2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari literatur, seperti buku, penelitian ilmiah, jurnal ilmiah, artikel dan sumber pustaka lainnya
Manajemen dan Konservasi Orangutan di Kebun Binatang
Metode yang digunakan dalam mengetahui manajemen dan strategi konservasi orangutan di kebun binatang adalah dengan melakukan observasi dan
wawancara tentang pengaruh keberadaan orangutan di kebun binatang
a. Observasi
Metode observasi yang dilakukan adalah observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau tempat
berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diteliti.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan pengunjung terhadap keberadaan orangutan di kebun binatang. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara dengan metode purposive sampling. Menurut Singarimbun dan Sofian 1989, purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang bersifat
tidak acak dan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dalam hal ini, pertimbangan-pertimbangan yang diambil, seperti:
a. Umur pengunjung pria wanita
≥15 sampai dengan ≤50 b.
Interviewee adalah pengunjung yang mewakili pengunjung yang datang ke kebun binatang.
c. Pengunjung yang datang ke kandang orangutan
d. Tidak cacat buta
Universitas Sumatera Utara
Dari survei awal yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa rata-rata pengunjung pada hari sepi pengunjung adalah 100 orang dan rata-rata pengunjung
pada hari ramai pengunjung adalah 300 orang, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah 10 dari jumlah populasi pengunjung. Jumlah sampel yang akan
diambil adalah 10 orang pengunjung pada saat sepi pengunjung dan 30 orang pengunjung pada saat ramai pengunjung.
Aktivitas Harian Orangutan
Pengumpulan data aktivitas harian orangutan rehabilitan dilakukan dengan menggunakan metode focal animal instantaneous atau yang disebut juga dengan
focal time sampling Altmann, 1974 ; Paterson, 1992. Pengumpulan data dalam penelitian ini difokuskan pada satu individu orangutan sebagai obyek atau sasaran
dalam setiap pengamatan. Namun, setelah dilakukan survei awal pada kedua lokasi penelitian, diketahui bahwa jumlah orangutan di KBM, yaitu: satu
orangutan jantan, sedangkan di THPS, dua orangutan jantan. Jadi, semua orangutan diambil untuk dijadikan objek penelitian fokal.
Pencatatan data aktivitas hariannya dilakukan setiap 5 menit sebagai “point sample”. Metode ini cocok dengan orangutan yang semi soliter dan
memiliki karakter pergerakan yang lambat. Pengamatan aktivitas orangutan rehabilitan dilakukan satu hari penuh, mulai saat orangutan tersebut bangun dipagi
hari sekitar pukul 05.30-07.00 WIB sampai dengan tidur dan tidak melakukan aktivitas dimalam hari sekitar pukul 18.00-19.00 WIB.
Data aktivitas harian dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan ethogram yang telah dibuat dan mengadopsi dari “Standar Pengambilan Data
Universitas Sumatera Utara
Orangutan” dari Morrogh-Bernard et al. 2002. Aktivitas utama yang termasuk dalam standar ini terdiri dari 5 tipe aktivitas yaitu :
1. Pergerakan moving : merupakan semua aktivitas perpindahan lokasi yang
dilakukan oleh orangutan, termasuk pula perpindahan lokasi yang dilakukan bersama individu orangutan lain. Tetapi aktivitas ini tidak
termasuk saat orangutan melakukan pergerakan ketika aktivitas makan berlangsung.
2. Istirahat resting : kondisi ini merupakan kondisi saat orangutan sama
sekali tidak melakukan aktivitas apapun sebagai aktivitas utamanya. 3.
Makan feeding: merupakan segala aktivitas makan dimana orangutan secara aktif makan, memproses dan mempersiapkan makanan, pergerakan
saat makan, minum dan penggunaan alat untuk makan. 4.
Sosial social : adalah aktivitas yang melibatkan interaksi orangutan sasaran dengan orangutan lain, baik salah satu orangutan sasaran lain
maupun orangutan bukan sasaran yang menjadi pelaku dan penerima selama kontak berlangsung Altmann, 1974 ; Rijksen, 1978. Hal ini
dilakukan untuk melihat tingkat sosial dan kecenderungan pada aktivitas sosial orangutan-orangutan tersebut.
