Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Methodist Pematang Siantar Terhadap Konjungtivitis

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA METHODIST PEMATANG SIANTAR TERHADAP KONJUNGTIVITIS

Oleh : ERWIN 080100246

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWISMA SANTO THOMAS 1 MEDANPENDERITA MIOPI TENTANG KESEHATAN MATA


(2)

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh : ERWIN 080100246

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Methodist Pematang Siantar terhadap Konjungtivitis

Nama : Erwin NIM : 080100246

Pembimbing Penguji

(dr. Nurchaliza Hazaria Siregar, Sp.M.) (dr. Liberty, Sp.B) NIP: 19700908 2000032 001 NIP:

(dr. Yunita Sari Pane, M.Si.) NIP: 19710620 200212 2 001 Medan, 08 Desember 2011

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH ) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. dr.Nurchaliza Hazaria Siregar, Sp.M, selaku dosen pembimbing penulis atas kesabaran, waktu, dan masukan-masukan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. dr. Zainuddin Amir, Sp.P(K), selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran USU.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan.

5. Evelyn Theresia dan Lahi Putra selaku kelompok sesama bimbingan penelitian yang telah memberi bantuan berupa saran, kritikan, dan motivasi selama penyusunan penelitian.

6. Keluarga penulis yang tercinta, Fenny selaku kakak peneliti dan Bapak Wilson dan Ibu Novia selaku orang tua peneliti, yang telah memberikan dukungan selama ini dalam bentuk materi maupun moral.


(5)

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu,segala saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas penelitian ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia kedokteran.

Medan, 27 Mei 2011

Erwin


(6)

ABSTRAK

Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Konjungtivitis harus cepat ditanggapi karena bisa menyebabkan komplikasi yang bervariasi tergantung dari jenis penyebabnya. Komplikasi umum dari konjungtivitis adalah penurunan ketajaman penglihatan yang akan sangat mempengaruhi penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist Pematang Siantar terhadap konjungtivitis. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 83 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 10%. Tehnik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode non-probability sampling, yaitu consecutive sampling dalam kurun waktu Juli – September 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil uji tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist Pematang Siantar terhadap konjungtivitis adalah 73,6% dikategorikan sedang, 16,8% dikategorikan buruk dan sebesar 9,6% dikategorikan baik. Tingkat pengetahuan terhadap konjungtivitis berdasarkan umur adalah pengetahuan paling buruk adalah pada umur 17 tahun 6% dan pengetahuan paling baik adalah pada umur 16 tahun 8,4% . Tingkat pengetahuan terhadap konjungtivitis berdasarkan jenis kelamin adalah pengetahuan paling buruk adalah pada siswa berjenis kelamin laki-laki 5 orang 6% dan pengetahuan paling baik adalah pada siswa berjenis kelamin perempuan 10 orang 12%.

Dari hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist Pematang Siantar tentang konjungtivitis berada pada tingkat pengetahuan sedang (73,6%). Maka dari itu, diharapkan pihak sekolah dapat melalui Usaha Kesehatan Sekolah dapat memberikan penyuluhan yang lebih baik mengenai konjungtivitis. Selain itu, pihak sekolah juga dapat bekerja sama dengan Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kodya Pematang Siantar memberikan penyuluhan kepada siswa-siswi dalam upaya meningkatkan pengetahuan terhadap konjungtivitis.


(7)

ABSTRACT

Conjunctivitis is a disease that occurs worldwide and can be suffered by the entire community regardless of age. Conjunctivitis must be quickly addressed because it can cause complications that vary depending on the type of cause. Common complication of conjunctivitis is a decrease in vision that will

greatly affect the patient in doing daily activities.

This study aims to determine the knowledge of high school students in SMA Methodist Siantar against conjunctivitis. Research carried out is descriptive research. Number of samples 83 people with a level of relative accuracy (d) by 10%. Sampling techniques of research conducted with non-probability sampling method, ie consecutive sampling in the period from July to September 2011. The data was collected using a questionnaire. Data analysis was performed using descriptive statistics.

The results of knowledge level high school students in SMAMethodist Siantar of conjunctivitis was 73.6% categorized as moderate, 16.8% categorized as poor and 9.6% categorized as good. The level of knowledge of conjunctivitis based on age is the worst knowledge was at the age of 17 years 6% and the best knowledge at the age of 16 years is 8.4%. The level of knowledge of conjunctivitis based on sex is the worst of knowledge is the students male 5 people 6% and the best knowledge is the students women 10 people 12%.

From the results of this study. knowledge of high school students in SMA Methodist Siantar of conjunctivitis are in moderate level (73.6%).Therefore, the school is expected to be through the Usaha Kesehatan Sekolah can provide better counseling about conjunctivitis. In addition, the school can also work with Health Service to provide counseling to students in an effort to improve knowledge of conjunctivitis.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Abstrak ... v

Abstract ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar tabel ... ix

Daftar lampiran ... x

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1. Pengetahuan ... 4

2.2. Anatomi Mata ... 6

2.3. Konjungtivitis 2.3.1 Definisi Konjungtivitis ... 7

2.3.2 Epidemiologi Konjungtivitis ... 8

2.3.3 Etiologi Konjungtivitis ... 8

2.3.4 Manisfestasi Klinis Konjungtivitis...9

2.3.5 Gejala Konjungtivitis ... 9

2.3.6 Komplikasi Konjungtivitis ... 10

2.3.7 Diagnosa Konjungtivitis... 10

2.3.8 Penatalaksanaan Konjungtivitis ... 11


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL...13

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 13

3.2. Definisi Operasional ... 13

BAB 4 METODE PENELITIAN...15

4.1. Jenis Penelitian ... 15

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 17

4.5. Etika Penelitian ... 18

4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 21

5.1.3. Hasil Analisa Data ... 22

5.2. Pembahasan ... 25

5.2.1. Tingkat Pengetahuan ... 25

5.2.2. Distribusi tingkat pengetahuan siswa-siswi menurut Umur,Kelas dan Jenis kelamin siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA)Swasta Methodist Pematang Siantar ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1. Kesimpulan ... 28

