Profil I, Kanal, T dan Siku Tegangan Puntir pada Profil I Torsi Murni Saint-Venant’s Torsion Torsi terpilin Warping

Universitas Sumatera Utara τ = γ.G = t.G . ø = ,. . 2.8 Dari teori elastisitas, ; terjadi ditengah dari sisi panjang penampang persegi dan bekerja sejajar sisi panjang tersebut. Besarnya merupakan fungsi dari rasio bt dan dirumuskan sebagai: ; = 3 ., . 2 2.9 Dan konstanta torsi penampang persegi adalah: C = . D. 9 2.10 Besarnya nilai dan tergantung dari rasio bt, dan ditampilkan dalam tabel 2.1 B bt 1,0 1,2 1,5 2,0 2,5 3,0 4,0 5,0 ∞ 4,81 4,57 4,33 3,88 3,88 3,75 3,55 3,44 3,0 0,141 0,166 0,196 0,229 0,249 0,263 0,281 0,291 0,333 Tabel 2.1 Harga dan Untuk Persamaan 2.9 dan 2.10

II.2.4 Profil I, Kanal, T dan Siku

Dari Tabel tampak untuk bt yang besar maka harga dan akan cenderung konstan. Untuk penampang-penampang berbentuk I, kanal, T dan siku, maka perhitungan konstanta torsinya diambil dari penjumlahan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara konstanta torsi masing-masing komponennya yang berbentuk persegi, sehingga dalam hal ini: C = ∑ 1 . D. 9 1 2.11

II.2.5 Tegangan Puntir pada Profil I

Pembebanan pada bidang yang tak melalui pusat geser akan mengakibatkan batang terpuntir jika tidak ditahan oleh pengekang luar. Tegangan puntir akibat torsi terdiri dari tegangan lentur dan geser. Tegangan ini harus digabungkan dengan tegangan lentur dan geser yang bukan disebabkan oleh torsi. Torsi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni torsi murni pure torsionalSaint-Venant’s torsion dan torsi terpilin warping torsion. Torsi murni mengasumsikan bahwa penampang melintang yang datar akan tetap datar setelah mengalami torsi dan hanya terjadi rotasi saja. Penampang bulat adalah satu-satunya keadaan torsi murni. Torsi terpilin timbul bila flens berpindah secara lateral selama terjadi torsi. Gambar 2.6 Penampang dengan Beban Torsi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

II.2.6 Torsi Murni Saint-Venant’s Torsion

Seperti halnya kelengkungan lentur perubahan kemiringan per satuan panjang dapat diekspresikan sebagai MEI = F , yakni momen dibagi kekakuan lentur sama dengan kelengkungan, maka dalam torsi murni momen M dibagi kekakuan torsi GJ sama dengan kelengkungan torsi perubahan sudut puntir ø per satuan panjang. = C ø 2.12 Dengan: M : Momen torsi murni Saint-Venant’s Torsion G : Modulus Geser J : Konstanta torsi Menurut persamaan 2.6 tegangan akibat sebanding dengan jarak ke pusat torsi.

II.2.7 Torsi terpilin Warping

Sebuah balok yang memikul torsi , maka bagian flens tekan akan melengkung ke salah satu sisi lateral, sedang flens tarik melengkung ke sisi lateral lainnya. Penampang pada Gambar memperlihatkan balok yang puntirannya ditahan diujung-ujung, namun flens bagian atas berdeformasi ke Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara samping arah lateral sebesar H . Lenturan ini menimbulkan tegangan normal lentur tarik dan tekan serta tegangan geser sepanjang flens. Secara umum torsi pada balok dianggap sebagai gabungan antara torsi murni dan torsi terpilin. Gambar 2.7 Torsi pada Profil I

II.2.8 Persamaan diferensial untuk torsi pada profil I