5. Pembuatan Sarang nesting : merupakan aktivitas yang tidak dapat
dikategorikan ke dalam aktivitas tersebut di atas dan dilakukan secara individual oleh orangutan sasaran. Aktivitas yang dikategorikan dalam
aktivitas ini adalah pembuatan sarang. Lama pengamatan pada orangutan sasaran dalam penelitian ini berkisar
antara 3 jam hingga 13 jam perhari, tergantung pada aktivitas orangutan sasaran
Universitas Sumatera Utara
tersebut saat diamati. Pengamatan ini dapat berlangsung secara berturut-turut sampai 5 hari pengamatan.
Prosedur untuk mengikuti perilakuaktivitas harian orangutan di kandang kebun binatang, meliputi:
1. Mencatat nama fokal, tanggal pengamatan dan cuaca pada tabulasi data.
2. Kegiatan di catat setiap 5 menit sekali dan aktivitas dicatat apabila
dilakukan selama lebih dari lima detik. 3.
Kegiatan dan waktu pemberian makan dicatat pada tabulasi data. 4.
Kegiatan, cara dan waktu pembersihan kandang. 5.
Untuk kolom sosial mencatat semua perilaku yang terdapat pada daftar Perilaku Budaya terlampir.
6. Mencatat jenis, komposisi, dan kuantitas makanan yang diberikan kepada
orangutan. 7.
Kegiatan istirahat orangutan meliputi tidur, rebah, duduk, bergantung dan berdiri.
8. Kegiatan aksi sendiri meliputi main sendiri, defekasi dan urinasi.
Analisis Data 1. Observasi
Hasil dari pengumpulan data dari pengamatan disajikan dalam data dan dianalisis dengan teknik analisis kualitatif.
2. Wawancara
Hasil dari pengumpulan data dari wawancara dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif secara deskriptif.
Universitas Sumatera Utara
3. Aktivitas harian
Data aktivitas harian diperoleh dari pengamatan yang dilakukan dan
dicatat dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Aktivitas Harian Orangutan
Nama Orangutan
Aktivitas Harian
M F
R S
Fr Fr
Fr Fr
Catatan : M = Moving bergerak, F = Feeding makan, S = Social sosial, R = Resting istirahat, N = Nesting bersarang, Fr = frekuensi, = persentase.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. AKTIVITAS HARIAN ORANGUTAN
Pengamatan aktivitas harian orangutan di THPS dan KBM dilakukan pada tiga fokal orangutan. Karakteristik fisik dan umur ketiga fokal, disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Orangutan di Taman Hewan Pematang Siantar dan Kebun Binatang Medan
No Nama
Fokal Lokasi
Jenis Kelamin
Umur Sumber
Orangutan Daerah
Asal Status
Kepemilikan Kategori
Galdikas, 1978
1 Tungir
THPS Jantan
± 6½ tahun
Diterima tahun 2005, dari Muryono
Medan Dipelihara oleh
manusia Anak A
2 Kopral
THPS Jantan
± 10 tahun
Diterima tahun 2005, dari Kodam
bukit Barisan Medan
Ditangkap dari hutan
Remaja R
3 Tamba
KBM Jantan
± 25 tahun
Diterima tahun 1989, dari Bupati
Langkat Langkat
Ditangkap dari hutan
Dewasa umur muda DM
Sumber: THPS 2010, KBM 2010 dan Galdikas 1978
Tungir Kopral
Tamba
Gambar 1. Orangutan fokal di KBM dan THPS Berdasarkan pengamatan harian ketiga fokal orangutan tersebut diatas, diketahui
bahwa Tungir termasuk dalam kategori jantan anak A, Kopral termasuk dalam kategori Remaja R dan Tamba termasuk dalam kategori Dewasa umur muda
Universitas Sumatera Utara
DM menurut Galdikas 1978, dengan karakteristik menurut tingatan umur seperti dibawah ini:
Tabel 4. Kategori Orangutan menurut berdasarkan Umur Jenis Kelamin menurut Galdikas 1978
Katagori Umur
Jenis Kelamin
Umur tahun
Berat kg
Sifat Tingkah Laku Sifat Morfologi
Anak Tungir
Jantan 4-7
5-20 Berpindah bersama, terlepas
dari badan induk, kadang- kadang menggunakan sarang
bersama induknya dan masih menyusui
Wajah masih lebih putih dari hewan yang lebih tua, tetapi
lebih gelap dari pada bayi; bercak-bercak putih juga
semakin kabur. Remaja
Kopral Jantan
7-12 20-30 Benar-benar bebas dari induk,
