Observasi Penyediaan Makanan dan Air

2. Data sekunder Data yang diperoleh dari literatur, seperti buku, penelitian ilmiah, jurnal ilmiah, artikel dan sumber pustaka lainnya Manajemen dan Konservasi Orangutan di Kebun Binatang Metode yang digunakan dalam mengetahui manajemen dan strategi konservasi orangutan di kebun binatang adalah dengan melakukan observasi dan wawancara tentang pengaruh keberadaan orangutan di kebun binatang

a. Observasi

Metode observasi yang dilakukan adalah observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diteliti.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan pengunjung terhadap keberadaan orangutan di kebun binatang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan metode purposive sampling. Menurut Singarimbun dan Sofian 1989, purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dalam hal ini, pertimbangan-pertimbangan yang diambil, seperti: a. Umur pengunjung pria wanita ≥15 sampai dengan ≤50 b. Interviewee adalah pengunjung yang mewakili pengunjung yang datang ke kebun binatang. c. Pengunjung yang datang ke kandang orangutan d. Tidak cacat buta Universitas Sumatera Utara Dari survei awal yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa rata-rata pengunjung pada hari sepi pengunjung adalah 100 orang dan rata-rata pengunjung pada hari ramai pengunjung adalah 300 orang, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah 10 dari jumlah populasi pengunjung. Jumlah sampel yang akan diambil adalah 10 orang pengunjung pada saat sepi pengunjung dan 30 orang pengunjung pada saat ramai pengunjung. Aktivitas Harian Orangutan Pengumpulan data aktivitas harian orangutan rehabilitan dilakukan dengan menggunakan metode focal animal instantaneous atau yang disebut juga dengan focal time sampling Altmann, 1974 ; Paterson, 1992. Pengumpulan data dalam penelitian ini difokuskan pada satu individu orangutan sebagai obyek atau sasaran dalam setiap pengamatan. Namun, setelah dilakukan survei awal pada kedua lokasi penelitian, diketahui bahwa jumlah orangutan di KBM, yaitu: satu orangutan jantan, sedangkan di THPS, dua orangutan jantan. Jadi, semua orangutan diambil untuk dijadikan objek penelitian fokal. Pencatatan data aktivitas hariannya dilakukan setiap 5 menit sebagai “point sample”. Metode ini cocok dengan orangutan yang semi soliter dan memiliki karakter pergerakan yang lambat. Pengamatan aktivitas orangutan rehabilitan dilakukan satu hari penuh, mulai saat orangutan tersebut bangun dipagi hari sekitar pukul 05.30-07.00 WIB sampai dengan tidur dan tidak melakukan aktivitas dimalam hari sekitar pukul 18.00-19.00 WIB. Data aktivitas harian dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan ethogram yang telah dibuat dan mengadopsi dari “Standar Pengambilan Data Universitas Sumatera Utara Orangutan” dari Morrogh-Bernard et al. 2002. Aktivitas utama yang termasuk dalam standar ini terdiri dari 5 tipe aktivitas yaitu : 1. Pergerakan moving : merupakan semua aktivitas perpindahan lokasi yang dilakukan oleh orangutan, termasuk pula perpindahan lokasi yang dilakukan bersama individu orangutan lain. Tetapi aktivitas ini tidak termasuk saat orangutan melakukan pergerakan ketika aktivitas makan berlangsung. 2. Istirahat resting : kondisi ini merupakan kondisi saat orangutan sama sekali tidak melakukan aktivitas apapun sebagai aktivitas utamanya. 3. Makan feeding: merupakan segala aktivitas makan dimana orangutan secara aktif makan, memproses dan mempersiapkan makanan, pergerakan saat makan, minum dan penggunaan alat untuk makan. 4. Sosial social : adalah aktivitas yang melibatkan interaksi orangutan sasaran dengan orangutan lain, baik salah satu orangutan sasaran lain maupun orangutan bukan sasaran yang menjadi pelaku dan penerima selama kontak berlangsung Altmann, 1974 ; Rijksen, 1978. Hal ini dilakukan untuk melihat tingkat sosial dan kecenderungan pada aktivitas sosial orangutan-orangutan tersebut. 5. Pembuatan Sarang nesting : merupakan aktivitas yang tidak dapat dikategorikan ke dalam aktivitas tersebut di atas dan dilakukan secara individual oleh orangutan sasaran. Aktivitas yang dikategorikan dalam aktivitas ini adalah pembuatan sarang. Lama pengamatan pada orangutan sasaran dalam penelitian ini berkisar antara 3 jam hingga 13 jam perhari, tergantung pada aktivitas orangutan sasaran Universitas Sumatera Utara tersebut saat diamati. Pengamatan ini dapat berlangsung secara berturut-turut sampai 5 hari pengamatan. Prosedur untuk mengikuti perilakuaktivitas harian orangutan di kandang kebun binatang, meliputi: 1. Mencatat nama fokal, tanggal pengamatan dan cuaca pada tabulasi data. 2. Kegiatan di catat setiap 5 menit sekali dan aktivitas dicatat apabila dilakukan selama lebih dari lima detik. 3. Kegiatan dan waktu pemberian makan dicatat pada tabulasi data. 4. Kegiatan, cara dan waktu pembersihan kandang. 5. Untuk kolom sosial mencatat semua perilaku yang terdapat pada daftar Perilaku Budaya terlampir. 6. Mencatat jenis, komposisi, dan kuantitas makanan yang diberikan kepada orangutan. 7. Kegiatan istirahat orangutan meliputi tidur, rebah, duduk, bergantung dan berdiri. 8. Kegiatan aksi sendiri meliputi main sendiri, defekasi dan urinasi. Analisis Data 1. Observasi Hasil dari pengumpulan data dari pengamatan disajikan dalam data dan dianalisis dengan teknik analisis kualitatif.