6.2. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA...30 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 18 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden ... 21 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan soal

kuesioner ... 22 Tabel 5.3. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap

konjungtivitis berdasarkan kelompok umur ... 24 Tabel 5.4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap

konjungtivitis berdasarkan kelompok jenis kelamin ... 24 Tabel 5.5. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden terhadap


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian Lampiran 3 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Persetujuan Komisi Etik Lampiran 7 Data Induk


(12)

ABSTRAK

Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Konjungtivitis harus cepat ditanggapi karena bisa menyebabkan komplikasi yang bervariasi tergantung dari jenis penyebabnya. Komplikasi umum dari konjungtivitis adalah penurunan ketajaman penglihatan yang akan sangat mempengaruhi penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist Pematang Siantar terhadap konjungtivitis. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 83 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 10%. Tehnik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode non-probability sampling, yaitu consecutive sampling dalam kurun waktu Juli – September 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil uji tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist Pematang Siantar terhadap konjungtivitis adalah 73,6% dikategorikan sedang, 16,8% dikategorikan buruk dan sebesar 9,6% dikategorikan baik. Tingkat pengetahuan terhadap konjungtivitis berdasarkan umur adalah pengetahuan paling buruk adalah pada umur 17 tahun 6% dan pengetahuan paling baik adalah pada umur 16 tahun 8,4% . Tingkat pengetahuan terhadap konjungtivitis berdasarkan jenis kelamin adalah pengetahuan paling buruk adalah pada siswa berjenis kelamin laki-laki 5 orang 6% dan pengetahuan paling baik adalah pada siswa berjenis kelamin perempuan 10 orang 12%.

Dari hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Methodist Pematang Siantar tentang konjungtivitis berada pada tingkat pengetahuan sedang (73,6%). Maka dari itu, diharapkan pihak sekolah dapat melalui Usaha Kesehatan Sekolah dapat memberikan penyuluhan yang lebih baik mengenai konjungtivitis. Selain itu, pihak sekolah juga dapat bekerja sama dengan Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kodya Pematang Siantar memberikan penyuluhan kepada siswa-siswi dalam upaya meningkatkan pengetahuan terhadap konjungtivitis.


(13)

ABSTRACT

Conjunctivitis is a disease that occurs worldwide and can be suffered by the entire community regardless of age. Conjunctivitis must be quickly addressed because it can cause complications that vary depending on the type of cause. Common complication of conjunctivitis is a decrease in vision that will

greatly affect the patient in doing daily activities.

This study aims to determine the knowledge of high school students in SMA Methodist Siantar against conjunctivitis. Research carried out is descriptive research. Number of samples 83 people with a level of relative accuracy (d) by 10%. Sampling techniques of research conducted with non-probability sampling method, ie consecutive sampling in the period from July to September 2011. The data was collected using a questionnaire. Data analysis was performed using descriptive statistics.

The results of knowledge level high school students in SMAMethodist Siantar of conjunctivitis was 73.6% categorized as moderate, 16.8% categorized as poor and 9.6% categorized as good. The level of knowledge of conjunctivitis based on age is the worst knowledge was at the age of 17 years 6% and the best knowledge at the age of 16 years is 8.4%. The level of knowledge of conjunctivitis based on sex is the worst of knowledge is the students male 5 people 6% and the best knowledge is the students women 10 people 12%.

From the results of this study. knowledge of high school students in SMA Methodist Siantar of conjunctivitis are in moderate level (73.6%).Therefore, the school is expected to be through the Usaha Kesehatan Sekolah can provide better counseling about conjunctivitis. In addition, the school can also work with Health Service to provide counseling to students in an effort to improve knowledge of conjunctivitis.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Konjungtivitis atau inflamasi pada konjungtiva adalah istilah umum yang ditujukan pada sekelompok penyakit atau kelainan yang merusak konjungtiva. Kebanyakan variasi dari konjungtivitis dapat sembuh tanpa pengobatan.

Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Salah satunya usia yang paling banyak adalah remaja (Chiang YP, dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005).

Remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun (Harlock, 1981 dalam Widyanti, 2007). Monks (2000) memberi batasan usia remaja, yaitu 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall, usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. WHO (1995) menyatakan sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Di Indonesia, Remaja usia 10-19 tahun berjumlah sekitar 43 jiwa atau 19,61% dari jumlah penduduk (Departemen Kesehatan RI, 2006). Pada tahun 2008, jumlah remaja di Indonesia mencapai 62 juta jiwa (Dhamayanti, 2009).

Walaupun tidak ada dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat (Chiang YP, dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005).

Konjungtivitis harus cepat ditanggapi karena bisa menyebabkan komplikasi yang bervariasi tergantung dari jenis penyebabnya. Penanganan dari konjungtivitis berbeda-beda sesuai dengan jenis penyebab. Adapun penyebab dari konjungtivitis dapat berupa bakteri, virus, alergi (American Academy of Opthalmology,2008).

Komplikasi umum dari konjungtivitis adalah penurunan ketajaman penglihatan yang akan sangat mempengaruhi penderita dalam melakukan aktivitas


(15)

sehari-hari. misalnya keratitis yang dapat menurunkan tingkat ketajaman penglihatan. Akan tetapi, beberapa variasi dapat berkembang dan menyebabkan komplikasi berupa okular ataupun ekstraokular yang berat (American Academy of Opthalmology,2008).