sekalipun kadang-kadang pindah bersama dengan induk
atau dengan satuan lain; sangat sosial; berusaha
melakukan kopulasi dengan betina
Wajah tetap lebih putih dari hewan yang benar-benar
dewasa, ukuran lebih kecil daripada betina dewasa
Dewasa Umur
Muda Tamba
Jantan 15-35
≥ 50 Menyuarakan “seruan panjang”, hidup soliter
kecuali bila berpasangan dengan betina tanggap seksual
Ukuran besar sekali; bantalan pipi, kantong leher, kerapkali
berjanggut, kadang-kadang punggung gundul
Sumber: THPS 2010, KBM 2010 dan Galdikas 1978
Selama penelitian dilapangan, orangutan di KBM diamati selama 52, 5 Jam 5 Hari Pengamatan. Hal ini disesuaikan dengan observasi dan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti selama di lapangan. Hasil pengamatan aktivitas harian orangutan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Perbandingan Aktivitas Harian Orangutan Menurut Tempat yang Berbeda
Gambar 2. Menunjukkan bahwa hampir setengah aktivitas harian Tamba selama pengamatan adalah beristirahat, kegiatan meliputi seluruh waktu yang digunakan
individu orangutan dengan relatif tidak melakukan kegiatan dalam periode waktu tertentu, baik di dalam maupun di luar sarang, seperti merebahkan diri, duduk,
berdiri maupun menggantung. Tamba menghabiskan waktu siang hari pada saat matahari terik dengan beristirahat di ruang privasi Lampiran 3.
Tamba duduk dan rebah pada jangka waktu yang lama, yaitu rata-rata selama 211 menit sekitar 3 jam, 50 menit dari 10,5 jam pengamatan dalam sehari. Hal ini
dikarenakan oleh karena Tamba hidup sendiri dalam kandang, kegiatan yang dilakukan selain bergerak dan makan, hanyalah tidur, rebah, duduk dan
bergantung. Pengamatan aktivitas harian orangutan di KBM dilakukan pada satu fokal
orangutan, yaitu: orangutan jantan yang diberi nama Tamba. Hal ini dikarenakan karena orangutan di KBM hanya ada satu ekor saja. Dari hasil wawancara dengan
Universitas Sumatera Utara
penjaga orangutan keeper, awalnya orangutan di KBM ada dua ekor, namun, pada bulan Februari 2010, orangutan betina mengalami abortus. Hal ini
mengakibatkan orangutan betina mengalami komplikasi pada rahim. Kejadian ini, menurut Drh. Fuji, selaku dokter hewan di Kebun Binatang Medan, diakibatkan
oleh kurang bersihnya rahim orangutan pada saat mengalami abortus. Demi keselamatan orangutan, pihak kebun binatang mengambil tindakan untuk
memindahkan orangutan ke pusat rehabilitasi orangutan di Sibolangit. Namun, orangutan betina tersebut akhirnya mati pada saat ditangani di Sibolangit.
Pengamatan yang dilakukan di KBM pada satu ekor orangutan. Hal ini mengakibatkan kegiatan sosial orangutan tidak dapat dilakukan. Hal yang serupa
juga terdapat pada kegiatan nesting pembuatan sarang, hal ini dikarenakan orangutan hidup di kandang, orangutan tidak membuat sarang. Sehingga, hanya
ada tiga garis besar yang diamati dari perilaku orangutan, yaitu resting istirahat, moving bergerak dan feeding makan.
Dari Gambar 2 diperoleh persentase frekuensi setiap kegiatan Tungir dan Kopral. Kegiatan harian Tungir didominasi oleh moving bergerak, sedangkan kegiatan
harian Kopral didominasi oleh resting beristirahat. Perbedaan tersebut dikarenakan ruang gerak Kopral terbatas pada ruang privasi yang relatif sempit.
Tungir terlihat lebih lincah dan agresif dengan keadaan disekitarnya. Terdapat beberapa perilaku yang membahayakan orangutan dan pengunjung dilakukan oleh
orangutan di kandang, hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Perbedaan Perilaku Tungir, Kopral dan Tamba di Kandang
No. Nama Fokal
Perilaku
Universitas Sumatera Utara
1. Tungir
1. Tungir sering mengencingi urinasi pengunjung yang datang ke
kandang orangutan. 2.