2. Wawancara

Hasil dari pengumpulan data dari wawancara dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif secara deskriptif. Universitas Sumatera Utara

3. Aktivitas harian

Data aktivitas harian diperoleh dari pengamatan yang dilakukan dan dicatat dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Aktivitas Harian Orangutan Nama Orangutan Aktivitas Harian M F R S Fr Fr Fr Fr Catatan : M = Moving bergerak, F = Feeding makan, S = Social sosial, R = Resting istirahat, N = Nesting bersarang, Fr = frekuensi, = persentase. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN

I. AKTIVITAS HARIAN ORANGUTAN

Pengamatan aktivitas harian orangutan di THPS dan KBM dilakukan pada tiga fokal orangutan. Karakteristik fisik dan umur ketiga fokal, disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Orangutan di Taman Hewan Pematang Siantar dan Kebun Binatang Medan No Nama Fokal Lokasi Jenis Kelamin Umur Sumber Orangutan Daerah Asal Status Kepemilikan Kategori Galdikas, 1978 1 Tungir THPS Jantan ± 6½ tahun Diterima tahun 2005, dari Muryono Medan Dipelihara oleh manusia Anak A 2 Kopral THPS Jantan ± 10 tahun Diterima tahun 2005, dari Kodam bukit Barisan Medan Ditangkap dari hutan Remaja R 3 Tamba KBM Jantan ± 25 tahun Diterima tahun 1989, dari Bupati Langkat Langkat Ditangkap dari hutan Dewasa umur muda DM Sumber: THPS 2010, KBM 2010 dan Galdikas 1978 Tungir Kopral Tamba Gambar 1. Orangutan fokal di KBM dan THPS Berdasarkan pengamatan harian ketiga fokal orangutan tersebut diatas, diketahui bahwa Tungir termasuk dalam kategori jantan anak A, Kopral termasuk dalam kategori Remaja R dan Tamba termasuk dalam kategori Dewasa umur muda Universitas Sumatera Utara DM menurut Galdikas 1978, dengan karakteristik menurut tingatan umur seperti dibawah ini: Tabel 4. Kategori Orangutan menurut berdasarkan Umur Jenis Kelamin menurut Galdikas 1978 Katagori Umur Jenis Kelamin Umur tahun Berat kg Sifat Tingkah Laku Sifat Morfologi Anak Tungir Jantan 4-7 5-20 Berpindah bersama, terlepas dari badan induk, kadang- kadang menggunakan sarang bersama induknya dan masih menyusui Wajah masih lebih putih dari hewan yang lebih tua, tetapi lebih gelap dari pada bayi; bercak-bercak putih juga semakin kabur. Remaja Kopral Jantan 7-12 20-30 Benar-benar bebas dari induk, sekalipun kadang-kadang pindah bersama dengan induk atau dengan satuan lain; sangat sosial; berusaha melakukan kopulasi dengan betina Wajah tetap lebih putih dari hewan yang benar-benar dewasa, ukuran lebih kecil daripada betina dewasa Dewasa Umur Muda Tamba Jantan 15-35 ≥ 50 Menyuarakan “seruan panjang”, hidup soliter kecuali bila berpasangan dengan betina tanggap seksual Ukuran besar sekali; bantalan pipi, kantong leher, kerapkali berjanggut, kadang-kadang punggung gundul Sumber: THPS 2010, KBM 2010 dan Galdikas 1978 Selama penelitian dilapangan, orangutan di KBM diamati selama 52, 5 Jam 5 Hari Pengamatan. Hal ini disesuaikan dengan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti selama di lapangan. Hasil pengamatan aktivitas harian orangutan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Perbandingan Aktivitas Harian Orangutan Menurut Tempat yang Berbeda Gambar 2. Menunjukkan bahwa hampir setengah aktivitas harian Tamba selama pengamatan