Penyediaan fasilitas untuk kesehatan satwa

ada kemungkinan dapat mencelakai satwa ? 6. Apakah semua bangunan dan perlengkapan termasuk peralatan listrik yang terpasang tidak menimbulkan resiko atau tidak mengganggu jalannya pekerjaan operasional ? 1 5 7. Apakah kandang yang dihuni beserta area yang berdampingan bebas dari sampah dan peralatan ? 2 1 8. Apakah pohon-pohon didalam maupun diluar kandang dalam kondisi aman ? 1 1 9. Apakah standar kebersihan kandang dan ruang pengobatan memuaskan ? 3 1 umber: THPS 2010, KBM 2010 dan PKBSI 2004 Keterangan : 1 = buruk; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik; 5 = memuaskan. Tabel 10 diatas memperlihatkan perbedaan kondisi kandang satwa antara KBM dan THPS. Pohon tempat bergantung diganti dengan enrichment, seperti ayunan dari ban dan papan tempat orangutan memanjat. Terlebih pada kopral, yang menghabiskan waktu sepanjang hari dalam ruang privasi.

c. Penyediaan fasilitas untuk kesehatan satwa

Penyediaan fasilitas untuk kesehatan satwa di KBM dan THPS masih minim. Terlebih di THPS, tidak adanya tenaga medis dokter hewan pada saat pengamatan. Klinik di kebun binatang hanya terbatas sebagai fungsi tempat penyimpanan makanan dan tempat rehabilitasi satwa yang sedang sakit. Penyediaan fasilitas kesehatan bagi satwa merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam perawatan dan keberlangsungan hidup satwa di kebun binatang. Hal ini tercantum dalam pedoman “Standards of Modern Zoo Practice”, dimana fasilitas kesehatan hewan yang harus dilakukan: Universitas Sumatera Utara Tabel 8. Penyediaan Fasilitas Bagi Kesehatan Satwa No. Standard of Modern Zoo Practice KBM THPS 1. Melakukan observasi rutin terhadap satwa yang dilakukan oleh pihak kebun binatang, yaitu keeper satwa. √ √ 2. Dokter Hewan veterinary sugeon, harus melakukan pemeriksaan rutin terhadap kesehatan satwa; merawat satwa yang sakit; memberikan vaksin terhadap pencegahan penyakit satwa; memberikan pelatihan terhadap perawat satwa tentang kebersihan dan kesehatan; memperhatikan nutrisi makanan satwa. √ - 3. Kebun binatang harus mempunyai klinik hewan yang menyediakan fasilitas kesehatan, berupa obat luka, obat-obatan, vitamin, vaksin. √ √ 4. Kebun Binatang harus Mempunyai ruang isolasi satwa yang sakit - √ 5. 6. Sanitasi dan control penyakit. Jarak antara pengunjung dan kandang satwa harus diperhatikan demi meminimalkan penularan penyakit antara manusia dan hewan - √ - - Sumber: Standards of Modern Zoo Practice 2000 Keterangan: √ = dilakukan oleh lembaga konservasi - = tidak dilakukan oleh lembaga konservasi Hasil wawancara pada pihak pengelola dan observasi pada KBM dan THPS berdasarkan standar evaluasi PKBSI 2004, dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tabel bebas dari penyakit dan luka menurut PKBSI 2004 No. Kriteria KBM THPS 1. Apakah semua satwa yang diperagakan dalam kondisi sehat ? 3 4 2. Apakah kondisi fisik dan kesehatan satwa diperiksa setiap hari ? 4 5 3. Apakah memiliki persiapan penanganan segera terhadap satwa yang menderita sakit ataupun terluka ? 3 2 4. Apakah agar tidak berakibat buruk bagi satwa, petugas dilarang merokok ? 2 2 5. Apakah ada program efektif untuk pengontrolan hama termasuk predator ? Hama : hewan pengganggu seperti burung gereja, tikus, dan lain- lain Predator: hewan pemangsa 2 1 6. Apakah catatan pengobatan dan otopsi dilaksanakan dengan baik ? Otopsi : laporan pembedahan hewan yang mati 3 4 7. Apakah pemeriksaan rutin termasuk pemeriksaan parasit dan program preventif juga vaksinasi dilaksanakan ? 