Tungir sering meminta makanan kepada pengunjung 3.
Tungir sering menjulurkan lidah kepada pengunjung dan meludahi pengujung.
2. Kopral
1. Kopral tidak memberikan makanan kepada Tungir pada waktu
makan, Kopral memakan semua makanan yang diberikan keeper. 2.
Kopral sering menyerang Tungir pada saat bermain 3.
Kopral sering menyerang keeper pada saat memberi makan dan pada saat membersihkan kandang orangutan.
4. Kopral mau menerima rokok dari pengunjung
5. Kopral mempunyai kebiasaan melempar pengunjung
3. Tamba
1. Tamba menerima rokok dan menghisapnya dari pengunjung
2. Tamba sering menyerang dan melempar harimau di samping
kandangnya. Sumber: THPS 2010 dan KBM 2010
Pengamatan Tungir dan Kopral dilakukan bersamaan, pada waktu dan kandang yang sama. Di dalam kandang terdapat ruang privasi yang terpisah antara
Tungir dan Kopral. Kopral sengaja dikurung di ruang privasinya sepanjang hari, sedangkan Tungir dikeluarkan dari ruang privasi sehingga dapat bermain bebas di
ruang bermain orangutan yang lebih luas. Kopral sengaja dikurung di dalam ruang privasi karena Kopral sering melakukan hal-hal yang membahayakan bagi Tungir
apabila Tungir dan Kopral disatukan dalam ruang bermain. Pergerakan Tungir yang lincah terlihat dari apabila ada pengunjung yang datang
ke kandang orangutan maka Tungir langsung mendekati pengunjung dan meminta makanan Lampiran 4. Apabila sudah mendapat makanan dan pengunjung pergi,
maka Tungir akan segera bergerak ke ruang privasinya ataupun ayunan. Pihak taman hewan tidak ada yang menjaga kandang sepanjang hari. Hal ini
mengakibatkan banyak pengunjung yang sembarangan memberikan makanan kepada orangutan. Seharusnya, ada spesifikasi makanan didepan kandang agar
pengunjung tidak memberi sembarang makanan pada orangutan dan petugas seharusnya menjaga kandang sepanjang hari.
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas harian orangutan pada kebun binatang hampir sama dengan aktivitas harian orangutan di kawasan konservasi in-situ. Kegiatan didominasi
dengan istirahat. Dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2. Aktivitas Harian Orangutan di Kawasan Konservasi In-Situ, Bukit Lawang
Fokal minah menghabiskan waktu aktivitas hariannya untuk beristirahat 60,2, bergerak pindah 16,5, makan 15,1, interaksi sosial 5,6 dan bersarang
2,6 Lampiran 4. Waktu aktivitas harian fokal Minah sangat berbeda dengan pernyataan Fox et al. 2004 dimana dijelaskan pada umumya orangutan lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk makan 55 dan istirahat 25. Fokal Jenggot menghabiskan waktu aktivitas hariannya untuk beristirahat 48,3,
makan 40,7, bergerak pindah 9,4 dan bersarang 1,6 Lampiran 5. Fokal Jenggot lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat
beristirahat dan makan Zendrato, 2009. Perbedaan aktivitas harian orangutan di dua kawasan ini terlihat dari kegiatan
bersarang orangutan, dimana kegiatan bersarang di kebun binatang tidak dilakukan orangutan. Kegiatan bersarang hanya dilakukan di alam. Kegiatan yang
Universitas Sumatera Utara
hampir sama adalah istirahat, dimana Kopral di KBM menghabiskan 50,1 waktu beristirahat dan Jenggot di Bukit Lawang menghabiskan waktu 48,3
untuk istirahat. Di alam sendiri orangutan menghabiskan waktu beristirahat lebih banyak dikarenakan karena beberapa faktor seperti ketersediaan makanan
Zendrato, 2009, apabila musim buah orangutan akan semakin mudah mendapatkan makanan, sehingga waktu jelajah akan semakin sedikit. Sedangkan
di kebun binatang dikarenaka karena faktor umur, ketidakadaan fokal dan fasilitas mengekspresikan perilaku paling normal.
Berdasarkan hasil yang terlihat pada Gambar 1, maka Tungir merupakan fokal yang paling agresif dibandingkan fokal lainnya. Istirahat mendominasi kegiatan
harian Kopral. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu: 1.