adalah beristirahat, kegiatan meliputi seluruh waktu yang digunakan individu orangutan dengan relatif tidak melakukan kegiatan dalam periode waktu tertentu, baik di dalam maupun di luar sarang, seperti merebahkan diri, duduk, berdiri maupun menggantung. Tamba menghabiskan waktu siang hari pada saat matahari terik dengan beristirahat di ruang privasi Lampiran 3. Tamba duduk dan rebah pada jangka waktu yang lama, yaitu rata-rata selama 211 menit sekitar 3 jam, 50 menit dari 10,5 jam pengamatan dalam sehari. Hal ini dikarenakan oleh karena Tamba hidup sendiri dalam kandang, kegiatan yang dilakukan selain bergerak dan makan, hanyalah tidur, rebah, duduk dan bergantung. Pengamatan aktivitas harian orangutan di KBM dilakukan pada satu fokal orangutan, yaitu: orangutan jantan yang diberi nama Tamba. Hal ini dikarenakan karena orangutan di KBM hanya ada satu ekor saja. Dari hasil wawancara dengan Universitas Sumatera Utara penjaga orangutan keeper, awalnya orangutan di KBM ada dua ekor, namun, pada bulan Februari 2010, orangutan betina mengalami abortus. Hal ini mengakibatkan orangutan betina mengalami komplikasi pada rahim. Kejadian ini, menurut Drh. Fuji, selaku dokter hewan di Kebun Binatang Medan, diakibatkan oleh kurang bersihnya rahim orangutan pada saat mengalami abortus. Demi keselamatan orangutan, pihak kebun binatang mengambil tindakan untuk memindahkan orangutan ke pusat rehabilitasi orangutan di Sibolangit. Namun, orangutan betina tersebut akhirnya mati pada saat ditangani di Sibolangit. Pengamatan yang dilakukan di KBM pada satu ekor orangutan. Hal ini mengakibatkan kegiatan sosial orangutan tidak dapat dilakukan. Hal yang serupa juga terdapat pada kegiatan nesting pembuatan sarang, hal ini dikarenakan orangutan hidup di kandang, orangutan tidak membuat sarang. Sehingga, hanya ada tiga garis besar yang diamati dari perilaku orangutan, yaitu resting istirahat, moving bergerak dan feeding makan. Dari Gambar 2 diperoleh persentase frekuensi setiap kegiatan Tungir dan Kopral. Kegiatan harian Tungir didominasi oleh moving bergerak, sedangkan kegiatan harian Kopral didominasi oleh resting beristirahat. Perbedaan tersebut dikarenakan ruang gerak Kopral terbatas pada ruang privasi yang relatif sempit. Tungir terlihat lebih lincah dan agresif dengan keadaan disekitarnya. Terdapat beberapa perilaku yang membahayakan orangutan dan pengunjung dilakukan oleh orangutan di kandang, hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Perbedaan Perilaku Tungir, Kopral dan Tamba di Kandang No. Nama Fokal Perilaku Universitas Sumatera Utara 1. Tungir 1. Tungir sering mengencingi urinasi pengunjung yang datang ke kandang orangutan. 2. Tungir sering meminta makanan kepada pengunjung 3. Tungir sering menjulurkan lidah kepada pengunjung dan meludahi pengujung. 2. Kopral 1. Kopral tidak memberikan makanan kepada Tungir pada waktu makan, Kopral memakan semua makanan yang diberikan keeper. 2. Kopral sering menyerang Tungir pada saat bermain 3. Kopral sering menyerang keeper pada saat memberi makan dan pada saat membersihkan kandang orangutan. 