meluas ke daerah parietal dan temporal dan dapat sampai ke servikal atas. Sinusitis sfenoid biasanya menyebabkan sakit kepala di daerah retroorbital dan
merata ke daerah bahu dan gigi kaninus Howard, 2005. Keterlibatan beberapa sinus membuat sakit dan gejala yang lebih rumit
karena dapat menimbulkan sakit ke beberapa daerah. Pada pasien dengan penyebab lain rasa sakit di wajah etiologinya masih membingungkan, oleh karena
itu sebaiknya dipahami tentang gejala dalam memastikan diagnosa, khususnya hal yang berhubungan dengan gejala sakit dan nyeri tekanan di wajah Howard,
2005. Anamnesa sakit kepala sangat penting untuk mempersempit etiologi sakit
dan nyeri tekan di wajah. Penting untuk mengetahui lokasi sakit, sifat sakitnya menetap, berdenyut, menekan, seperti dijepit, menusuk, tajam, tumpul, ringan,
berat, dll, durasi dan frekuensi sakit kepala. Beberapa pasien menderita lebih dari satu jenis sakit kepala. Penting juga untuk mengetahui berapa banyak jenis sakit
kepala yang ada dan apa yang membuat sakit kepala tersebut menjadi lebih ringan atau memberat dan apakah ada hubungan gejalanya dengan aura, nausea, muntah,
fotofobia, dan fonofobia. Penting untuk mengetahui hubungan antara sumbatan hidung dan drainase sinus dan perubahan rasa dan penciuman Howard, 2005.
2.3 Penilaian Immunohistokimia COX-2
Cara penilaian dengan metode konsensus dan terdiri dari skor intensitas pewarnaan 0,1,2 atau 3 dan tingkat pewarnaan 0= 0; 1 = 10; 2 = 10-50;
3 = 50. Hasil untuk skor intensitas pewarnaan dan tingkat pewarnaan yang
Universitas Sumatera Utara
dikalikan untuk memberikan skor COX-2 pada setiap kasus, sel-sel tersebut dianggap sebagai COX-2 positif skor
≥ 4 dan negatif skor ≤ 3 Soo et al,
2005.
Gambar 2.3.1 Cyclooxygenase-1 ditemukan 2+ pada pewarnaan sitoplasma lapisan apikal epitel dengan 20x pembesaran Owens et al, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3.2 Cyclooxygenase-2 ditemukan 3+ pada pewarnaan sitoplasma lapisan apikal epitel dengan 20x pembesaran Owens et al, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Konsep
Tromboksan Prostasiklin
Phospolipid
Asam Arakhidonat
Prostaglandin
Inflamasi
Rinosinusitis Kronis COX-2
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen THT-KL FK USURSUP H. Adam Malik Medan dan Departemen Patologi Anatomi FK USU. Penelitian dilakukan
mulai bulan Juli sampai dengan Desember 2011.
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh penderita yang didiagnosis rinosinusitis kronis yang menjalani operasi sinus di divisi Rinologi Departemen THT-
KL FK USURSUP H. Adam Malik Medan sejak bulan Juli 2011 sampai
dengan Desember 2011. 3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah total populasi penelitian. 3.3.3 Tekhnik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel penelitian adalah dengan cara non probability consecutive sampling accidental sampling.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Variabel Penelitian
Jenis kelamin, umur, keluhan utama, rasa nyeri, ekspresi Cyclooxygenase-2 COX-2 dan jumlah sinus yang terlibat berdasarkan
pemeriksaan CT scan sinus paranasal dan rasa nyeri pada penderita
rinosinusitis kronis.
3.5 Definisi Operasional
1. Rinosinusitis Kronis adalah peradangan mukosa hidung dan sinus
paranasal dengan karakteristik dua atau lebih gejala yaitu satu diantaranya dijumpai sumbatan hidung obstruksi kongesti atau sekret
dihidung anterior posterior nasal drip, ± Nyeri wajah tekanan, ± kurang atau hilangnya penciuman, dan dijumpai tanda-tanda dengan
pemeriksaan endoskopi atau CT scan sinus paranasal dimana gejala lebih dari 12 minggu.
2. Jenis Kelamin yaitu jenis kelamin penderita rinosinusitis kronis yang
tercatat di status rekam medik pasien yang dikatagorikan atas: 1. Laki-laki.
2. Perempuan. 3.
Umur adalah usia yang dihitung dalam tahun dan perhitungannya berdasarkan kalender masehi. Umur penderita rinosinusitis sesuai
dengan yang tercatat pada rekam medis. Umur kemudian dikelompokkan menjadi:
Universitas Sumatera Utara
• ≤ 18 Tahun = dikarenakan pertumbuhan sinus paranasal belum terbentuk sempurna.
• ≥ 18 Tahun = diperkirakan pertumbuhan sinus paranasal sudah terbentuk sempurna.
4. Ekspresi Cyclooxygenase-2 adalah bentuk mitogen-inducible
cyclooxygenase prostaglandin-endoperoxide sintase yang terekspresi dalam berbagai rangsangan inflamasi. Untuk skor akhir digunakan skor
imunoreaktif dengan mengkalikan antara skor intensitas dengan skor luas pewarnaan sehingga didapatkan nilai negatif atau positif
overekspresi COX-2.
Skor luas adalah menggambarkan suatu skala indikasi pewarnaan staining dari sel, dimana:
• 0 = Negatif • 1 = Pewarnaan positif 10 jumlah sel
• 2 = Pewarnaan positif 10-50 jumlah sel • 3 = Pewarnaan positif 50 jumlah sel.
Skor intensitas adalah menggambarkan suatu skala intensitas dari
sel, dimana: • 0 = Negatif
• 1 = Lemah • 2 = Moderat
• 3 = Kuat
Universitas Sumatera Utara
Ekspresi COX-2 positif dimana hasil perkalian antara skor
intensitas dengan skor luas pewarnaan Skor ≥ 4 atau dengan ka ta
lain dijumpai reaksi antigen antibodi pada sedian jaringan yang diperiksa.
Ekspresi COX-2 negatif adalah hasil perkalian antara skor
intensitas dengan skor luas pewarnaan Skor ≤ 3 atau dengan kata
lain tidak dijumpai reaksi antigen antibodi pada sedian jaringan yang diperiksa.
5. Jumlah sinus yang terlibat adalah jumlah sinus paranasal yang
mengalami inflamasi sesuai anatomi sinus yang terkena berdasarkan pemeriksaaan CT scan sinus paranasal, yang dikatagorikan atas:
1. Single sinusitis jika ditemukan keterlibatan satu sinus paranasal, dimana data yang diambil sesuai dengan hasil pemeriksaan
radiologi pasien yang terlampir pada rekam medik pasien. 2. Multi sinusitis jika ditemukan keterlibatan dua atau lebih sinus
paranasal, dimana data yang diambil sesuai dengan hasil pemeriksaan radiologi pasien yang terlampir pada rekam medik
pasien. 6. Unilateral adalah apabila tindakan pengambilan spesimen jaringan
mukosa sinonasal untuk pemeriksaan imunohistokimia dilakukan pada salah satu sisi kavum nasi.
Universitas Sumatera Utara
7. Bilateral adalah apabila tindakan pengambilan spesimen jaringan mukosa sinonasal untuk pemeriksaan imunohistokimia dilakukan pada
kedua sisi kavum nasi. 8. Rasa nyeri adalah perasaan spesifik seseorang yang diinformasikan oleh
mekanisme pertahanan organisasi tubuh terhadap suatu lesi
3.6 Bahan dan Alat Penelitiaan