Umur orangutan, semakin tua, orangutan pergerakannya lebih lamban dan sangat soliter, seperti yang dinyatakan dalam Galdikas, yaitu orangutan
dewasa gerakannya sangat lamban dan hidup soliter kecuali berpasangan dengan betina tanggap seksual.
2. Kondisi kandang, kandang yang dilengkapi dengan enrichment tempat
seperti habitat, seperti ayunan, tiruan pohon akan lebih menarik perhatian orangutan untuk bermain.
3. Makanan, apabila ketersediaan makanan baik, orangutan tidak akan
meminta-minta makanan kepada pengunjung. 4.
Pengunjung kandang orangutan, hal ini sangat berpengaruh juga terhadap perilaku orangutan, dimana pada saat pengunjung datang orangutan Tungir
akan mendekat dan sering pamer akan kebolehannya berayun-ayun dan memainkan ban.
Universitas Sumatera Utara
5. Keberadaan fokal orangutan lain, apabila tidak ada orangutan di kandang,
maka dia tidak bisa kontak berinteraksi.
Perilaku Sosial Orangutan
Selama melakukan pengamatan aktivitas harian orangutan di THPS, penulis menemukan bahwa, perilaku sosial Tungir dan Kopral menyimpang. Pada
beberapa jam pengamatan Kopral melakukan kopulasi dengan Tungir Lampiran 6. Terkadang Kopral main sendiri masturbasi, begitu juga dengan
Tungir. Perilaku sosio-seksual Kopral dan Tungir ini sering terjadi selama pengamatan dilakukan. Kopral dan Tungir melakukan kontak satu sama lain
walaupun berbeda kandang. Hal-hal yang sering dilakukan adalah: 1.
Kopral mengelus-elus kepala Tungir dan menarik tangan Tungir 2.
Kopral memainkan kelamin di depan Tungir dan menarik Tungir. 3.
Kopral dan Tungir saling berpelukan ada ataupun tidak ada pengunjung. 4.
Kopral sering memperliatkan kelaminnya kepada pengunjung dan juga kepada keeper orangutan.
5. Kopral memainkan alat kelamin sendiri dengan botol yang diberikan
pengunjung Lampiran 6. Perilaku seks orangutan yang termasuk kedalam homoseks pada primata. Hal
seperti ini juga ditemui pada penelitian Kuncoro 2004, yang menemukan perilaku sosio-seksual pada orangutan jantan. Kondisi-kondisi pada orangutan
rehabilitan atau saat dalam kandang memungkinkan orangutan melakukan perilaku abnormal, seperti masturbasi dan homoseksual Rijksen, 1978 ; Maple,
1980. Asumsi lain yang menyebabkan perilaku sosio-seksual ini disebabkan tidak adanya orangutan betina dalam kandang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas sosial pada orangutan di KBM hampir tidak pernah terjadi, hal ini dikarenakan karena orangutan jantan Tamba hidup sendiri dalam kandang.
Kandang orangutan berada disamping kandang harimau. Pada beberapa menit pengamatan orangutan sering terlihat seperi marah kepada harimau dengan
mengeluarkan suara panjang long call. Kemudian Tamba melempar harimau dengan batu ataupun benda-benda yang ada di dalam kandang. Tamba sering
melempar ban ke arah harimau walaupun berbeda kandang. Asumsi yang timbul adalah orangutan jenuh di kandang dan mencari hal lain untuk mengisi
kejenuhannya.
TINGKAT KESEJAHTERAAN ORANGUTAN
Kesejahteraan orangutan dapat dilihat dari aspek-aspek seperti, penyediaan makanan dan air; penyediaan lingkungan yang sesuai; penyediaan fasilitas untuk
kesehatan satwa; penyediaan peluang mengekspresikan perilaku paling normal; penyediaan perlindungan dari ketakutan dan stress. Aspek-aspek yang ditinjau
dalam menilai kesejahteraan orangutan, yaitu:
a. Penyediaan Makanan dan Air
Makanan dan air merupakan kebutuhan semua mahluk hidup, termasuk orangutan. Orangutan memanfaatkan buah, bunga daun, kuncup dan kulit kayu serta cairan
dari berbagai species pohon, tanaman menjalar dan tanaman lain dan juga berbagai tanaman merambat yang kecil, anggrek, akar alang-alang air, rayap ulat,
semut, jamur, madu, pangkal dan batang tunas rotan muda, tanaman menjalar,
Universitas Sumatera Utara
epifit, pakis dan palma kecil. Kebanyakan jenis makanan orangutan 74 berasal dari species pepohonan. Galdikas, 1978.