3 3 Universitas Sumatera Utara Parasit: organism yang berada diluar didalam hewan yang bersifat merugikan Vaksin: suspense virusbakteri yang lemah mati untuk menimbulkan imunitas preventif = pencegahan 8. Apakah ada fasilitas peralatan medis dalam kebun binatang ? Bila ya apakah lengkap dan terawatt ? Bila tidak apakah tersedia ruang pengobatan yang bersih serta berventilasi untuk pemeriksaan rutin bagi satwa yang sedang diberi penenang ? 4 3 9. Apakah alat transportasi untuk pengobatan atau operasi yang dilakukan diluar kebun binatang tersedia setiap saat ? 4 4 10. Adakah fasilitas perawatan bagi satwa yang menderita sakit, luka atau anak yang dibuang oleh induknya ? 3 4 11. Apakah fasilitas untuk mengumpulkan, mengendalikan, pemberian anastesi, untuk enatasi dan perawatan pasca pembiusan dalam kondisi memuaskan ? Anastesi: obat bius Etanasi: mengakhiri dengan sengaja kehidupan hewan 3 4 12. Apakah ada akomodasi yang terpisah dari satwa lain sehingga satwa yang baru dating dapat diisolasi dan diperiksa sebelum dicampur dengan yang lain ? 4 4 13. Atas saran dokter hewan apakah petugas memakai pakaian pelindung atau perawatan berbeda untuk areal isolasi dan pakaian pelindung dan peralatan itu dibersihkan dan disimpan area tersebut ? 3 2 14. Apakah obat-obatan, vaksin dan produk obat lainnya disimpan secara benar dan aman, kemudian kuncinya hanya dipegang oleh petugas yang berwenang ? Apakah penggunaan obat terkontrol dengan baik ? 4 4 15. Apakah obat-obatan yang kadaluwarsa, limbah kimia dari spuit dan jarum dibuang secara aman dan benar ? 4 4 16. Apakah bahan penangkal yang berpotensi racun disimpan di KB, RS local, dokter hewan atau dokter praktek ? 4 4 Universitas Sumatera Utara 17. Apakah tersedia fasilitas untuk melaksanakan post-mortem dan Apakah fasilitas peralatannya cukup memadai ? Post-mortem : pasca kematian 3 4 18. Apakah pembuangan bangkai dilakukan dengan aman dan benar ? Apakah penanganan satwa mati dilaksanakan secara aman dan benar ? 4 4 Sumber: THPS 2010, KBM 2010 dan PKBSI 2004 Keterangan : 1 = buruk; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik; 5 = memuaskan. Dari beberapa poin di Tabel 8 KBM dan THPS masih jauh dari standar kesehatan. Selama melakukan observasi di dua tempat tersebut, terlebih di THPS kesehatan orangutan tidak dicek secara rutin, pemberian vaksin juga tidak diberikan. Obat- obatan yang dipakai adalah obat yang dikonsumsi sama oleh manusia. Dokter hewan yang mempunyai peranan yang sangat vital justru di THPS ini tidak ada. Tabel 9 menunjukkan standar pengelolaan satwa terhadap penyakit dan luka, hasilnya masih jauh dari memuaskan. Hal ini terlihat dari ketidakadaan dokter hewan di THPS, mengakibatkan prosedur kesehatan satwa di THPS sangat jauh dari baik. KBM masih jauh dari standar kebersihan dan sanitasi yang bagus. Bak air orangutan tidak pernah dibersihkan. Air tidak mengalir sepanjang hari. Nutrisi makanan juga kurang diperhatikan kandungan gizi dan kebersihannya. Pemberian makanan kepada satwa di KBM terkesan asal-asalan saja. Hal ini cukup berbeda dengan kondisi THPS, yang masih memperhatikan kebersihan makanan. Setiap hari diperhatikan oleh penjaga klinik control makanan. Dalam observasi rutin, hal ini tidak ditemukan di lapangan. Keeper satwa kurang memperhatikan segala perubahan yang terjadi pada satwa. Hanya sebatas memperhatikan kondisi sakit atau tidaknya satwa tersebut. Hal ini terlihat saat keeper orangutan memberi makan orangutan, orangutan tidak mau makan. Hal ini Universitas Sumatera Utara menjadi hal yang biasa saja bagi keeper tersebut. Padahal, ada beberapa asumsi apabila orangutan satwa tidak mau makan, seperti: jenuh makanan yang sama, stress, masa birahi, merasa sendiri tidak ada kawan atau mungkin sakit. Hal-hal seperti ini yang sangat kurang dan sering ditemui di lapangan pada saat peneliti melakukan observasi.

d. Penyediaan peluang mengekspresikan perilaku paling normal