Oleh karena itu, perlu diketahui besarnya tingkat pengetahuan remaja terhadap konjungtivitis.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang yang dikemukakan, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah tingkat pengetahuan SMA Methodist Pematang Siantar terhadap konjungtivitis?”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA Methodist Pematang Siantar terhadap konjungtivitis.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Siswa dengan tingkat pendidikan SMA dapat mengetahui faktor-faktor apakah yang dapat menyebabkan konjungtivitis.

2. Siswa dengan tingkat pendidikan SMA dapat mengetahui cara penularan dari konjungivitis.

3. Siswa dengan tingkat pendidikan SMA dapat mengetahui penatalaksanaan yang tepat terhadap konjungtivitis.

4. Siswa dengan tingkat pendidikan SMA dapat mengetahui bahwa faktor kebersihan dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap konjungtivitis. 1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1.4.1. Usaha Kesehatan Sekolah untuk meningkatkan pengetahuan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Pematang Siantar terhadap konjungtivitis.


(16)

1.4.2. Hasil penelitian yang dikumpulkan dapat berguna untuk mendukung Program Kesehatan Mata di Dinas Kesehatan Kota Madya.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yan telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


(18)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari pengunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu suatu criteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan kuisioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden yang dipilih (Notoatmodjo, 2002).


(19)

2.2.1. Bola Mata

Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat , dengan diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm.

2.2.2. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (konjungtiva tarsalis) dan dengan epitel kornea di limbus.

Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus . Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan menbungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris (Vaughan, 2000).

Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitales di fornices dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Vaughan, 2000).

2.2.3. Kapsula Tenon

Kapsula Tenon adalah suatu membran fibrosa yang membungkus bola mata dari limbus sampai ke nervus optikus. Di dekat limbus, konjungtiva, kapsula tenon, dan episklera menyatu.

2.2.4. Sklera dan Episklera

Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus optikus di belakang. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus, episklera yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuki sklera.


(20)

2.2.5. Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan.

2.2.6. Retina

Merupakan bagian yang penting dalam memberikan pesan kepada otak dalam bentuk semula dari benda dan diterima oleh otak sebagai impuls kimia yang dapat menggambarkan apa yang dilihat.

2.2.7. Aparatus Lakrimalis

Terdiri dari komponen kelenjar Lakrimalis, kelenjar Krause, dan kelenjar Wolfring yaitu bagian yang menghasilkan sekresi air mata, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.

2.3.Konjungtivitis 2.3.1. Definisi

Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit mata paling umum di dunia. Penyakit ini bervariasi mulai dari hyperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen. Penyebab umumnya eksogen, tetapi bisa juga endogen.

Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar: pada film air mata, komponen akueosa mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris, dan aktivitas pompa palpebra membilas air mata ke duktus air mata secara konstan; air mata mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibody (IgG dan IgA).

Patogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitides, sebagian besar strain adenovirus manusia, virus herpes


(21)

simpleks tipe1 dan 2, dan dua picornavirus. Dua agen yang ditularkan secara seksual dapat menimbulkan konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae (Vaughan, 2008).

2.3.2. Epidemiologi

Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Walaupun tidak ada dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat (Chiang YP, dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005).

Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak Hygiene.

2.3.3. Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti: a. Konjungtivitis bakteri.

b. Konjungtivitis klamidia. c. Konjungtivitis viral. d. Konjungtivitis ricketsia. e. Konjungtivitis jamur. f. Konjungtivitis parasit. g. Konjungtivitis alergi.

h. Konjungtivitis kimia atau iritatif (Vaughan, 2008). 2.3.4. Manifestasi Klinis

Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:

a. Kemerahan di forniks dan makin berkurang ke arah limbus karena dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior (Hiperemia). b. Produksi air mata berlebihan (epifora).

c. Eksudat yang berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konkungtivitis alergika (eksudasi).


(22)

d. Terkulainya palpebra superior karena infiltrasi di otot Muller (pseudoptosis)

e. Penumpukan Limfosit di pembuluh darah (fliktenula).

f. Pengentalan (koagulum) di atas permukaan epitel (pseudomembran).

g. Edema dari konjungtiva mata (Chemosis) (Kanski, 2000).

2.3.5. Gejala

Gejala-gejala pada konjungtivitis, yakni:

- Sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau terbakar.

- Sensasi penuh di sekeliling mata, gatal, dan fotofobia (Vaughan, 2008).

2.3.6. Komplikasi

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:

i. Ulserasi kornea.

ii. Membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis). iii. Membaliknya seluruh tepian palpebra (enteropion). iv. Obstruksi ductus nasolacrimalis.

v. Turunnya kelopak mata atas karena kelumpuhan (ptosis) (Vaughan, 2008).

2.3.7. Diagnosa a. Gejala Subjektif

Konjungtivitis biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dengan mata merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila


(23)

kornea ikut terlibat akan terdapat fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir. Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bekterial akut.

b. Gejala Objektif

Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva (hyperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.

c. Laboratorium

Dapat dilakukan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan dengan pewarnaan gram pada sekret untuk mengidentifikasi organisme penyebab maupun adanya infeksi sekunder (Vaughan, 2008).

2.3.8. Penatalaksanaan

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai terapi antimikroba spectrum luas (mis., polymyxin-trimethoprim). Pada setiap konjungtivitis purulen yang pulasan gramnya menunjukkan diplokokus gram negative, dugaan neisseria, harus segera dimulai terapi topical dan sistemik. Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1g diberikan dosis tunggal per intramuscular biasanya merupakan terapi sistemik yang adekuat. Jika kornea terkena, dibutuhkan ceftriaxone parental, 1-2g perhari selama 5 hari.

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus conjunctivalis harus dibilas dengan larutan saline agar dapat dihilangkan sekret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan hygiene perorangan secara khusus.


(24)

Perbaikan klinis pada konjungtivitis klamidia umunya dapat dicapai dengan tetracycline, 1-1,5g/hari peroral dalam empat dosis selama 3-4 minggu, dozycycline, 100 mg peroral dua kali sehari selama 3 minggu, atau erythromycin, 1g/hari peroral dibagi dalam empat dosis selama 3-4 minggu.

Infeksi pada konjungtivitis jamur berespons terhadap amphotericin B (3-8 mg/ml) dalam larutan air (bukan garam) atau terhadap krim kulit nystatin (100.000 U/g) empat sampai enam kali sehari. Obat ini harus diberikan secara hati-hati agar benar-benar masuk dalam saccus conjunctivalis.

Karena konjungtivitis alergi merupakan penyakit yang dapat sembuh snediri maka perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai untuk meredakan gejala dapat member perbaikan dalam waktu singkat, tetapi dapat memberikan kerugian jangka panjang. Steroid topikal atau sistemik dapat dipakai untuk mengurangi rasa gatal dan mempunyai efek samping (glaukoma, katarak, dan komplikasi lain) yang sangat merugikan (Vaughan, 2008).

2.3.9. Prognosis

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Keratitis, Glaukoma, katarak maupun ablasi retina (Barbara C.Long, 1996).


(25)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang tingkat pengetahuan Pelajar SMA Pematang Siantar akan diuraikan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konsep Pengetahuan. 3.2. Defenisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pelajar Sekolah Menengah Atas ( SMA ) terhadap kesehatan mata. 3.2.1. Variabel

Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah Atas

Kemampuan siswa untuk mengetahui tentang konjungtivitis. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pengenalan, penyebab dan cara penularan dari konjungtivitis. Dalam penelitian ini, pengetahuan merupakan jumlah jawaban respon terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan konjungtivitis.

Konjungtivitis

Kemampuan siswa untuk mengetahui konjungtivitis adalah keadaan sejahtera yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis .Pengetahuan terhadap konjungtivitis dapat berupa upaya penaggulangan dan pencegahan terhadap konjungtivitis yang terkadang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan yang rutin.


(26)

3.3. Alat Ukur: Kuesioner, diajukan pertanyaan dengan pilihan jawaban (MCQ).

3.4. Hasil Ukur: Pengukuran tingkat pengetahuan siswa SMA Methodist di Pematang Siantar tentang konjungtivitis berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden menggunakan skala pengukuran Pratomo (1990) dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

• Pengetahuan baik apabila jawaban responden yang benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi.

• Pengetahuan sedang apabila jawaban responden yang benar antara 40% sampai 75% dari nilai tertinggi.

• Pengetahuan kurang apabila jawaban responden yang benar kurang dari 40% dari nilai tertinggi.

3.5. Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring adalah:

• Skor 8 hingga 10 : Baik.

• Skor 4 hingga 7 : Sedang.

• Skor 0 hingga 3 : Kurang.


(27)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian dengan jenis studi deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan SMA Methodist Pematang Siantar terhadap Konjungtivitis.

.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Methodist Pematang Siantar. Adapun alasan pemilihan SMA Methodist Pematang Siantar sebagai lokasi penelitian dikarenakan belum pernah ada penelitian yang dilakukan di daerah ini dan Siswa SMA Mehodist Pematang Siantar dianggap dapat mewakili seluruh siswa SMA yang ada di Pematang Siantar. Adapun pengumpulan data penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli – September 2011.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah remaja/pelajar SMA Methodist Pematang Siantar, Sumatera Utara. Sampel yang diambil merupakan remaja dengan usia berkisar 15-19 tahun. Kriteria usia sampel berdasarkan usia remaja yakni, menurut Sarwono, WHO, GYTS dan Smet. Adapun kriteria inklusi untuk sampel yang akan diambil adalah:

1. Siswa/i remaja berusia 15-19 tahun.

2. Terdaftar sebagai siswa/i SMA Methosist Pematang Siantar. 3. Bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

Kriteria sampel yang tidak diikutkan dalam penelitian ini adalah: 1. Remaja siswa/i yang tidak bersedia menjadi sampel penelitian.

2. Remaja siswa/i yang mengosongkan seluruh jawaban dan memilih untuk tidak memberikan jawaban pada seluruh pertanyaan yang diberikan.


(28)

Besar sampel: 83 siswa.

Untuk data ordinal, teknik penarikan sampel akan dilakukan secara non-probability sampling, yaitu consecutive sampling. Dimana responden yang telah memiliki kriteria sampel yang diinginkan peneliti berkesempatan menjadi sampel penelitian hingga terpenuhinya jumlah sampel yang telah ditentukan peneliti (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Besar sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan rumus (Wahyuni, 2008):

�= �.�

� − �/.. (� − �)

(� − �).��+��.� − �/�.�. (� − �)

Keterangan : N = Populasi.

Z 1 - α/2 = Nilai distribusi normal baku dengan α tertentu. n = Besar sampel yang diinginkan.

p = Nilai Proporsi di populasi.

d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir.

Setelah dilakukan survey lokasi, peneliti mendapatkan besar populasi remaja SMA Methodist Pematang Siantar sebanyak 600 siswa. Pada penelitian ini, tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95 % sehingga untuk Z dua arah diperoleh nilai Z 1 - α/2 = 1,96. Nilai p yang ditetapkan adalah 0,50 karena peneliti belum mengetahui proporsi sebelumnya, selain itu karena penggunaan p = 0,50 mempunyai nilai p x (1 – p) paling besar sehingga dihasilkan besar sampel paling banyak. Kesalahan absolute atau ketetapan relatif (d) yang diinginkan sebesar 10%.

Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihiting sebagai berikut:


(29)

� = �.�

21− �

2.�. (1− �) (� −1).�2+�2. 1− �2.�. (1− �)

= (600).(1.96)2.(0.5).(1−0.5) (600−1).(0.1)2+(1.96)2.(0.5).(1−0.5)

=

5.99+0.9604 567.24

n = 82.9

Maka besar n (sampel) dibulatkan menjadi 83 siswa.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data secara cross sectional, yaitu teknik pengambilan data yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Adapun data yang akan diperoleh merupakan data primer, dengan alat pengumpulan data berupa angket/kuesioner. Kuesioner yang diajukan terdiri dari beberapa pertanyaan yang meliputi :

1. Identitas dan karakteristik responden.

2. Pengetahuan responden mengenai konjungtivitis.

Kuesioner yang diberikan kepada sampel penelitian akan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji realibilitas kepada beberapa orang responden yang mempunyai kesamaan karakter dengan sampel peneliti. Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan masalah penelitian. Data ini didapatkan langsung dari responden saat penelitian berlangsung.

Adapun tujuan dari uji validitas data adalah untuk mengetahui kesesuaian dan ketepatan bahasa khususnya perkataan dan struktur kalimat dalam kuesioner agar dapat dipahami oleh responden/sampel yang terlibat. Uji reabilitas dilakukan untuk melihat indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat


(30)

dipercaya atau dapat diandalkan. Kuesioner yang digunakan seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu (Shamsuddin, 2009).

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,525 0,613 0,623 0,613 0,623 0,454 0,810 0,647 0,810 0,555 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0,829 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Pada kuesioner terdapat 10 pertanyaan, dan menurut hasil perhitungan validitas semua pertanyaan yang diajukan valid. Sehingga 10 pertanyaan pengetahuan tersebut akan diajukan kepada responden.

4.5. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam bentuk angket/kuesioner, dan sebelum pengisian kuesioner akan dilampirkan lembar persetujuan responden. Kuesioner tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan berupa pengetahuan siswa SMA terhadap konjungtivitis. Baik nama serta identitas diri pasien akan menjadi rahasia peneliti dan tidak akan disebarluaskan. Sedangkan hasil penelitian serta jawaban yang diberikan responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian Waktu pengisian kuesioner memakan waktu kurang lebih 10 menit.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan statistik data akan menggunakan bantuan program komputer Windows SPSS 17.0. Setelah data diolah kemudian data tersebut ditampilkan


(31)

secara sistematis, dengan hasil perhitungan akan diolah dalam bentuk tabel distributif, frekuensi dan diagram batang.

Langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut : a. Editing

Editing adalah langkah untuk meneliti apakah isian kuesioner sudah lengkap atau belum sehingga apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Coding adalah suatu usaha memberikan kode/menandai jawaban-jawaban responden atas pertanyaan yang ada pada kuesioner yang nantinya akan memudahkan proses dengan komputer.

c. Entry data

Memasukkan data melalui pengolahan komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows.

d. Cleaning

Adalah pembersihan data. Kegiatan meneliti kembali data yang sudah ada, apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Saving

Selanjutnya data dapat disimpan dan digunakan untuk menggambarkan hasil penelitian.


(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

Proses pengumpulan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan pembagian kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa sehingga dapat disimpulkan pada hasil penelitian ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tingkat pengetahuan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) terhadap konjungtivitis dilaksanakan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Methodist Pematang Siantar yang terletak di Jalan Pane No.34, Kelurahan Kebun Sayur –Kecamatan Siantar Timur di Kota Pematang Siantar. Jumlah murid di Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Methodist Pematang Siantar adalah enam ratus (600) orang yang terdiri dari kelas X, XI, dan XII.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, karakteristik yang diamati pada responden meliputi umur dan jenis kelamin pada responden. Jumlah responden adalah sebanyak 83 siswa.

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden yang mengikuti penelitian

VARIABEL UMUR N %

15 16 17

31 31 21

37,3 37,3 25,3

Total 83 100,0

VARIABEL JENIS KELAMIN

N %


(33)

Perempuan 49 59

Total 83 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden terbanyak adalah berumur 15 dan 16 tahun yaitu sebanyak 31 siswa (37,3%). Responden kedua adalah siswa berumur 17 tahun yaitu sebanyak 21 siswa (25,3%). Responden terbanyak yaitu 49 siswa (59%) adalah perempuan dan 34 siswa (41%) adalah laki-laki yang diteliti.

5.1.3 Hasil Analisa Data

Data lengkap distribusi jawaban responden pada kesemua 10 soal kuesioner terhadap Konjungtivitis dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan soal kuesioner

No Pertanyaan Jawaban

Benar % Salah % 1 2 3 4 5 6 7

Apakah Anda pernah melihat, mendengar, atau terkena penyakit Konjungtivitis (Mata merah)? Tahukah Anda, apa yang dimaksud dengan Konjungtivitis (Mata merah)?

Apakah konjungtivitis (Mata merah) selalu disertai penghasilan air mata yang berlebihan (mata berair)?

Apakah sinar ultraviolet matahari dapat menyebabkan konjungtivitis (Mata merah)? Apakah paparan debu dapat menyebabkan konjungtivitis (Mata merah)?

Apakah konjungtivitis (Mata merah) dapat menyebabkan penglihatan berkurang? Apakah konjungtivitis (Mata merah) dapat

74 25 62 22 71 44 21 89,2 30,1 74,7 26,5 85,5 53 25,3 9 58 21 61 12 39 62 10,8 69,9 25,3 73,5 14,5 47 74,7


(34)

8

9

10

menular hanya dengan tatapan mata?

Apakah konjungtvitis (Mata merah) mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat kebersihan? Apakah konjungtivitis (Mata merah) dapat dicegah seiring dengan meningkatnya frekuensi mencuci tangan?

Apakah pemakaian soft lens bisa meningkatkan resiko terkena konjungtivitis (Mata merah)?

66 49 60 79,5 59 72,3 17 34 23 20,5 41 27,7

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomor 1 yaitu dengan persentase sebesar 89,2% (74 siswa). Kesimpulan dapat dibuat bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pengenalan konjungtivitis adalah baik. Pertanyaan yang paling sedikit dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomor 7 yaitu dengan persentase sebesar 25,3% (21 siswa). Tingkat pengetahuan responden terhadap penularan konjungtivitis adalah kurang.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Konjungtivitis Berdasarkan Kelompok Umur

Umur Tingkat Pengetahuan Total

Baik(>7) Sedang(4-7) Kurang(<4)

N % N % N % N %

15 16 17 4 7 3 4,8 8,4 3,6 25 23 13 30,1 27,7 15,7 2 1 5 2,4 1,2 6 31 31 21 37,3 37,3 25.3 Jumlah 14 16,9 61 73,5 8 9,6 83 100,0

Dari tabel 5.3 di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa berdasarkan kelompok umur dengan pengetahuan baik terbanyak dijumpai pada responden usia 16 tahun sebanyak 7 siswa (8,4%) dan terendah dijumpai pada responden usia 17 tahun sebanyak 3 siswa (3,6%). Responden bagi tingkat pengetahuan sedang


(35)

yang terbanyak dijumpai pada usia 15 tahun sebanyak 25 siswa (30,1 %) dan terendah dijumpai pada responden usia 17 tahun sebanyak 13 siswa (15,7%). Tingkat pengetahuan kurang yang terbanyak dijumpai pada responden usia 17 tahun sebanyak 5 siswa (6%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Konjungtivitis Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan Total

Baik(>7) Sedang(4-7) Kurang(<4)

N % N % N % N %

Laki-laki Perempuan 4 10 4,8 12 25 36 30,1 43,4 5 3 6 3,6 34 49 41 59 Jumlah 14 16,9 61 73,5 8 9,6 83 100,0

Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa paling banyak responden dalam golongan tingkat pengetahuan baik adalah siswa perempuan sebanyak 10 orang (12%). Responden terbanyak dalam kategori tingkat pengetahuan sedang adalah siswa perempuan sebanyak 36 orang (43.4%). Jumlah responden dalam tingkat pengetahuan kurang adalah laki-laki yaitu 5 orang siswa (6%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Konjungtivitis Secara Umum

Tingkat Pengetahuan N %

Baik(>7) Sedang(4-7) Kurang(<4) 14 61 8 16,8 73,5 9,6

Jumlah 83 100,0

Dari tabel 5.5, dapat dilihat bahwa 14 responden (9,6%) berada dalam kategori tingkat pengetahuan yang baik terhadap konjungtivitis. 61 responden (73,6%) berada dalam kategori tingkat pengetahuan sedang. Sebanyak 8 (16,8%)


(36)

responden berada dalam kategori tingkat pengetahuan kurang terhadap konjungtivitis.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tingkat pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia,yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Untuk mengukur seseorang tahu tentang sesuatu dapat menyebutkan dan menyatakan mengenai hal tersebut sedangkan tingkat memahami adalah kemampuan mengingat dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan dengan benar. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat pendidikan, dan sumber informasi yang digunakannya. Faktor-faktor tersebut merupakan karakteristik responden dan pada penelitian ini karakteristik responden dikaitkan dengan tujuan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan di atas, dapat dilakukan pembahasan seperti berikut. Ternyata mayoritas responden yang mengikuti penelitian memiliki tingkat pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak 61 orang (73,6%), diikuti dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 14 orang (16,8%) dan responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 8 orang (9,6%). Hal ini disebabkan karena informasi tentang konjungtivitis yang diterima baik di kelas maupun di luar kelas adalah sangat sederhana. Ini ditunjukkan dengan terdapatnya paling banyak responden tergolong dalam tingkat pengetahuan sedang terhadap pengetahuan konjungtivitis.

5.2.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa/i menurut Umur, Kelas dan Jenis Kelamin Siswa/i Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Methodist Pematang Siantar.


(37)

Dari semua responden, pertanyaan yang paling dijawab benar adalah ‘Apakah anda pernah melihat, mendengar, atau terkena penyakit konjungtivitis?’ Hal ini mungkin disebabkan karena responden pernah mengalaminya ataupun mendengar dari orang yang pernah menderita penyakit konjungtivitis

Soal kuesioner kedua terbanyak yang dijawab benar adalah ‘Apakah paparan debu dapat menyebabkan konjungtivitis (mata merah)?’ yaitu sebanyak 71 siswa (85.5%). Ini disebabkan karena adanya sosialisasi UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan media massa yang memungkinkan siswa untuk lebih mengetahuinya. Selain itu, responden juga mengalami hal ini sendiri bahwa paparan debu dapat menyebabkan konjungtivitis.

Soal kuesioner ketiga terbanyak yang dijawab dengan benar adalah ‘Apakah konjungtivitis (mata merah) mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat kebersihan?’. Ini mungkin disebabkan siswa sadar bahwa dengan menjaga kebersihan sehari-hari akan mengurangi kemungkinan terkena konjungtivitis dan dengan tingkat kebersihan yang minim akan mempercepatkan penyebaran virus dan bakteri sehingga dapat menyebabkan infeksi pada mata.

Analisa deskriptif bagi soal kuesioner ‘Apakah konjungtivitis (mata merah) dapat menular hanya dengan tatapan mata?’, paling sedikit dijawab dengan benar yaitu hanya 21 siswa (25,3%). Ini mungkin disebabkan oleh karena masih banyak mitos di masyarakat bahwa penularan konjungtivitis bisa hanya dengan tatapan mata.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel tingkat pengetahuan siswa berdasarkan umur, siswa terbanyak pada tingkat pengetahuan baik adalah pada umur 16 tahun diikuti dengan umur 15 tahun dan 17 tahun. Distribusi jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan siswa dari SMA Methodist Pematang Siantar terhadap konjungtivitis menunjukkan lebih banyak siswa perempuan tergolong dalam pengetahuan baik dibandingkan dengan siswa laki-laki. Didapati mayoritas responden umur 16 tahun yang menjawab sebagian besar kuesioner dengan benar juga adalah siswi perempuan. Hal ini disebabkan karena siswa perempuan memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi daripada laki-laki sehingga lebih mengetahui informasi tentang konjungtivitis, pencegahan serta penularan


(38)

dibandingkan dengan laki-laki. Faktor lain yang juga mempengaruhi hal ini adalah jumlah siswa perempuan di SMA Methodist Pematang Siantar lebih aktif bersosialisasi dengan UKS daripada jumlah siswa laki-laki.