Penyediaan makanan dan air harus mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Hal ini menyangkut kepada keberlangsungan hidup orangutan. Penyediaan
makanan di KBM dan THPS tidak mengacu pada standar pengelolaan orangutan di kandang. Hal ini dituturkan oleh keeper orangutan di kedua tempat tersebut.
Pemberian makan sangat kondisional, tergantung cuaca dan kondisi badan orangutan.
Merujuk pada Pedoman Evaluasi Taman Satwa dan Akuaria Indonesia yang dikeluarkan PKBSI tahun 2004, hasil observasi dan wawancara perawatan makan,
ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Evaluasi satwa bebas dari Kelaparan dan Kehausan
No. Kriteria
KBM THPS
1. Apakah kuantitas dan kualitas pakan yang disediakan untuk
satwa sudah memuaskan ? 2
3
2. Apakan variasi jenis pakan untuk satwa mendapatkan
perhatian ? 5
4
3. Apakan kebutuhan pakan untuk satwa betina bunting dan
yang sedang menyusui sudah sesuai ? 4
4
4. Apakah penetapan menu pakan melibatkan ahli nutrisi satwa
termasuk dokter hewan dan biologi ? 3
5
5. Apakah suplai pakan dan minuman yang disimpan,
dipersiapkan, dan diberikan kepada satwa dalam kondisi sehat ?
4 5
6. Apakah pakan didistribusi ke seluruh areal kandang sehingga
satwa terdorong untuk bergerak mencarinya sendiri 1
1
7. Apakah pakan diletakkan sedemikian rupa sehingga resiko
1 1
Universitas Sumatera Utara
terkontaminasi tanah dapat dikurangi ? 8.
Apakah Kebersihan Tempat Pakan Satwa Dijaga ? 4
1 9.
Apakah pakan yang diberikan diyakini dimakan oleh satwa ? 5
3 10.
Bila pengunjung diperbolehklan untuk memberikan pakan satwa, apakah dibatasi hanya dengan pakan yang telah
disediakan oleh menejemen ? 1
3
11. Apakah area penyimpanan pakan satwa terpisah dari area
penyiapan makanan manusia ? 5
4
12. Apakah kulkas digunakan ? bila ya, apakah peralatan
tersebut diservis dan diperiksa temperaturnya secara teratur ? 4
5
13. Apakah freeser digunakan ? biola ya, apakah peralatan
tersebut diservis dan diperiksa temperaturnya secara teratur ? 1
1
14. Apakah suplai air minum yang disimpan, dipersipakan, dan
diberikan kepada satwa dalam kondisi sehat ? 2
3
15. Apakah kuantitas air minum yang diberikan diyakini
mencukupi ? 2
2
16. Apakah air minum diletakkan pada tempat sedemikian rupa
sehingga resiko terkontaminasi tanah dapat dihindari ? 1
4
Sumber: THPS 2010, KBM 2010 dan PKBSI 2004 Keterangan : 1 = buruk; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik; 5 = memuaskan.
Tabel 6 memperlihatkan perbedaan dalam pola makan orangutan di KBM dan THPS. Standar yang dibuat oleh PKBSI merujuk juga pada SMZP yang ada pada
tabel 12. Terlihat perbedaan nyata pada setiap perlakuan yang menjadi ukuran evaluasi kesejahteraan satwa.
Kandungan gizi dan kuantitas makanan kurang diperhatikan dalam penyediaan makanan. Namun, jika dibandingkan dengan THPS asupan makanan penambah
tenaga dan vitamin lebih banyak di KBM, yaitu tambahan susu dan beberapa vaksin serta puding penambah tenaga. Hal yang serupa juga terlihat pada
Universitas Sumatera Utara
penyediaan air. Di KBM, penyediaan air sangat tidak sehat. Bak air tidak pernah dibersihkan dan air jarang diisi. Berbeda dengan di THPS, setiap hari bak air
dikuras dan diisi dengan air.
b. Penyediaan lingkungan yang sesuai