4. Kopral mau menerima rokok dari pengunjung 5. Kopral mempunyai kebiasaan melempar pengunjung 3. Tamba 1. Tamba menerima rokok dan menghisapnya dari pengunjung 2. Tamba sering menyerang dan melempar harimau di samping kandangnya. Sumber: THPS 2010 dan KBM 2010 Pengamatan Tungir dan Kopral dilakukan bersamaan, pada waktu dan kandang yang sama. Di dalam kandang terdapat ruang privasi yang terpisah antara Tungir dan Kopral. Kopral sengaja dikurung di ruang privasinya sepanjang hari, sedangkan Tungir dikeluarkan dari ruang privasi sehingga dapat bermain bebas di ruang bermain orangutan yang lebih luas. Kopral sengaja dikurung di dalam ruang privasi karena Kopral sering melakukan hal-hal yang membahayakan bagi Tungir apabila Tungir dan Kopral disatukan dalam ruang bermain. Pergerakan Tungir yang lincah terlihat dari apabila ada pengunjung yang datang ke kandang orangutan maka Tungir langsung mendekati pengunjung dan meminta makanan Lampiran 4. Apabila sudah mendapat makanan dan pengunjung pergi, maka Tungir akan segera bergerak ke ruang privasinya ataupun ayunan. Pihak taman hewan tidak ada yang menjaga kandang sepanjang hari. Hal ini mengakibatkan banyak pengunjung yang sembarangan memberikan makanan kepada orangutan. Seharusnya, ada spesifikasi makanan didepan kandang agar pengunjung tidak memberi sembarang makanan pada orangutan dan petugas seharusnya menjaga kandang sepanjang hari. Universitas Sumatera Utara Aktivitas harian orangutan pada kebun binatang hampir sama dengan aktivitas harian orangutan di kawasan konservasi in-situ. Kegiatan didominasi dengan istirahat. Dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 2. Aktivitas Harian Orangutan di Kawasan Konservasi In-Situ, Bukit Lawang Fokal minah menghabiskan waktu aktivitas hariannya untuk beristirahat 60,2, bergerak pindah 16,5, makan 15,1, interaksi sosial 5,6 dan bersarang 2,6 Lampiran 4. Waktu aktivitas harian fokal Minah sangat berbeda dengan pernyataan Fox et al. 2004 dimana dijelaskan pada umumya orangutan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk makan 55 dan istirahat 25. Fokal Jenggot menghabiskan waktu aktivitas hariannya untuk beristirahat 48,3, makan 40,7, bergerak pindah 9,4 dan bersarang 1,6 Lampiran 5. Fokal Jenggot lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat beristirahat dan makan Zendrato, 2009. Perbedaan aktivitas harian orangutan di dua kawasan ini terlihat dari kegiatan bersarang orangutan, dimana kegiatan bersarang di kebun binatang tidak dilakukan orangutan. Kegiatan bersarang hanya dilakukan di alam. Kegiatan yang Universitas Sumatera Utara hampir sama adalah istirahat, dimana Kopral di KBM menghabiskan 50,1 waktu beristirahat dan Jenggot di Bukit Lawang menghabiskan waktu 48,3 untuk istirahat. Di alam sendiri orangutan menghabiskan waktu beristirahat lebih banyak dikarenakan karena beberapa faktor seperti ketersediaan makanan Zendrato, 2009, apabila musim buah orangutan akan semakin mudah mendapatkan makanan, sehingga waktu jelajah akan semakin sedikit. Sedangkan di kebun binatang dikarenaka karena faktor umur, ketidakadaan fokal dan fasilitas mengekspresikan perilaku paling normal. Berdasarkan hasil yang terlihat pada Gambar 1, maka Tungir merupakan fokal yang paling agresif dibandingkan fokal lainnya. Istirahat mendominasi kegiatan harian Kopral. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Umur orangutan, semakin tua, orangutan pergerakannya lebih lamban dan sangat soliter, seperti yang dinyatakan dalam Galdikas, yaitu orangutan dewasa gerakannya sangat lamban dan hidup soliter kecuali berpasangan dengan betina tanggap seksual. 2. Kondisi kandang, kandang yang dilengkapi dengan enrichment tempat seperti habitat, seperti ayunan, tiruan pohon akan lebih menarik perhatian orangutan untuk bermain. 3. Makanan, apabila ketersediaan makanan baik, orangutan tidak akan meminta-minta makanan kepada pengunjung. 4. Pengunjung kandang orangutan, hal ini sangat berpengaruh juga terhadap perilaku orangutan, dimana pada saat pengunjung datang orangutan Tungir akan mendekat dan sering pamer akan kebolehannya berayun-ayun dan memainkan ban. Universitas Sumatera Utara 5. Keberadaan fokal orangutan lain, apabila tidak ada orangutan di kandang, maka dia tidak bisa kontak berinteraksi. Perilaku Sosial Orangutan Selama melakukan pengamatan aktivitas harian orangutan di THPS, penulis menemukan bahwa, perilaku sosial Tungir dan Kopral menyimpang. Pada beberapa jam pengamatan Kopral melakukan kopulasi dengan Tungir Lampiran 6. Terkadang Kopral main sendiri masturbasi, begitu juga dengan Tungir. Perilaku sosio-seksual Kopral dan Tungir ini sering terjadi selama pengamatan dilakukan. Kopral dan Tungir melakukan kontak satu sama lain walaupun berbeda kandang. Hal-hal yang sering dilakukan adalah: 1. Kopral mengelus-elus kepala Tungir dan menarik tangan Tungir 2. Kopral memainkan kelamin di depan Tungir dan menarik Tungir. 3. Kopral dan Tungir saling berpelukan ada ataupun tidak ada pengunjung. 4. Kopral sering memperliatkan kelaminnya kepada pengunjung dan juga kepada keeper orangutan. 5. Kopral memainkan alat kelamin sendiri dengan botol yang diberikan pengunjung Lampiran 6. Perilaku seks orangutan yang termasuk kedalam homoseks pada primata. Hal seperti ini juga ditemui pada penelitian Kuncoro 2004, yang menemukan perilaku sosio-seksual pada orangutan jantan. Kondisi-kondisi pada orangutan rehabilitan atau saat dalam kandang memungkinkan orangutan melakukan perilaku abnormal, seperti masturbasi dan homoseksual Rijksen, 1978 ; Maple, 1980. Asumsi lain yang menyebabkan perilaku sosio-seksual ini disebabkan tidak adanya orangutan betina dalam kandang tersebut. Universitas Sumatera Utara Aktivitas sosial pada orangutan di KBM hampir tidak pernah terjadi, hal ini dikarenakan karena orangutan jantan Tamba hidup sendiri dalam kandang. Kandang orangutan berada disamping kandang harimau. Pada beberapa menit pengamatan orangutan sering terlihat seperi marah kepada harimau dengan mengeluarkan suara panjang long call. Kemudian Tamba melempar harimau dengan batu ataupun benda-benda yang ada di dalam kandang. Tamba sering melempar ban ke arah harimau walaupun berbeda kandang. Asumsi yang timbul adalah orangutan jenuh di kandang dan mencari hal lain untuk mengisi kejenuhannya. TINGKAT KESEJAHTERAAN ORANGUTAN Kesejahteraan orangutan dapat dilihat dari aspek-aspek seperti, penyediaan makanan dan air; penyediaan lingkungan yang sesuai; penyediaan fasilitas untuk kesehatan satwa; penyediaan peluang mengekspresikan perilaku paling normal; penyediaan perlindungan dari ketakutan dan stress. Aspek-aspek yang ditinjau dalam menilai kesejahteraan orangutan, yaitu:

