberapa dekade yang lalu. Metode-metode yang telah terlebih dahulu dikembangkan dan menjadi sumber bagi perkembangan metode pendekatan PRA, seperti :

Dalam bidang pendidikan dikenal Metode Andragogy :Ajaran inti andragogy adalah bahwa pendidikan bukanlah sekedar pengalihani nformasi baku dari guru kepada murid melainkan sesuai dengan sifat dasar orang dewasa sebagai insan mandiri, berpengetahuan tentang dunia nyata yang menjadi lingkungannya dan berpengalaman dalam pemecahan masalah-masalah keseharian

Dalam bidang keilmuan dan penelitian: Riset partisipatif oleh aktivis ( activist participatory research). Analisa Argoekosistem, Antropologi terapan, Riset lapangan pada sistem pertanian, Pengenalan perdesaan dalam waktu singkat (RRA).


(4)

o Prinsip-prinsip PRA :

Belajar dari masyarakat, Orang luar sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku, Saling belajar dan saling berbagi pengalaman, Keterlibatan semua kelompok masyarakat, Santai dan informal, Menghargai kegiatan, Triangulasi, Mengoptimalkan hasil, Belajar dari kesalahan, Orientasi praktis, Keberlanjutan dan selang waktu.

o Tujuan penerapan teknik-teknik PRA

Tujuan penerapan teknik-teknik PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat. Dimana penerapan PRA perlu senantiasa mengacu pada daur pengembangan program dan tujuan –tujuan program.

o Dilema popularitas PRA

 Peningkatan popularitas penggunaan PRA yang terlampau cepat, tanpa dibarengi dengan kesiapan petugas dan masyarakat.

 Penerimaan gagasan PRA oleh suatu lembaga sering terjadi terlalu cepat.

 Harapan yang terlampau melambung akan keampuhan PRA. o Masalah-masalah dalam penerapan PRA :

Permintaan melampaui kemampuan; Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil; Kembali menyuluh; Menjadi penganut fanatik; Mengatasnamakan PRA; Terpatok pada waktu; Kerutinan.

o Bahaya-bahaya dalam penerapan PRA :

Masyarakat sebagai obyek penerapan PRA; Manipulasi partisipasi masyarakat; Mengecewakan masyarakat; Penolakan; Terjadi konflik kebijakan.

o Alternatif Pemecahan Masalah dalam PRA:

Mulai dengan kegiatan kecil, belajar dengan bekerja, bertahap mengembangkan lembaga.

F. Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)

Kata musyawarah berasal dari Bahasa Arab yang menggambarkan bagaimana warga saling berdiskusi memecahkan masalah konflik dan juga problem di masyarakat. Musrenbang adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran yang berjalan yang sesuai dengan level tingkatannya.


(5)

Musrenbang merupakan agenda tahunan di mana warga saling bertemu mendiskusikan masalah yang mereka hadapi dan memutuskan prioritas pembangunan jangka pendek. Ketika prioritas telah tersusun, kemudian di usulkan kepada pemerintah di level yang lebih tinggi, dan melalui badan perencanaan (BAPPEDA) usulan masyarakat dikategorisasikan berdasar urusan dan alokasi anggaran. Musrenbang di kelurahan dilaksanakan selama bulan Januari.

Pendekatan Musrenbang

 Proses penganggaran partisipatif ini menyediakan ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan kebutuhan mereka pada pihak pemerintah.

 Proses Musrenbang juga terjadi di leval kecamatan dan kota demikian pula di provinsi dan nasional.

 Musrenbang merupakan pendekatan bottom-up di mana suara warga bisa secara aktif mempengaruhi rencana anggaran kota dan bagaimana proyek-proyek pembangunan disusun

 Pada mulanya, Musrenbang diperkenalkan sebagai upaya mengganti sistem sentralistik dan top-down.

 Masyarakat di tingkat lokal dan pemerintah punya tanggung jawab yang sama berat dalam membangun wilayahnya.

 Masyarakat seharusnya berpartisipasi karena ini merupakan kesempatan untuk secara bersama menentukan masa depan wilayah.

 Masyarakat juga harus memastikan pembangunan yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kebutuhan

Tujuan Musrenbang

Menampung dan menetapkan kegiatan prioritas sesuai kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari musyawarah perencanaan yang sesuai dengan tingkatan dibawahnya dan menetapkan kegiatan yang dibiayai melalui APBD maupun sumber pendanaan lainnya.

Fungsi Dilaksanakan Musrenbang

Untuk menghasilkan kesepakatan –kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan rencana kerja pemerintah dan rancangan kerja pemerintah daerah, yang menitik beratkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kerja antar kementrian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan antar daerah.

G. Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment)

Berubahnya paradigma pembangunan nasional ke arah demokratisasi dan desentralisasi → kesadaran yang luas tentang perlunya peran serta masyarakat dalam keseluruhan proses dan program pembangunan. Pemberdayaan dan partisipasi muncul sebagai dua kata kunci terkait pembangunan. Pemberdayaan (empowerment)


(6)

berkembang di Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-70-an, dan awal 90-an. Konsep pemberdayaan (empowerment) sebagai upaya memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin. Ide pemberdayaan memiliki dua kecenderungan yaitu primer dan sekunder.

Masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Upaya itu harus terarah, harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran, dan menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalahmasalahyang dihadapinya.

Indikator Pemberdayaan

Kebebasan mobilitas, Kemampuan membeli komoditas ‘kecil’, Kemampuan membeli komoditas ‘besar’, Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputuan rumah tangga, Kebebasan relatif dari dominasi keluarga, Kesadaran hukum dan politik, Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes, Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga.