Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dan Minuman Air Putih Biasa Terhadap Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

(1)

PERBANDINGAN PENGARUH MINUMAN BEROKSIGEN DENGAN MINUMAN AIR PUTIH BIASA TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN

PADA MAHASISWI FK USU ANGKATAN 2012

Oleh

CITRA MEGA KHARISMA 100100003

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN Judul:

Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dan Minuman Air Putih Biasa Terhadap Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

Nama : Citra Mega Kharisma NIM : 100100003

Pembimbing Penguji I

(dr. Milahayati Daulay, M.Biomed) (dr. Dina Aprilia, M. Ked(PD) Sp.PD) NIP. 1980.0720.2006042.003 NIP. 1981.0411.2006042.001

Penguji II

(dr. Nurchaliza Hazaria Siregar, Sp.M) NIP. 1970.0908.2000032.001

Medan, Januari 2014 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(3)

ABSTRAK

Beberapa tahun terakhir ini, air minum beroksigen banyak dipasarkan dengan anggapan bahwa air minum tersebut memiliki lebih banyak manfaat yang dapat menyehatkan dan menyegarkan tubuh karena mengandung tujuh sampai sepuluh kali kadar oksigen yang lebih tinggi daripada air putih biasa. Salah satu manfaat yang dinyatakan adalah meningkatnya ketahanan selama berolahraga.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membuktikan manfaat air minum beroksigen dibandingkan air putih biasa pada tingkat kebugaran melalui perhitungan indeks kesanggupan badan (IKB).

Studi eksperimental ini menggunakan metode post test design with control. subjek penelitian merupakan perempuan yang berusia 18 sampai dengan 20 tahun dan terdaftar sebagai mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 (n=34). Dengan metode acak sederhana, subjek dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama diberi air putih biasa (n=17) sedangkan kelompok kedua diberi air minum beroksigen (n=17). Kemudian subjek melakukan latihan fisik berupa step test dengan metode Harvard step test. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (interval kepercayaan 95%, p > 0.05) dalam hasil indeks kesanggupan badan setelah melakukan latihan fisik antara kelompok yang minum air beroksigen dengan yang minum air putih biasa.


(4)

ABSTRAC

In recent years, oxygenated water has been marketed with claims that it has a many benefits to make the body healthier because it contains seven to ten times higher than plain drinking water. One of the benefits is increasing the indurance while exercise.

This study aims to investigated the benefits of the oxygenated water compares with plain drinking water on physical fitness by counting the physial fitness index (PFI)

This experimental study use post test design with control method. The samples of this study are women, 18 to 20 years old and a medical student of Universitas Sumatera Utara 2012 (n=34). With a simple randomized method, samples are divided into two groups. The first group drink plain drinking water (n=17) while the second group drink oxygenated water (n=17). Then the samples exercise by Harvard Step test. Data analizing by SPSS for windows.

The result shows that there is no difference (Confidence Interval 95%, p>0.05) on physical fitness index (PFI) after exercise between the oxygenated water group and plain drinking water group.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sungguh tidak ada nikmat-nikmat-Nya yang pantas untuk diragukan apalagi didustakan. Berkat rahmat dan pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian berjudul ‘Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dengan Minuman Air Putih Biasa Terhadap Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi FK USU Angkatan 2012’ ini.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu dengan tulus penulis mengharapkan masukan dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenanlah penulis menyatakan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Milahayati Daulay, M. Biomed, dosen pembimbing yang sangat sabar dan bersahabat, terima kasih atas semua kesediaan waktu untuk bimbingan dan kelapangan hati beliau selama proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

2. Dekan, Pembantu Dekan, seluruh staf dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa sehingga birokrasi bisa berjalan sebagaimana mestinya.

3. dr. Dina Aprilia, M. Ked(PD) Sp.PD dan dr. Nurchaliza H.Siregar, Sp.M sebagai dosen penguji, terimakasih atas kritik dan sarannya untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. dr. Yetty Machrina, M. Kes dan dr. Eka Roina Megawati, M. Kes yang beberapa kali ikut memberi sumbangsih pemikiran bagi penelitian ini.

5. Bapak Sutiono, Bapak Deddy, dan Ibu Fatmawati, pegawai laboratorium Fisiologi, terima kasih atas bantuannya selama melakukan penelitian ini.


(6)

6. Ibunda Sri Rahayu dan Ayahanda Fauzi Rizal, serta kedua adik saya, Ibnu Gilang Syawali dan Dinda Lunary Maghfira, terima kasih atas kasih sayang, do’a dan dukungannya selama ini.

7. Paman Fahmi Mas Utama, terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.

8. Carlos Jonathan, Yulisa Afriani Ninasara, Nabila Al Fista, Derizkalia Syahputri, Jannatun Naimah, sahabat-sahabat saya, terima kasih atas bantuan dan dukungan semangat yang selalu diberikan selama ini.

9. Thiyagu Ramachandaram, teman seperjuangan, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Medan, Desember 2013 Citra Mega Kharisma


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 2

1.3.1. Tujuan Umum... 2

1.3.2. Tujuan Khusus... 2

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebugaran Fisik... 4


(8)

2.1.2. Pengukuran Kebugaran Fisik... 5

2.2. Latihan Fisik... 5

2.2.1. Definisi dan Manfaat Latihan Fisik... 5

2.2.2. Respon Tubuh Terhadap Latihan Fisik... . 6

2.3. Step test... 7

2.3.1. Step test Protocol... 7

2.3.2. HarvardStep test... 8

2.4. Oksigen... 10

2.4.1. Sifat dan Fungsi Oksigen... 10

2.4.2. Proses Respirasi dan Transpor Oksigen... 11

2.5. Minuman Beroksigen... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep... 16

3.2. Definisi Operasional... 16

3.3. Hipotesis... 16

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian... 17

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 17

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 18


(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian... 22

5.1.3. Hasil Analisa Statistik... 23

5.2. Pembahasan... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 26

6.2. Saran... 26

DAFTAR PUSTAKA... 27


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Kriteria Indeks Kesanggupan Badan dan Nilainya... 10

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengosongan Lambung... 14

4.1. Kriteria Indeks Kesanggupan Badan dan Nilainya... .. 20

5.1. Distribusi Frekuensi Kelompok Usia Sampel... 22

5.2. Rata-rata Indeks Kesanggupan Badan (IKB)... .. 23

5.3. Uji Normalitas... 23


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Distribusi Cardiac Output Selama Istirahat dan Berolahraga

7

2.2 Proses Inspirasi 11

2.3 Proses Ekspirasi 12

2.4 Alur Pengaturan dan Pengendalian Pernapasan 13


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Lembar Penjelasan Penelitian

3. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Setelah Penjelasan 4. Data Induk

5. Output data SPSS

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Sampel

b. Rata-rata Indeks Kesanggupan Badan (IKB) per-kelompok c. Uji Normalitas


(13)

ABSTRAK

Beberapa tahun terakhir ini, air minum beroksigen banyak dipasarkan dengan anggapan bahwa air minum tersebut memiliki lebih banyak manfaat yang dapat menyehatkan dan menyegarkan tubuh karena mengandung tujuh sampai sepuluh kali kadar oksigen yang lebih tinggi daripada air putih biasa. Salah satu manfaat yang dinyatakan adalah meningkatnya ketahanan selama berolahraga.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membuktikan manfaat air minum beroksigen dibandingkan air putih biasa pada tingkat kebugaran melalui perhitungan indeks kesanggupan badan (IKB).

Studi eksperimental ini menggunakan metode post test design with control. subjek penelitian merupakan perempuan yang berusia 18 sampai dengan 20 tahun dan terdaftar sebagai mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 (n=34). Dengan metode acak sederhana, subjek dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama diberi air putih biasa (n=17) sedangkan kelompok kedua diberi air minum beroksigen (n=17). Kemudian subjek melakukan latihan fisik berupa step test dengan metode Harvard step test. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (interval kepercayaan 95%, p > 0.05) dalam hasil indeks kesanggupan badan setelah melakukan latihan fisik antara kelompok yang minum air beroksigen dengan yang minum air putih biasa.


(14)

ABSTRAC

In recent years, oxygenated water has been marketed with claims that it has a many benefits to make the body healthier because it contains seven to ten times higher than plain drinking water. One of the benefits is increasing the indurance while exercise.

This study aims to investigated the benefits of the oxygenated water compares with plain drinking water on physical fitness by counting the physial fitness index (PFI)

This experimental study use post test design with control method. The samples of this study are women, 18 to 20 years old and a medical student of Universitas Sumatera Utara 2012 (n=34). With a simple randomized method, samples are divided into two groups. The first group drink plain drinking water (n=17) while the second group drink oxygenated water (n=17). Then the samples exercise by Harvard Step test. Data analizing by SPSS for windows.

The result shows that there is no difference (Confidence Interval 95%, p>0.05) on physical fitness index (PFI) after exercise between the oxygenated water group and plain drinking water group.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Olahraga bisa dilakukan setiap saat tanpa mengenal waktu. Olahraga adalah gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh (Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2008). Berbagai penelitian sekarang ini telah menunjukkan bahwa orang yang mempertahankan kebugaran tubuh yang sesuai, menggunakan beragam latihan secara bijaksana dan melakukan pengaturan berat badan memiliki keuntungan tambahan, yaitu hidup lebih panjang. Khususnya antara usia 50-70 tahun, penelitian telah menunjukkan bahwa kematian menjadi berkurang tiga kali lipat pada orang yang bugar daripada yang tidak terlalu bugar (Guyton, 2007).

Studi terbaru juga telah menyatakan bahwa semakin bugar seseorang pada usia paruh baya, maka semakin kecil kemungkinan orang tersebut untuk menderita demensia pada kemudian hari (Defina et al., 2013). Selain itu, latihan olahraga tidak hanya penting untuk memelihara kebugaran fisik tetapi juga

Secara umum, terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam ukuran tubuh, komposisi tubuh dan kadar testosteron dalam tubuh. Hal-hal ini turut mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang, sehingga terdapat perbedaan tingkat kebugaran antara laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, kekuatan otot, ventilasi paru, dan cardiac output-nya (semua variabel ini terkait dengan massa otot) adalah sebesar 60-75% dari kekuatan otot, ventilasi paru, dan cardiac output laki-laki (Suleman, 2011).

mental. Disebutkan dalam sebuah penelitian bahwa orang-orang dengan daya tahan kardiorespirasi yang baik memiliki risiko depresi yang lebih

rendah (Rieck et al., 2013). Bass et al. ( 2013) juga menyimpulkan bahwa

kapasitas aerobik dan daya tahan otot yang baik juga berpengaruh positif terhadap prestasi akademik pada siswa-siswi sekolah menengah.


(16)

Agar olahraga yang dilakukan bisa maksimal sehingga mendapatkan manfaat yang besar, maka pada saat sebelum, selama dan setelah berolahraga, asupan makanan serta cairan yang baik dan tepat sebaiknya dikonsumsi untuk mempertahankan kadar gula darah selama olahraga berlangsung, mempertahankan keseimbangan cairan tubuh, dan meningkatkan performa pada saat olahraga. (Langley et al., 2010).

Beberapa tahun ini, minuman beroksigen sangat populer di kalangan masyarakat karena dianggap bisa meningkatkan performa saat berolahraga. Disamping harganya yang cukup terjangkau dan mudah untuk didapatkan, sistem promosi produsen yang sangat gencar dan menarik ikut meningkatkan penggunaan minuman beroksigen di masyarakat (Porcari, 2002).

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut.

“Apakah terdapat perbedaan tingkat kebugaran antara mahasiswi FK USU Angkatan 2012 yang diberikan minuman beroksigen dengan mahasiswi yang diberikan minuman air putih biasa?”

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran antara mahasiswi FK USU Angkatan 2012 yang diberikan minuman beroksigen dengan mahasiswi yang diberikan minuman air putih biasa.

1.3.2. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat kebugaran pada kelompok mahasiswi yang diberikan minuman beroksigen.

2. Mengetahui tingkat kebugaran pada kelompok mahasiswi yang diberikan minuman air putih biasa.


(17)

3. Membandingkan tingkat kebugaran antara kedua kelompok mahasiswi

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bidang Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data pendukung bagi penelitian selanjutnya tentang perbandingan pengaruh pemberian minuman beroksigen dan minuman air putih biasa terhadap tingkat kebugaran mahasiswi FK USU yang melakukan latihan fisik.

2. Bidang Pendidikan

Proses penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk melatih berpikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan penelitian berdasarkan metode yang benar.

3. Bidang Pelayanan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang benar bagi masyarakat tentang manfaat konsumsi minuman beroksigen yang sekarang ini sangat mudah ditemukan di pasar bebas.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kebugaran Fisik

2.1.1. Definisi dan Komponen Kebugaran Fisik

Kebugaran fisik adalah suatu kondisi fungsional tubuh yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk toleransi beban latihan fisik. Contoh beban latihan fisik bisa dicontohkan dari hal yang paling sederhana, yaitu berjalan kaki, berlari, atau bahkan mengangkat beban sebesar puluhan kilogram (Robergs, 2003).

Kebugaran fisik sendiri terdiri dari berbagai komponen, yaitu:

a. Kekuatan otot (muscular strength & muscular power) : kemampuan otot untuk menghasilkan tenaga selama kontraksi.

b. Daya tahan otot (muscular endurance) : kemampuan otot rangka untuk bertahan terhadap kontraksi yang terus menerus dan berulang.

c. Daya tahan jantung-paru (cardiorespiratory endurance) : kemampuan paru-paru untuk proses pertukaran gas serta kemampuan jantung dan pembuluh darah untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh.

d. Fleksibilitas (flexibility) : kemampuan untuk memaksimalkan jangkauan gerakan sendi.

e. Komposisi tubuh (body composition) : proporsi tubuh yang terdiri dari lemak, mineral, protein, dan air.

f. Ketangkasan (agility) : kemampuan untuk mengubah arah dengan cepat pada saat bergerak.

Komponen-komponen ini penting dan berbeda dalam tiap jenis latihan fisik. Misalnya pada lari maraton jarak jauh, komponen yang sangat dibutuhkan adalah daya tahan otot, daya tahan jantung-paru dan komposisi lemak yang rendah dalam tubuh. Sedangkan pada angkat beban, kompenen yang terpenting adalah kekuatan otot. Lain halnya pada seorang penari, komponen yang sangat dibutuhkan adalah fleksibilitas dan ketangkasan (Robergs, 2003).


(19)

2.1.2. Pengukuran Kebugaran Fisik

Untuk melakukan pengukuran tingkat kebugaran, ada berbagai macam metode yang bisa digunakan. Pemilihan metode tersebut harus disesuaikan dengan populasi yang akan dinilai (atlet, anak-anak, pasien dengan penyakit jantung), tujuan (menilai cardio-respiratory fitness, menghitung VO2

Metode pertama yang bisa digunakan adalah treadmill. Treadmill bisa diaplikasikan untuk semua populasi karena menggunakan aktifitas alamiah manusia, yaitu berjalan dan berlari. Treadmill sendiri terdiri dari beberapa protokol, yaitu ada protokol Balke, protokol Bruce, dan protokol Astrand and Rodahl. Pembagian protokol tersebut berdasarkan aktif atau tidaknya seseorang, misalnya orang tersebut atlet atau bukan (Powers, 2007).

max, mendiagnosa penyakit jantung koroner), dan biaya (Powers, 2007).

Metode kedua adalah sepeda ergometer, dimana tes dilakukan dengan menggunakan sepeda statis yang dikayuh untuk mendapatkan beban kerja. Sepeda ergometer ini dapat mekanik ataupun elektrik. Lalu dipasang EKG untuk merekam beban kerja serta lakukan pengukuran tekanan darah pada permulaan dan akhir pembebanan. Sepeda ergometer ini biasanya digunakan untuk menghitung VO2max

Dan metode pengukuran yang terakhir adalah step test, yang akan digunakan dalam penelitian ini dan dijelaskan selanjutnya.

(Robergs, 2003).

2.2.Latihan Fisik

2.2.1. Definisi dan Manfaat

Latihan fisik atau olah raga adalah pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan untuk memperbaiki kebugaran fisik (Committee on sports medicine and fitness, 1994).

Latihan fisik yang dilakukan secara rutin akan memberikan banyak manfaat, diantaranya adalah:

a. Menurunkan tekanan darah


(20)

c. Meningkatkan HDL (high-density lipoprotein) d. Meningkatkan sensitifitas terhadap insulin

e. Mengontrol kadar glukosa darah (pada penderita Diabetes tipe 2) f. Menurunkan prevalensi kanker kolon dan kanker endometrium g. Menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler

h. Menurunkan resiko kecemasan dan depresi (Suleman, 2012)

2.2.2. Respon Tubuh terhadap Latihan Fisik

Selama melakukan aktifitas fisik, sejumlah besar ATP harus terus dibentuk agar dapat dipergunakan oleh otot untuk latihan fisik yang lebih lama dan lebih berat. Ada dua cara untuk pemecahan glukosa, yaitu dengan cara aerob dan anaerob. Respirasi anaerob menghasilkan beberapa molekul ATP dan 2 molekul asam piruvat. Lalu asam piruvat akan dipecah lagi menjadi asam laktat. Apabila laktat ini dibiarkan terakumulasi di dalam otot, maka akan menyebabkan kelelahan otot (muscle fatigue). Oleh karena itu, pada saat melakukan aktifitas fisik atau olahraga, respirasi aerob lah yang dibutuhkan agar tidak menimbulkan kelelahan otot. Respirasi aerob menghasilkan banyak energi yang hanya dibatasi oleh kemampuan tubuh dalam menyediakan oksigen dan nutrisi penting lainnya (Suleman, 2011).

Tujuan utama dari sistem respirasi adalah menyediakan oksigen untuk jaringan dan mengeliminasi karbon dioksida. Selama melakukan aktifitas fisik, sistem respirasi bekerja lebih banyak karena konsumsi oksigen, ventilasi pulmonal dan alveolar serta kapasitas difusi oksigen meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi terutama pada otot rangka (Suleman, 2011).

Karena kebutuhan oksigen yang diperlukan pada otot selama melakukan aktifitas fisik meningkat, maka sistem kardiovaskuler pun harus meningkatkan tekanan darah, volume sekuncup (stroke volume), denyut jantung (heart rate), dan cardiac output untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh jaringan otot. Agar hal tersebut terpenuhi, maka pada saat yang sama, tubuh mengurangi


(21)

aliran darah ke organ-organ yang tidak terlalu aktif selama melakukan latihan fisik, seperti ginjal, hati dan organ-organ pada saluran pencernaan (Powers, 2007). Latihan fisik yang dilakukan secara teratur akan membuat sistem kardiovaskuler lebih efisien dalam hal memompa darah dan mengantarkan oksigen ke otot-otot yang dipergunakan saat berolahraga (Suleman, 2011).

Gambar 2.1. Distribusi cardiac output selama istirahat dan berolahraga (Powers, 2007)

2.3.Step Test

2.3.1. Step Test Protocol

Step test protocol adalah salah satu metode untuk pengukuran tingkat kebugaran. Step test mudah untuk dilakukan karena orang-orang sudah familiar dengan stepping exercise dan tidak membutuhkan peralatan yang sulit dan mahal (Powers, 2007). Frekuensi melangkah pada step test dihitung dan disesuaikan dengan irama metronom. Dalam satu siklus, terdapat empat hitungan langkah, yaitu naik, naik, turun, turun (up, up, down, down). Subjek yang melakukan step test harus melangkah dengan mengikuti irama yang sesuai dari metronom. Diketahui terdapat tiga metode step test, yaitu metode Sharkey, metode Kash dan metode Harvard yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode Sharkey


(22)

menggunakan bangku setinggi 40cm untuk laki-laki dan 33cm untuk perempuan. Naik turun bangku dilakukan sebanyak 90x/menit selama 5 menit. Sedangan metode Kash menggunakan bangku setinggi 30cm untuk laki-laki dan perempuan lalu naik turun bangku dilakukan sebanyak 96x/menit selama 3 menit (Rusip, 2006).

2.3.2. Harvard Step Test

Harvard step test adalah suatu tes kesanggupan badan dinamis/fungsional.

Syarat tes kesanggupan badan dinamis yang baik menurut Harvard adalah sebagai berikut:

a. Tes harus memberikan pembebanan pada berbagai otot yang besar sehingga kesanggupan seseorang lebih dibatasi oleh kemampuan susunan kardiovaskuler dan pernafasan (jantung-paru) dibanding kelelahan otot itu sendiri.

b. Tes harus sedemikian berat sehingga tidak lebih daripada 2/3 bagian yang di tes dapat menyelesaikan tes itu.

c. Tes harus dapat dikerjakan dengan baik tanpa memerlukan suatu keterampilan yang luar biasa.

Alat yang dipergunakan pada Harvard Step Test:

1. Bangku (setinggi 45cm untuk laki-laki, 43cm untuk perempuan) 2. Stopwatch

3. Metronom

Perincian penyelenggaraan Harvard Step test:

1. Sampel hanya menggunakan kaos dan celana olahraga tanpa sepatu, diminta untuk berdiri dengan tenang tetapi dengan penuh perhatian di depan bangku yang akan digunakan.

2. Sebuah metronom yang sebelumnya sudah diperiksa ketelitiannya, diatur irama dengan kecepatan 120x/menit.


(23)

3. Pada saat tanda “mulai” diberikan, sampel menempatkan salah satu kakinya diatas bangku tepat pada suatu ketukan metronom yang sekaligus merupakan tanda permulaan tes. Pada ketukan metronom yang kedua, sampel menempatkan kedua kakinya diatas bangku. Pada ketukan ketiga sampel turun dan menurunkan dulu kakinya yang pertama kali naik tadi. Pada ketukan keempat, kakinya yang kedua diturunkan pula, sehingga sampel sekarang berdiri tegak lagi diatas lantai. Siklus ini terus diulangi sampai selama mungkin tapi tidak lebih dari 5 menit.

4. Sampel saat menaiki bangku harus tetap tegak dan tidak boleh membungkuk.

5. Sampel harus mengikuti irama ketukan metronom dengan tepat, jika ada tanda-tanda gerakan tidak sesuai irama, maka peringatan diberikan supaya kembali mengikuti irama dengan baik.

6. Apabila irama/sikap tetap salah selama 10-15 detik, walaupun sudah diberikan peringatan, maka tes harus dihentikan dan lama masa kerja dicatat.

7. Untuk mencegah terjadinya kelelahan pada satu tungkai, sampel diizinkan untuk sesekali mengubah langkahnya.

8. Saat tes dihentikan, kedua stopwatch dihentikan. Penghentian stopwatch pertama akan menunjukkan waktu lama masa kerja naik turun bangku, sedangkan penghentian stopwatch yang kedua merupakan tanda permulaan masa pemulihan sekaligus digunakan untuk menghitung nadi. 9. Nadi dihitung pada arteri radialis di pergelangan tangan dari 1-1,5 menit,

2-2,5 menit dan 3-3,5 menit.

10.Indeks kesanggupan badan dihitung.

11.Tiap tes didahului oleh suatu tes percobaan guna memberikan kesempatan kepada sampel untuk membiasakan diri naik turun bangku dan mengikuti irama metronom. Test percobaan ini hanya dilakukan sebentar saja. Setelah tidak merasa lelah sama sekali, barulah tes yang sesungguhnya dimulai.


(24)

Cara menghitung indeks kesanggupan badan:

=

Tabel 2.1. Kriteria Indeks Kesanggupan Badan dan Nilainya

Kriteria Nilai Hasil Perhitungan IKB

Sangat baik 5 >90

Baik 4 80-89

Cukup 3 65-79

Sedang 2 50-64

Kurang 1 <50

Sumber : Rusip, 2006

2.4. Oksigen

2.4.1. Sifat dan Fungsi Oksigen

Oksigen merupakan suatu unsur kimia yang mengisi kira-kira 20 persen udara di atmosfer yang sangat penting dalam proses pernapasan (Nuswantari, 1998). Seperti unsur kimia yang lain, oksigen juga memiliki sifat fisik dan sifat kimia. Sifat-sifat fisik oksigen antara lain tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Sedangkan secara kimia, oksigen bersifat membantu pembakaran (Misawa, 2008).

Sel-sel tubuh memerlukan pasokan oksigen (O2) kontinu untuk menunjang

reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan energi yang diproses di dalam mitokondria (Juwono, 2003). Energi sangat penting bagi berbagai aktivitas sel yang ditujukan untuk mempertahankan hidup. Tubuh memperoleh energi terutama dari karbohidrat, lemak, dan protein yang terdapat dalam makanan. Sewaktu seseorang makan, makanan akan dicerna dan diserap. Produk pencernaan akan beredar dalam darah, masuk ke dalam berbagai jaringan, dan akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Untuk mengubah makanan secara

Lama naik turun (dalam detik) x 100 I.K.B


(25)

sempurna menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O), diperlukan oksigen

molekular (O2) (Marks, 2000).

2.4.2. Proses Respirasi dan Transpor Oksigen

Oksigen didapatkan oleh tubuh melalui proses respirasi. Proses respirasi sendiri terdiri dari proses inspirasi dan proses ekspirasi. Inspirasi adalah proses yang aktif sehingga baik inspirasi biasa maupun inspirasi dalam selalu memerlukan aktifitas dari otot-otot inspirasi. Diafragma merupakan otot inspirasi utama yang mengambil peran kurang lebih 75% dari fungsi otot-otot inspirasi yang lain, yaitu musculus intercostalis externus, musculus scalenus, musculus sternocleidomastoideus, dan musculus pectoralis minor (Alsagaff, 2010).

Gambar 2.2. Proses inspirasi

Sedangkan proses ekspirasi adalah proses pasif yang terjadi karena elastisitas dari jaringan paru dan tidak memerlukan aktifitas otot-otot ekspirasi, yaitu

Kontraksi otot diafragma dan musculus intercostalis externus

Volume toraks membesar

Tekanan intra pleura menurun

Paru-paru mengembang

Tekanan intra alveoli menurun


(26)

musculus intercostalis internus dan otot-otot dinding perut. Otot-otot ekspirasi hanya digunakan pada proses ekspirasi dalam (Alsagaff, 2010).

Gambar 2.3. Proses ekspirasi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, paru-paru dikontrol oleh suatu sistem yang terdiri dari :

a. Sensor, yang berfungsi untuk mengumpulkan informasi dan meneruskannya ke pengendali sentral.

b. Pengendali sentral, yang berada di otak yang bertugas untuk mengkoordinasikan semua informasi yang masuk dan mengirim impuls ke efektor agar ventilasi dapat berjalan dengan sempurna.

Otot inspirasi relaksasi

Volume toraks mengecil

Tekanan intra pleura meningkat

Volume paru-paru mengecil

Tekanan intra alveoli meningkat


(27)

c. Efektor (otot-otot pernapasan), yang berfungsi sebagai pompa sehingga ventilasi dapat terlaksana seperti yang seharusnya (Alsagaff, 2010).

Gambar 2.4. Alur pengaturan dan pengendalian pernapasan

Setelah proses inspirasi dan oksigen masuk ke dalam paru-paru, maka oksigen tadi akan berdifusi dan masuk ke dalam aliran darah. Setelah oksigen berada di dalam darah dan siap untuk dialirkan ke berbagai jaringan di tubuh, oksigen terikat dengan hemoglobin, yaitu suatu protein yang terkandung di dalam eritrosit (sel darah merah). Empat molekul oksigen dapat ditransportasikan melalui satu molekul hemoglobin. Ikatan antara hemoglobin dengan oksigen akan membentuk oksihemoglobin. Sedangkan hemoglobin yang tidak mengikat oksigen disebut deoksihemoglobin. Jumlah oksigen yang dapat dialirkan ke jaringan tergantung dari konsentrasi hemoglobin (Powers, 2007).

2.5.Minuman Beroksigen

Oksigen diperlukan tubuh untuk reaksi oksidasi. Pada manusia, oksigen diangkut melalui darah yang terikat dengan hemoglobin dari paru – paru sampai ke jaringan. Minuman beroksigen mampu berdifusi ke dalam darah melalui absorpsi di saluran intestinal dan mukosa lainnya setelah dikonsumsi (Pakdaman, 1985). Jenkins dkk melaporkan bahwa dijumpai peningkatan waktu ketahanan sebesar 11% pada latihan fisik yang mengkonsumsi minuman beroksigen (Jenkins et al., 2002).

Sebuah studi pada tahun 1997 pada Texas Women’s University mendapati pelari jarak 5 km yang minum air beroksigen lebih cepat berlari dengan VO2max

yang lebih tinggi dibandingkan yang minum air biasa. Tetapi pada penelitian lain, Pengendali sentral

Efektor Sensor


(28)

Porcari dkk meyimpulkan bahwa minuman beroksigen tidak memberikan pengaruh berupa peningkatan performa saat berolahraga (Porcari, 2002).

Kecepatan zat-zat nutrisi termasuk air dan elektrolit masuk ke dalam sistemik tergantung pada laju pengosongan lambung dan laju absorpsi cairan dari usus halus. Beberapa faktor yang diketahui berpengaruh terhadap laju pengosongan isi lambung tertera pada tabel.

Tabel 2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengosongan lambung

Faktor Cara Pengaturan Efek pada motilitas & pengosongan lambung

Volume Kimus

Distensi menimbulkan efek langsung pada eksitabilitas otot polos lambung, serta bekerja melalui pleksus intrinsik, saraf vagus dan gastrin

Peningkatan volume merangsang motilitas dan pengosongan

Derajat Keenceran

Efek langsung, isi harus berbentuk cair agar dapat dievakuasi Peningkatan keenceran mempercepat pengosongan Adanya lemak, hipertonisitas, asam atau peregangan

Memulai refleks enterogastrik atau memicu pengeluaran enterogastron (kolesistokinin, sekretin, peptida inhibitorik lambung)

Faktor-faktor di duodenum tersebut menghambat motilitas dan pengosongan lambung lebih lanjut sampai duodenum mengatasi faktor-faktor yang sudah ada

Emosi Mengubah keseimbangan

otonom

Merangsang atau menghambat motilitas dan


(29)

Nyeri hebat Meningkatkan aktivitas simpatis Menghambat motilitas dan pengosongan lambung

Penurunan pemakaian

glukosa di hipotalamus

Meningkatkan aktivitas vagus Merangsang motilitas

disertai rasa lapar

Sumber : Sherwood, 2001

Absorpsi air pada saluran cerna juga dipengaruhi oleh suhu air tersebut. Minuman yang dingin lebih cepat diabsoprsi daripada minuman yang hangat (Powers, 2007).

Absorpsi air oksigen pada saluran cerna dapat dinilai dengan pemeriksaan PaO2 darah. Setelah 5 menit minum air beroksigen akan terjadi peningkatan PaO2

darah. Selama 3 sampai 4 jam kandungan oksigen tetap tinggi didalam darah. Absorpsi minuman beroksigen masuk ke kapiler membran mukosa saluran cerna kemudian ke vena portal dan masuk ke sirkulasi hati serta ke seluruh sirkulasi tubuh. Peningkatan oksigen dalam darah ini akan mencapai organ tubuh mengikuti jalur hematogen (Pakdaman, 1985).


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi operasional

- Latihan fisik pada penelitian ini adalah naik turun bangku dengan metode Harvard Step Test.

- Tingkat kebugaran adalah indeks kesanggupan badan (IKB) yang diukur dengan rumus berdasarkan perubahan denyut nadi setelah melakukan latihan fisik.

- Minuman beroksigen adalah minuman dengan kandungan oksigen 7-10 kali lebih banyak dibandingkan dengan air biasa.

- Minuman air putih biasa adalah air minum biasa dalam kemasan.

3.3. Hipotesis

Terdapat perbedaan tingkat kebugaran antara mahasiswi FK USU yang diberikan minuman beroksigen dengan yang diberikan minuman air putih biasa.

Tingkat kebugaran

Variabel independen Variabel dependen

Latihan fisik + Minuman Beroksigen


(31)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (intervensional) dengan metode post test design with control, yaitu mengukur nadi pada masa pemulihan setelah kedua kelompok sampel (yang diberikan minuman beroksigen dan minuman air putih biasa) melakukan latihan fisik, lalu menghitung indeks kesanggupan badan (IKB) pada kedua kelompok tersebut.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Pengambilan dan pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan selama bulan September 2013 sampai dengan bulan November 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012. Subyek penelitian dipilih dengan cara simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana. Pemilihan sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ini. Kriteria inklusi :

- Mahasiswi FK USU Angkatan 2012 - Usia 18-20 tahun

- IMT normal - sehat jasmani

- tidak melakukan olahraga rutin


(32)

- mempunyai riwayat penyakit berat/sistemik - sedang menstruasi

Menurut Supranto J (2000) perhitungan sampel untuk penelitian eksperimental secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:

(t-1) (r-1) > 15 Dimana :

t = banyaknya kelompok perlakuan r = jumlah sampel

Kelompok perlakuan pada penelitian ini ada 2 kelompok, maka berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel untuk penelitian ini adalah:

(t-1) (r-1) > 15 (2-1) (r-1) > 15

(r-1) > 15 r > 15 + 1

r > 16

Dari hasil perhitungan rumus diatas, maka diambil jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 17 orang per kelompok.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi FK USU angkatan 2012 yang memenuhi kriteria inklusi.

2. Data-data dasar yang diambil dari sampel adalah berat badan, tinggi badan, dan usia yang dicatat dalam satu lembar isian (lampiran).

3. Lalu dilakukan pengukuran denyut nadi pada arteri radialis dan frekuensi nafas sampel kemudian dicatat di lembar pengamatan.


(33)

4. Kemudian sampel dibagi secara acak sederhana menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (minuman air putih biasa) dan kelompok yang diberikan intervensi (minuman beroksigen). Lima belas menit sebelum latihan fisik dilakukan, kelompok kontrol diberi 300cc minuman air putih biasa dan kelompok yang diberikan intervensi diberi minuman beroksigen sebanyak 300cc.

5. Saat melakukan Harvard Step Test, sampel hanya menggunakan kaos dan celana olahraga tanpa sepatu, diminta untuk berdiri dengan tenang tetapi dengan penuh perhatian di depan bangku yang digunakan.

6. Sebuah metronom yang sebelumnya sudah diperiksa ketelitiannya, diatur irama dengan kecepatan 120x/menit.

7. Pada saat tanda “mulai” diberikan, sampel menempatkan salah satu kakinya diatas bangku tepat pada suatu ketukan metronom yang sekaligus merupakan tanda permulaan tes. Pada ketukan metronom yang kedua, sampel menempatkan kedua kakinya diatas bangku. Pada ketukan ketiga sampel turun dan menurunkan dulu kakinya yang pertama kali naik tadi. Pada ketukan keempat, kakinya yang kedua diturunkan pula, sehingga sampel sekarang berdiri tegak lagi diatas lantai. Siklus ini terus diulangi sampai selama mungkin tapi tidak lebih dari 5 menit.

8. Sampel saat menaiki bangku harus tetap tegak dan tidak boleh membungkuk.

9. Sampel mengikuti irama ketukan metronom dengan tepat, jika ada tanda-tanda gerakan tidak sesuai irama, maka peringatan diberikan supaya kembali mengikuti irama dengan baik.

10. Apabila irama/sikap tetap salah selama 10-15 detik. Walaupun sudah diberikan peringatan, maka tes harus dihentikan dan lama masa kerja dicatat.

11. Untuk mencegah terjadinya kelelahan pada satu tungkai, sampel diizinkan untuk sesekali mengubah langkahnya.

12. Saat tes dihentikan, kedua stopwatch dihentikan. Penghentian stopwatch pertama akan menunjukkan waktu lama masa kerja naik turun bangku, sedangkan penghentian stopwatch yang kedua merupakan tanda permulaan masa pemulihan sekaligus digunakan untuk menghitung nadi.


(34)

13. Nadi dihitung pada arteri radialis di pergelangan tangan dari 1-1,5 menit, 2-2,5 menit dan 3-3,5 menit.

14. Indeks kesanggupan badan dihitung dengan menggunakan rumus yang ada. 15. Tiap tes didahului oleh suatu tes percobaan guna memberikan kesempatan kepada sampel untuk membiasakan diri naik turun bangku dan mengikuti irama metronom. Test percobaan ini hanya dilakukan sebentar saja. Setelah tidak merasa lelah sama sekali, barulah tes yang sesungguhnya dimulai.

16. Suhu kamar harus berada diantara 25o C-35o

17. Setelah selesai melakukan latihan fisik, maka hitung kembali denyut nadi di lokasi yang sama dan frekuensi nafas sampel. Kemudian hitung Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dengan rumus yang ada.

C

Cara menghitung indeks kesanggupan badan:

=

Tabel 4.1. Kriteria Indeks Kesanggupan Badan dan Nilainya

Kriteria Nilai Hasil Perhitungan IKB

Sangat baik 5 >90

Baik 4 80-89

Cukup 3 65-79

Sedang 2 50-64

Kurang 1 <50

Sumber : Rusip, 2006

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yakni hasil data yang diperoleh dari pengukuran langsung. Data diolah dengan menggunakan SPSS for WINDOWS. Pertama-tama dilakukan uji normalitas

I.K.B

2 x (nadi 1 + nadi 2 + nadi 3) Lama naik turun (dalam detik) x 100


(35)

terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan analisa data menggunakan uji non-parametrik yaitu dengan uji Mann-Whitney U. Hasil dari uji Mann-Whitney U dinyatakan bermakna apabila nilai p < 0.05 pada tingkat kepercayaan (Confidence Interval) 95% (Mukhtar, 2011).


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU), Medan. Laboratorium Fisiologi FK USU memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan penelitian, seperti bangku untuk pelaksanaan step test, metronom, stopwatch, pengukur berat badan dan tinggi badan. Laboratorium Fisiologi FK USU terletak di lantai 2 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Gedung Fakultas Kedokteran USU terdapat di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Jl.Dr.Mansur No.5 Medan dengan batas wilayah:

batas utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan batas selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU batas timur : Jalan Universitas, Padang Bulan batas barat : Fakultas Psikologi USU

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 orang yang dibagi ke dalam dua kelompok (kelompok minuman beroksigen dan kelompok air putih biasa) yang tiap kelompoknya berjumlah masing-masing 17 orang.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kelompok Usia Sampel

Usia (tahun) Frekuensi Persen

18 13 38,2

19 17 50,0

20 4 11,8


(37)

Berdasarkan tabel 5.1., didapatkan sampel terbanyak dari kelompok usia 19 tahun, yaitu 17 orang (50%). Lalu sebanyak 13 orang (38,2%) dari kelompok usia 18 tahun, dan hanya 4 orang (11,8%) dari kelompok usia 20 tahun.

5.1.3. Hasil Analisa Statistik

Tabel 5.2. Rata-rata Indeks Kesanggupan Badan (IKB)

Kelompok perlakuan Rata-rata IKB Std. Error

Air Putih 29,1824 5,78597

Air Oksigen 25,6800 2,07039

Dari tabel 5.2., didapati bahwa rata-rata indeks kesanggupan badan (IKB) pada kelompok yang diberikan minuman air putih adalah 29,1824 dengan standar error 5,78597. Sedangkan pada kelompok yang diberikan minuman beroksigen didapati rata-rata indeks kesanggupan badan (IKB) sebesar 25,6800 dengan standar error 2,07039.

Tabel 5.3. Uji Normalitas Data

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Perlakuan Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

IKB air putih ,323 17 ,000 ,628 17 ,000

air oksigen ,137 17 ,200 ,934 17 ,257

Sebelum dilakukan analisa statistik dari hasil penelitian ini, maka dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu dan dari tabel 5.3., didapati bahwa data tidak terdistribusi secara normal. Oleh karena itu analisa statistik yang digunakan adalah uji non-parametrik Mann-Whitney U yang merupakan uji alternatif dari uji T independen.


(38)

Tabel 5.4. Uji Mann-Whitney U

Indeks Kebugaran Badan

Mann-Whitney U 125,000

Wilcoxon W 278,000

Z -,672

Asymp. Sig. (2-tailed) ,502

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

,518a

Dari hasil tes Mann-Whitney U pada tabel 5.4., didapati nilai sg.2-tailed adalah 0,502 (p>0,05). Karena itu hasil uji dinyatakan tidak signifikan secara statistik, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara konsumsi minuman beroksigen dengan air putih biasa terhadap indeks kesanggupan badan (IKB) setelah melakukan latihan fisik (Harvard step test) pada mahasiswi FK USU 2012.

5.2. Pembahasan

Penelitian tentang minuman beroksigen sudah banyak dilakukan dalam beberapa tahun ini karena maraknya promosi dari produsen yang menjanjikan banyak manfaat dari konsumsi minuman beroksigen. Akan tetapi hal yang masih sering dipertanyakan hingga saat ini adalah seefektif apakah oksigen yang diserap melalui saluran cerna sehingga bisa dimanfaatkan oleh tubuh. Disebutkan dalam penelitian Porcari dkk (2002) tentang efek minuman beroksigen pada latihan fisik dan masa pemulihan, walaupun oksigen diserap melalui saluran cerna, oksigen tersebut akan masuk ke pembuluh darah vena, dimana aliran darah vena akan membawa oksigen kembali ke paru-paru, bukan ke otot yang aktif.

Pada penelitian ini sampel diberikan minuman air putih dan minuman beroksigen sebelum melakukan latihan fisik, yang berarti pemberian oksigen melalui saluran cerna. Hasilnya ditemukan bahwa tidak ada perbedaan bermakna


(39)

antara konsumsi minuman beroksigen dengan air putih biasa terhadap indeks kesanggupan badan (IKB) setelah melakukan latihan fisik (Harvard step test) pada mahasiswi FK USU 2012. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sommer (2013) tentang efek hidrasi minuman beroksigen pada atlet yang beraktifitas di lingkungan panas dan lembab. Dikatakan pada hasil penelitiannya bahwa efek hidrasi minuman beroksigen tidak jauh berbeda dengan air putih biasa. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Porcari dkk (2002) dimana konsumsi oksigen tidak memiliki efek yang besar terhadap latihan fisik dan masa pemulihan. Selain itu, pada penelitian Wing-Gaia (2005) tentang efek minuman beroksigen terhadap performa saat berolahraga pada kondisi yang hipoksia, disebutkan bahwa minuman beroksigen tidak meningkatkan performa, yang artinya minuman beroksigen tersebut tidak memiliki efek yang besar terhadap performa dalam berolahraga.


(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini didapati bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara konsumsi minuman beroksigen dengan air putih biasa terhadap indeks kesanggupan badan (IKB) setelah melakukan latihan fisik (Harvard step test) pada mahasiswi FK USU 2012 usia 18-20 tahun.

6.2. Saran

Adapun saran peneliti berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui absorpsi oksigen di dalam saluran cerna pada pemberian oksigen secara oral.

2. Dibutuhkan pengukuran kadar Hemoglobin pada sampel penelitian sebelum menjalani intervensi untuk menilai apakah sampel berkemungkinan memiliki masalah dengan proses pengikatan oksigen atau tidak.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H., Mukty, A., 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press.

Bass, R.W., Brown, D.D., Laurson, K.R., dan Coleman, M.M., 2013. Physical Fitness and Academic Performance in Middle-School Students. Acta Paediatr 2013.

Committee on Sports Medicine and Fitness, 1994. Assesing physical activity and fitness in the office setting. Pediatrics, 93: 686-9.

Defina, L.F., Willis, B.L., Radford, N.B., Gao, A., Leonard, D., Haskell, W.L, et al., 2013. The association between midlife cardiorespiratory fitness levels and later-life dementia: a cohort study. Ann Intern Med 158:162-8.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Guyton, A.C., Hall, J.E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jenkins, A., Baynard, T., Moreland, M., Miller, W.C., Fernhall, B., 2002. The effect of oxygenated water on percent arterial oxygen saturation, performance and recovery during exercise. Med Sci Sports Excer, 33: 1-14.

Juwono, Juniarto, A.Z., 2002. Biologi Sel. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Langley, S., DiMarco, N.M., Rodriguez, N.R., 2010. Nutrition and Athletic Performance. Medicine & Science in Sports & Exercise®


(42)

Marks, D.B., Marks, A.D., Smith, C.M., 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Misawa, S., 2008. Oksigen. Diunduh dari website

Mukhtar, Z., 2011. Stastika kedokteran dan uji hipotesis. In: Mukhtar, Z., ed. Desain penelitian klinis dan statistika kedokteran. Medan: USU Press, 109-116.

Nuswantari, D., Ed., 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pakdaman, A., 1985. Oxygen-enriched water and oral oxygen therapy. German Copyright Law: 1-20

Porcari, J.P., Foster, C., Doberstein, S., Brice, G., Wilmert, N., 2002. The effects of oxygenated water on exercise physiology during incremental exercise and recovery. J Exerc Physiol, 5 (4): 16-21.

Powers, S.K., Howley, E.T., 2007. Exercise Physiology. New York: McGraw Hill

Rieck, T., Jackson, A., Martin, S.B., Petrie, T., Greenleaf, C., 2013. Health-Related Fitness, Body Mass Index, and Risk of Depression among Adolescents.

Robergs, R.A., Keteyian, S.J., 2003. Fundamentals of Exercise Physiology. New York: McGraw Hill.

Rusip, G., 2006. A Comparative Study on The Physical Fitness Level Using The Harvard, Sharkey and Kash Step Test. Majalah Kedokteran Nusantara.

Sommer, Allan, 2013, Hydration Efficacy of Oxywater; a Hyperoxygenated Nutritionally Enhanced Water, Columbus: The Ohio State University.


(43)

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suleman, A., 2011. Exercise Physiology.

Suleman, A., 2012. Exercise Prescription.

Supranto, J., 2000. Teknik Sampling untuvk Survei dan Eksperimen, Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

Wing-Gaia, L. Stacie, Subudhi, W. Andrew, Askew, W. Eldon, 2005. Effects of Purified Oxygenated Water on Exercise Performance During Acute Hypoxic Exposure, International Journal of Sport Nutrition & Exercise Metabolism; Dec2005, Vol.15 Issue 6, p680.


(44)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Citra Mega Kharisma

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 27 Mei 1992

Agama : Islam

Alamat : Jalan Beringin V, nomor 2, Gaperta, Helvetia,

Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1998 lulus Taman Kanak-kanak Tunas Harapan, Kotabumi, Lampung Utara

2. Tahun 2004 lulus Sekolah Dasar Xaverius, Kotabumi, Lampung Utara

3. Tahun 2007 lulus Sekolah Menengah Pertama Xaverius, Kotabumi, Lampung Utara

4. Tahun 2010 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Bandar Lampung


(45)

LAMPIRAN 2

PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN:

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang Saudara

Nama saya Citra Mega Kharisma dan akan melakukan penelitian dengan judul : “Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dan Minuman Air Putih Biasa terhadap Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012”. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan manfaat langsung minuman beroksigen bagi orang yang melakukan olahraga atau latihan fisik. Dengan diketahuinya hal tersebut, maka ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang penting bagi masyarakat maupun dunia kesehatan.

Jika Saudara bersedia mengikuti penelitian ini maka akan dilakukan serangkaian prosedur terhadap Saudara, di mana Saudara diminta untuk meminum air minum beroksigen atau air minum biasa, kemudian saya akan menghitung frekuensi napas, denyut nadi, dilanjutkan dengan melakukan latihan fisik berupa naik turun bangku selama lebih kurang 3-5 menit, kemudian diakhiri dengan pengukuran kembali nadi sebanyak tiga kali yang akan dimasukkan ke rumus untuk menentukan Indeks Kesanggupan Badan.

Kami sangat mengharapkan keikut sertaan Saudara dalam penelitian ini, karena selain bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk orang lain. Selama penelitian ini, Saudara tidak dibebankan biaya apapun. Semua data/keterangan dari Saudara bersifat rahasia,tidak diketahui orang lain. Apabila keberatan, Saudara bebas untuk menolak mengikuti penelitian ini. Jika sudah mengerti dan bersedia mengikuti penelitian ini maka Saudara dapat mengisi lembar persetujuan.

Pemeriksaan yang akan dilakukan diatas lazimnya tidak akan menimbulkan hal yang berbahaya bagi Saudara. Namun bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang setelah Saudara mengikuti penelitian ini, maka Saudara dapat menghubungi saya.

Nama : Citra Mega Kharisma

Alamat instansi : FK USU, Jl.dr.Mansyur No.5, Medan

Alamat rumah : Jalan Beringin V, nomor 2, Gaperta, Helvetia, Medan. Handphone : 083194061112

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih

Medan,...2013 Peneliti,


(46)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : Alamat : No. Hp :

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian yang berjudul “Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dan Minuman Air Putih Biasa terhadap Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012dan setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian tersebut dan patuh akan ketentuan-ketentuan yang dibuat peneliti. Jika sewaktu-waktu ingin berhenti, saya berhak untuk tidak melanjutkan mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Medan, 2013

Yang menyatakan, Peneliti,

( ) ( Citra Mega Kharisma )

Saksi


(47)

Sampel Umur IMT Denyut Nadi 0 Denyut Nadi1 Denyut Nadi 2 Denyut Nadi 3 Lama Kerja (detik) IKB

CE01 19 20,7 40 39 35 32 54 25,7

CE02 18 20,44 35 36 32 32 67 33,8

CE03 18 20,08 40 32 33 37 212 103,9

CE04 18 22,48 34 67 59 55 69 19,06

CE05 19 22,08 44 27 37 34 78 39,8

CE06 19 21,21 40 52 52 54 50 15,8

CE07 18 22,26 36 33 38 38 159 73

CE08 19 19,8 52 49 47 40 97 35,6

CE09 19 19,8 30 52 43 51 67 22,9

CE10 20 20,5 47 62 62 50 113 32,4

CE11 18 21,8 48 50 41 42 40 15

CE12 20 22,08 36 65 55 53 65 18,8

CE13 19 20 42 68 57 44 75 22,1

CE14 18 20 47 68 62 57 106 28,3

CE15 18 22 37 60 45 42 62 21

CE16 18 20,42 44 65 49 45 124 38,9

CE17 19 21,7 51 67 57 57 72 19,9

CE18 18 20,04 42 55 49 56 120 37,5

CE19 19 19,6 56 59 52 63 46 13,2

CE20 19 21,7 44 69 53 49 69 20,1

CE21 19 18,7 45 63 54 52 49 14,4

CE22 19 19 45 70 61 60 116 30,3

CE23 19 20,8 37 53 43 47 50 17,4

CE24 19 19,9 41 72 68 58 130 32,6

CE25 20 20,1 40 58 49 43 63 21

CE26 20 20,4 36 40 51 41 62 23,4

CE27 18 21,9 33 56 48 44 62 20,9

CE28 19 21,5 40 57 52 45 65 21,1

CE29 18 20,2 44 51 54 48 42 13,7

CE30 18 21,7 41 64 58 61 82 22,4

CE31 18 19,5 59 70 80 68 130 29,8

CE32 19 21 47 53 55 69 47 13,2

CE33 19 22,2 47 59 61 58 80 22,4


(48)

LAMPIRAN 5

1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Umur

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18 13 38,2 38,2 38,2

19 17 50,0 50,0 88,2

20 4 11,8 11,8 100,0

Total 34 100,0 100,0

2. Rata-rata Indeks Kesanggupan Badan (IKB) per-Kelompok

Descriptives

Perlakuan Statistic Std. Erro

Indeks Kesanggupan Badan air putih Mean 29,1824 5,785

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 16,9166

Upper Bound 41,4481

5% Trimmed Mean 25,9193

Median 21,0000

Variance 569,117

Std. Deviation 23,85616

Minimum 13,20

Maximum 103,90

Range 90,70

Interquartile Range 11,55

Skewness 2,523 ,

Kurtosis 6,219 1,

air oksigen Mean 25,6800 2,070

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 21,2910

Upper Bound 30,0690

5% Trimmed Mean 25,6389

Median 23,4000

Variance 72,871

Std. Deviation 8,53644

Minimum 13,20


(49)

Range 25,70

Interquartile Range 14,27

Skewness ,055 ,

Kurtosis -1,395 1,

3. Uji Normalitas

Tests of Normality

Perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Indeks Kesanggupan Badan air putih ,323 17 ,000 ,628 17 ,000

air oksigen ,137 17 ,200* ,934 17 ,257

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

4. Uji Mann-Whitney U

Test Statisticsb

Indeks Kesanggupan

Badan

Mann-Whitney U 125,000

Wilcoxon W 278,000

Z -,672

Asymp. Sig. (2-tailed) ,502

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,518a a. Not corrected for ties.


(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Citra Mega Kharisma

Tempat, Tanggal Lahir

: Medan, 27 Mei 1992

Agama

: Islam

Alamat

: Jalan Beringin V, nomor 2, Gaperta, Helvetia,

Medan

Riwayat Pendidikan

: 1. Tahun 1998 lulus Taman Kanak-kanak Tunas

Harapan, Kotabumi, Lampung Utara

2. Tahun 2004 lulus Sekolah Dasar Xaverius,

Kotabumi, Lampung Utara

3. Tahun 2007 lulus Sekolah Menengah Pertama

Xaverius, Kotabumi, Lampung Utara

4. Tahun 2010 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri

9 Bandar Lampung


(2)

PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN:

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang Saudara

Nama saya Citra Mega Kharisma dan akan melakukan penelitian dengan judul :

“Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dan Minuman Air Putih Biasa terhadap Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan manfaat langsung minuman beroksigen bagi orang yang melakukan olahraga atau latihan fisik. Dengan diketahuinya hal tersebut, maka ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang penting bagi masyarakat maupun dunia kesehatan.

Jika Saudara bersedia mengikuti penelitian ini maka akan dilakukan serangkaian prosedur terhadap Saudara, di mana Saudara diminta untuk meminum air minum beroksigen atau air minum biasa, kemudian saya akan menghitung frekuensi napas, denyut nadi, dilanjutkan dengan melakukan latihan fisik berupa naik turun bangku selama lebih kurang 3-5 menit, kemudian diakhiri dengan pengukuran kembali nadi sebanyak tiga kali yang akan dimasukkan ke rumus untuk menentukan Indeks Kesanggupan Badan.

Kami sangat mengharapkan keikut sertaan Saudara dalam penelitian ini, karena selain bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk orang lain. Selama penelitian ini, Saudara tidak dibebankan biaya apapun. Semua data/keterangan dari Saudara bersifat rahasia,tidak diketahui orang lain. Apabila keberatan, Saudara bebas untuk menolak mengikuti penelitian ini. Jika sudah mengerti dan bersedia mengikuti penelitian ini maka Saudara dapat mengisi lembar persetujuan.

Pemeriksaan yang akan dilakukan diatas lazimnya tidak akan menimbulkan hal yang berbahaya bagi Saudara. Namun bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang setelah Saudara mengikuti penelitian ini, maka Saudara dapat menghubungi saya.

Nama : Citra Mega Kharisma

Alamat instansi : FK USU, Jl.dr.Mansyur No.5, Medan

Alamat rumah : Jalan Beringin V, nomor 2, Gaperta, Helvetia, Medan. Handphone : 083194061112

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih

Medan,...2013 Peneliti,


(3)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

No. Hp :

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai

penelitian yang berjudul “

Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dan

Minuman Air Putih Biasa terhadap Tingkat Kebugaran pada Mahasiswi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

” dan setelah

mengetahui dan menyadari sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya

menyatakan bahwa saya bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian tersebut

dan patuh akan ketentuan-ketentuan yang dibuat peneliti. Jika sewaktu-waktu ingin

berhenti, saya berhak untuk tidak melanjutkan mengikuti penelitian ini tanpa ada

sanksi apapun.

Medan, 2013

Yang menyatakan,

Peneliti,

( )

( Citra Mega Kharisma )

Saksi


(4)

Nadi 0

Nadi1

Nadi 2

Nadi 3

Kerja

(detik)

CE01

19

20,7

40

39

35

32

54

25,7

CE02

18

20,44

35

36

32

32

67

33,8

CE03

18

20,08

40

32

33

37

212

103,9

CE04

18

22,48

34

67

59

55

69

19,06

CE05

19

22,08

44

27

37

34

78

39,8

CE06

19

21,21

40

52

52

54

50

15,8

CE07

18

22,26

36

33

38

38

159

73

CE08

19

19,8

52

49

47

40

97

35,6

CE09

19

19,8

30

52

43

51

67

22,9

CE10

20

20,5

47

62

62

50

113

32,4

CE11

18

21,8

48

50

41

42

40

15

CE12

20

22,08

36

65

55

53

65

18,8

CE13

19

20

42

68

57

44

75

22,1

CE14

18

20

47

68

62

57

106

28,3

CE15

18

22

37

60

45

42

62

21

CE16

18

20,42

44

65

49

45

124

38,9

CE17

19

21,7

51

67

57

57

72

19,9

CE18

18

20,04

42

55

49

56

120

37,5

CE19

19

19,6

56

59

52

63

46

13,2

CE20

19

21,7

44

69

53

49

69

20,1

CE21

19

18,7

45

63

54

52

49

14,4

CE22

19

19

45

70

61

60

116

30,3

CE23

19

20,8

37

53

43

47

50

17,4

CE24

19

19,9

41

72

68

58

130

32,6

CE25

20

20,1

40

58

49

43

63

21

CE26

20

20,4

36

40

51

41

62

23,4

CE27

18

21,9

33

56

48

44

62

20,9

CE28

19

21,5

40

57

52

45

65

21,1

CE29

18

20,2

44

51

54

48

42

13,7

CE30

18

21,7

41

64

58

61

82

22,4

CE31

18

19,5

59

70

80

68

130

29,8

CE32

19

21

47

53

55

69

47

13,2

CE33

19

22,2

47

59

61

58

80

22,4


(5)

LAMPIRAN 5

1.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Umur

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18 13 38,2 38,2 38,2

19 17 50,0 50,0 88,2

20 4 11,8 11,8 100,0

Total 34 100,0 100,0

2.

Rata-rata Indeks Kesanggupan Badan (IKB) per-Kelompok

Descriptives

Perlakuan Statistic Std. Erro

Indeks Kesanggupan Badan air putih Mean 29,1824 5,785

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 16,9166

Upper Bound 41,4481

5% Trimmed Mean 25,9193

Median 21,0000

Variance 569,117

Std. Deviation 23,85616

Minimum 13,20

Maximum 103,90

Range 90,70

Interquartile Range 11,55

Skewness 2,523 ,

Kurtosis 6,219 1,

air oksigen Mean 25,6800 2,070

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 21,2910

Upper Bound 30,0690

5% Trimmed Mean 25,6389

Median 23,4000

Variance 72,871

Std. Deviation 8,53644

Minimum 13,20


(6)

Interquartile Range 14,27

Skewness ,055 ,

Kurtosis -1,395 1,

3.

Uji Normalitas

Tests of Normality

Perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Indeks Kesanggupan Badan air putih ,323 17 ,000 ,628 17 ,000

air oksigen ,137 17 ,200* ,934 17 ,257

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

4.

Uji Mann-Whitney U

Test Statisticsb

Indeks Kesanggupan

Badan

Mann-Whitney U 125,000

Wilcoxon W 278,000

Z -,672

Asymp. Sig. (2-tailed) ,502

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,518a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan


Dokumen yang terkait

Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigea dengan Minuman Air Putih ,Biasa Terhadap Tingkat Kebugaran pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2012.

2 48 49

Perbandingan Pengaruh Minuman Berenergi dan Olahraga terhadap Performa Kognitif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011

2 70 64

Pengaruh Minuman Isotonik, Minuman Beroksigen, dan Minuman Yang Mengandung Vitamin C Terhadap Kebugaran Fisik Setelah Latihan Fisik Dengan Metode Harvard Step Test Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

8 61 60

Gambaran Gangguan Haid Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tingkat I Angkatan 2010

4 33 72

Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dengan Minuman Air Biasa terhadap Nilai VEP1, KVP, dan Frekuensi Napas pada Latihan Fisik

1 33 63

Hubungan Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

0 1 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebugaran - Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigea dengan Minuman Air Putih ,Biasa Terhadap Tingkat Kebugaran pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2012.

0 0 10

Perbandingan Pengaruh Minuman Berenergi dan Olahraga terhadap Performa Kognitif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011

0 1 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minuman Berenergi - Perbandingan Pengaruh Minuman Berenergi dan Olahraga terhadap Performa Kognitif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011

0 0 11

Perbandingan Pengaruh Minuman Berenergi dan Olahraga terhadap Performa Kognitif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011

0 0 13