a. Penyediaan Makanan dan Air

Makanan dan air merupakan kebutuhan semua mahluk hidup, termasuk orangutan. Orangutan memanfaatkan buah, bunga daun, kuncup dan kulit kayu serta cairan dari berbagai species pohon, tanaman menjalar dan tanaman lain dan juga berbagai tanaman merambat yang kecil, anggrek, akar alang-alang air, rayap ulat, semut, jamur, madu, pangkal dan batang tunas rotan muda, tanaman menjalar, Universitas Sumatera Utara epifit, pakis dan palma kecil. Kebanyakan jenis makanan orangutan 74 berasal dari species pepohonan. Galdikas, 1978. Penyediaan makanan dan air harus mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Hal ini menyangkut kepada keberlangsungan hidup orangutan. Penyediaan makanan di KBM dan THPS tidak mengacu pada standar pengelolaan orangutan di kandang. Hal ini dituturkan oleh keeper orangutan di kedua tempat tersebut. Pemberian makan sangat kondisional, tergantung cuaca dan kondisi badan orangutan. Merujuk pada Pedoman Evaluasi Taman Satwa dan Akuaria Indonesia yang dikeluarkan PKBSI tahun 2004, hasil observasi dan wawancara perawatan makan, ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6. Evaluasi satwa bebas dari Kelaparan dan Kehausan No. Kriteria KBM THPS 1. Apakah kuantitas dan kualitas pakan yang disediakan untuk satwa sudah memuaskan ? 2 3 2. Apakan variasi jenis pakan untuk satwa mendapatkan perhatian ? 5 4 3. Apakan kebutuhan pakan untuk satwa betina bunting dan yang sedang menyusui sudah sesuai ? 4 4 4. Apakah penetapan menu pakan melibatkan ahli nutrisi satwa termasuk dokter hewan dan biologi ? 3 5 5. Apakah suplai pakan dan minuman yang disimpan, dipersiapkan, dan diberikan kepada satwa dalam kondisi sehat ? 4 5 6. Apakah pakan didistribusi ke seluruh areal kandang sehingga satwa terdorong untuk bergerak mencarinya sendiri 1 1 7. Apakah pakan diletakkan sedemikian rupa sehingga resiko 1 1 Universitas Sumatera Utara terkontaminasi tanah dapat dikurangi ? 8. Apakah Kebersihan Tempat Pakan Satwa Dijaga ? 4 1 9. Apakah pakan yang diberikan diyakini dimakan oleh satwa ? 5 3 10. Bila pengunjung diperbolehklan untuk memberikan pakan satwa, apakah dibatasi hanya dengan pakan yang telah disediakan oleh menejemen ? 1 3 11. Apakah area penyimpanan pakan satwa terpisah dari area penyiapan makanan manusia ? 5 4 12. Apakah kulkas digunakan ? bila ya, apakah peralatan tersebut diservis dan diperiksa temperaturnya secara teratur ? 4 5 13. Apakah freeser digunakan ? biola ya, apakah peralatan tersebut diservis dan diperiksa temperaturnya secara teratur ? 1 1 14. Apakah suplai air minum yang disimpan, dipersipakan, dan diberikan kepada satwa dalam kondisi sehat ? 2 3 15. Apakah kuantitas air minum yang diberikan diyakini mencukupi ? 2 2 16. Apakah air minum diletakkan pada tempat sedemikian rupa sehingga resiko terkontaminasi tanah dapat dihindari ? 1 4 Sumber: THPS 2010, KBM 2010 dan PKBSI 2004 Keterangan : 1 = buruk; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik; 5 = memuaskan. Tabel 6 memperlihatkan perbedaan dalam pola makan orangutan di KBM dan THPS. Standar yang dibuat oleh PKBSI merujuk juga pada SMZP yang ada pada tabel 12. Terlihat perbedaan nyata pada setiap perlakuan yang menjadi ukuran evaluasi kesejahteraan satwa. Kandungan gizi dan kuantitas makanan kurang diperhatikan dalam penyediaan makanan. Namun, jika dibandingkan dengan THPS asupan makanan penambah tenaga dan vitamin lebih banyak di KBM, yaitu tambahan susu dan beberapa vaksin serta puding penambah tenaga. Hal yang serupa juga terlihat pada Universitas Sumatera Utara penyediaan air. Di KBM, penyediaan air sangat tidak sehat. Bak air tidak pernah dibersihkan dan air jarang diisi. Berbeda dengan di THPS, setiap hari bak air dikuras dan diisi dengan air.

b. Penyediaan lingkungan yang sesuai