(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Adapun Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Pengetahuan siswa-siswi di SMA Methodist Pematang Siantar terhadap penyakit konjungtivitis berdasarkan penelitian ini adalah sedang (73,6%),baik (16,8%), kurang (9,6%).

2. Pengetahuan siswa-siswi di SMA Methodist Pematang Siantar terhadap konjungtivitis dilihat dari umur terhadap penyakit konjungtivitis adalah pengetahuan paling kurang adalah umur 17 tahun 5 orang (6%) dan yang memiliki pengetahuan paling baik adalah umur 16 tahun 7 orang (8,4%). 3. Pengetahuan siswa-siswi di SMA Methodist Pematang Siantar terhadap

konjungtivitis dilihat dari jenis kelamin terhadap penyakit konjungtivitis adalah pengetahuan paling kurang adalah pada siswa berjenis kelamin laki-laki 5 orang (6%) dan pengetahuan paling baik adalah pada siswa berjenis kelamin perempuan 10 orang (12%).

4. Pengetahuan siswa-siswi terhadap konjungtivitis di SMA Methodist Pematang Siantar terhadap konjungtivitis secara keseluruhannya adalah sedang yaitu sejumlah 61 orang siswa (73,6%).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang ingin saya berikan:

1. Pihak sekolah melalui program Usaha Kesehatan Sekolah perlu merancang kegiatan penyuluhan mengenai konjungtivitis seperti mendistribusikan leaflet dan melakukan seminar untuk meningkatkan tingkat pengetahuan siswa terhadap konjungtivitis.

2. Pihak Puskesmas yang mempunyai cakupan di wilayah kerja SMA Methodist Pematang Siantar atau Dinas Kesehatan Kodya Pematang Siantar perlu melibatkan para siswa/i dalam upaya meningkatkan


(40)

pengetahuan terhadap konjungtivitis dengan melakukan penyuluhan mengenai konjungtivitis.

3. Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain yang berminat dalam penyempurnaan penelitian ini.


(41)

Anderson, B., 1990. Methodogical Errors in Medical Research. Oxford: Blackwell.

Barbara, C. Long, Wilma J. Phipps 1996, Medical-Surgical Nursing: A Nursing Process Approach. McGraw Hill.

Chiang YP, Wang F, Javitt JC. Office visits to ophthalmologists and other physicians for eye care among the U.S. population, 1990. Public Health Rep 1995;110:147-53

Dawsons, B. & Trapp, R.G., 2001. Basic and Clinical Biostatistics. 2nd ed.Boston: Lange Medical Books/ McGraw Hill.

Dhamayanti, Meita, 2009, The2nd Adolescent Health National Symposia: Current Challenges in Management.

Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2009

Ilyas, Sidarta, Tanzil, Muzakkir, Salamun, Azhar, Zainal. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2000.

Kanski, Jack J, Ken K Nischal. Opthalmology Clinical Sign and Differential Diagnosis. Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan Prilaku Kesehatan. Indonesia: PT Rineka Cipta.

Pearce, Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Terjemahan Sri Yuliani Handoyo. Jakarta: Gramedia.

Pratomo, Hadi, Sudarti, 1990. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana/Kependudukan. Jakarta: Unit Pelaksana Proyek Pembangunan FKM di Indonesia.

Rapuano,2008. Conjunctivitis PPP, available fro

Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-3. Jakarta : Sagung Seto.

[Accessed 10 April 2011]


(42)

Grafindo Persada.

Trochim, W.K., 2006. Research Methods Knowledge Base.Available from:http://www.socialresearchmethods.net/kb/sampprob.php.

Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000.

[Accessed 16 April 2011].

Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology). Ed. 17. Widya Medika, Jakarta : 2008.

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication,

116.

Widyanti. E., 2007. Remaja dan permasalahannya: bahaya merokok, penyimpangan seks pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman keras/narkoba. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran; Hurlock EB.

Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.14. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.15. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000.


(43)

Saya, Erwin, mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini tengah melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan SMA Methodist Pematang Siantar terhadap Konjungtivitis”. Bersama ini saya mohon izin kepada Siswa/i dengan

Nama : _____________________________________________________

untuk melakukan pendataan tentang tingkat pengetahuan siswa/i dan mengajukan beberapa pertanyaan. Hasil pemeriksaan dan jawaban tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain dan akan tetap dirahasiakan.

Apabila selama menjalani penelitian ini Siswa/i memiliki keluhan, Anda dapat menghubungi saya, Erwin (HP: 085763273388).

Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya Pematang Siantar, Juli 2011


(44)

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Umur : Jenis Kelamin : Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti secara terperinci dan jelas tentang penelitian “Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Methodist Pematang Siantar terhadap Konjungtivitis”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Pematang Siantar,____________2011 Yang membuat pernyataan

(___________________) Nama dan Tanda Tangan

KUESIONER PENELITIAN TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TERHADAP KONJUNGTIVITIS


(45)

A. Karekteristik responden 1. Nama :

2. Umur : 3. Kelas :

4. Jenis Kelamin : B. Pengetahuan

1. Apakah Anda pernah melihat, mendengar, atau terkena penyakit Konjungtivitis (Mata Merah)?

a. Pernah b. Tidak pernah c. Ragu-ragu

2. Tahukah Anda, apa yang dimaksud dengan Konjungtivitis (Mata Merah)? a. Peradangan pada konjungtiva

b. Peradangan pada kornea c. Peradangan pada Retina d. Peradangan pada sclera e. Tidak tahu

3. Apakah konjungtivitis (Mata Merah) selalu disertai penghasilan air mata yang berlebihan (mata berair) ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

4. Apakah sinar ultraviolet matahari dapat menyebabkan konjungtivitis (Mata Merah)?

a. Bisa b. Tidak bisa c. Ragu-ragu

5. Apakah paparan debu dapat menyebabkan konjungtivitis (Mata Merah)? a. Bisa

b. Tidak bisa c. Ragu-ragu

6. Apakah konjungtivitis (Mata Merah) dapat menyebabkan penglihatan berkurang?


(46)

a. Bisa b. Tidak bisa c. Ragu-ragu

7. Apakah konjungtivitis (Mata Merah) dapat menular hanya dengan tatapan mata?

a. Bisa b. Tidak bisa c. Tidak tahu

8. Apakah konjungtvitis (Mata Merah) mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat kebersihan?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

9. Apakah konjungtivitis (Mata Merah) dapat dicegah seiring dengan meningkatnya frekuensi mencuci tangan?

a. Bisa b. Tidak bisa c. Ragu-ragu

10.Apakah pemakaian soft lens bisa meningkatkan resiko terkena konjungtivitis (Mata Merah)?

a. Bisa b. Tidak bisa c. Tidak tahu


(47)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Erwin

Tempat/tanggal lahir : P.Siantar,20 November1990 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Buddha

Alamat : Jalan. Dr. Wahidin No.106/12C Nomor telepon : 085763273388

Orangtua : Wilson Siddik (bapak) Novia (ibu)

Riwayat Pendidikan : 1. TK Methodist P.Siantar (1995-1996) 2. SD Methodist P.Siantar (1996-2002) 3. SLTP Methodist P.Siantar (2002-2005) 4. SMA Methodist P.Siantar (2005-2008)


(1)

Grafindo Persada.

Trochim, W.K., 2006. Research Methods Knowledge Base.Available from:http://www.socialresearchmethods.net/kb/sampprob.php.

Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000.

[Accessed 16 April 2011].

Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology). Ed. 17. Widya Medika, Jakarta : 2008.

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication,

116.

Widyanti. E., 2007. Remaja dan permasalahannya: bahaya merokok, penyimpangan seks pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman keras/narkoba. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran; Hurlock EB.

Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.14. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.15. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000.


(2)

Saya, Erwin, mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini tengah melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan SMA Methodist Pematang Siantar terhadap Konjungtivitis”. Bersama ini saya mohon izin kepada Siswa/i dengan

Nama : _____________________________________________________

untuk melakukan pendataan tentang tingkat pengetahuan siswa/i dan mengajukan beberapa pertanyaan. Hasil pemeriksaan dan jawaban tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain dan akan tetap dirahasiakan.

Apabila selama menjalani penelitian ini Siswa/i memiliki keluhan, Anda dapat menghubungi saya, Erwin (HP: 085763273388).

Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya Pematang Siantar, Juli 2011


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama :

Umur : Jenis Kelamin : Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti secara terperinci dan jelas tentang penelitian “Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Methodist Pematang Siantar terhadap Konjungtivitis”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Pematang Siantar,____________2011 Yang membuat pernyataan

(___________________) Nama dan Tanda Tangan

KUESIONER PENELITIAN TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TERHADAP KONJUNGTIVITIS


(4)

A. Karekteristik responden 1. Nama :

2. Umur : 3. Kelas :

4. Jenis Kelamin : B. Pengetahuan

1. Apakah Anda pernah melihat, mendengar, atau terkena penyakit Konjungtivitis (Mata Merah)?

a. Pernah b. Tidak pernah c. Ragu-ragu

2. Tahukah Anda, apa yang dimaksud dengan Konjungtivitis (Mata Merah)? a. Peradangan pada konjungtiva

b. Peradangan pada kornea c. Peradangan pada Retina d. Peradangan pada sclera e. Tidak tahu

3. Apakah konjungtivitis (Mata Merah) selalu disertai penghasilan air mata yang berlebihan (mata berair) ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

4. Apakah sinar ultraviolet matahari dapat menyebabkan konjungtivitis (Mata Merah)?

a. Bisa b. Tidak bisa c. Ragu-ragu

5. Apakah paparan debu dapat menyebabkan konjungtivitis (Mata Merah)? a. Bisa

b. Tidak bisa c. Ragu-ragu

6. Apakah konjungtivitis (Mata Merah) dapat menyebabkan penglihatan berkurang?


(5)

a. Bisa b. Tidak bisa c. Ragu-ragu

7. Apakah konjungtivitis (Mata Merah) dapat menular hanya dengan tatapan mata?

a. Bisa b. Tidak bisa c. Tidak tahu

8. Apakah konjungtvitis (Mata Merah) mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat kebersihan?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

9. Apakah konjungtivitis (Mata Merah) dapat dicegah seiring dengan meningkatnya frekuensi mencuci tangan?

a. Bisa b. Tidak bisa c. Ragu-ragu

10.Apakah pemakaian soft lens bisa meningkatkan resiko terkena konjungtivitis (Mata Merah)?

a. Bisa b. Tidak bisa c. Tidak tahu


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Erwin

Tempat/tanggal lahir : P.Siantar,20 November1990 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Buddha

Alamat : Jalan. Dr. Wahidin No.106/12C Nomor telepon : 085763273388

Orangtua : Wilson Siddik (bapak) Novia (ibu)

Riwayat Pendidikan : 1. TK Methodist P.Siantar (1995-1996) 2. SD Methodist P.Siantar (1996-2002) 3. SLTP Methodist P.Siantar (2002-2005) 4. SMA Methodist P.Siantar (2005-2008)