Uji Tusuk Kulit TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Uji Tusuk Kulit

Uji kulit terhadap alergen pertama kali digunakan oleh Dr. Charles Blackley untuk mendiagnosis serbuk sari sebagai penyebab hay fever pada tahun 1873. Uji tusuk kulit pertama kali diperkenalkan pada tahun 1924 dan pada tahun 1975 Prof. Jack Pepys mengajukan modifikasi metode uji tusuk kulit. Uji tusuk kulit adalah salah satu jenis tes kulit yang digunakan sebagai alat diagnosis alergi yang diperantarai IgE dalam waktu singkat. Tidak ada batas usia untuk dilakukan uji tusuk kulit, konsensus menunjukkan bahwa uji tusuk kulit mulai dapat dinilai sejak usia 4 bulan. Bayi cenderung memiliki kulit yang kurang reaktif dengan jumlah sel mast yang jauh lebih sedikit dibandingkan anak yang lebih tua dan dewasa. 22 Uji kulit terhadap alergen yang paling baik dilakukan setelah usia 3 tahun. 5 Tempat uji tusuk kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan bawah dengan jarak sedikitnya 2 cm dari lipat siku dan pergelangan tangan. Setetes ekstrak alergen dalam gliserin 50 gliserol diletakkan pada permukaan kulit. Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkil ke atas memakai lanset atau jarum yang dimodifikasi atau dengan menggunakan jarum khusus untuk uji tusuk. Dengan menggunakan setetes ekstrak alergen pada kulit, diharapkan risiko terjadinya reaksi anafilaksis akan sangat rendah. Pada individu yang telah tersensitisasi oleh alergen tertentu, pemberian sejumlah kecil alergen cair yang ditusukkan dengan jarum pada 5 Universitas Sumatera Utara epidermis superfisial fleksor lengan bawah, cukup untuk menyebabkan terjadinya reaksi sensitivitas berupa bengkak kemerahan yang terlihat 15- 20 menit sesudah pemberian alergen, yang dibandingkan dengan kontrol positif 1 Histamin dan kontrol negatif saline. Nilai prediktif uji tusuk kulit telah dipublikasikan dan dinyatakan dapat digunakan untuk memeriksa sensitisasi. Uji tusuk kulit dinyatakan positif apabila terdapat rasa gatal dan eritema yang dikonfirmasi dengan adanya urtikaria yang khas. Urtikaria yang khas tersebut dapat dilihat dan diraba dengan diameter ≥ 3 mm yang muncul 15 -20 menit setelah aplikasi uji tusuk kulit. Reaksi lambat juga dapat terjadi 4-8 jam setelah uji tusuk kulit. 5 2 2 . . 2 2 . . 1 1 . . F F a a k k t t o o r r - - f f a a k k t t o o r r y y a a n n g g m m e e m m p p e e n n g g a a r r u u h h i i r r e e a a k k t t i i v v i i t t a a s s u u j j i i t t u u s s u u k k k k u u l l i i t t Anti histamin dapat mengurangi reaktivitas kulit, maka penggunaan obat yang mengandung anti histamin harus dihentikan paling sedikit 3 hari sebelum uji tusuk kulit, sedangkan obat kortikosteroid sistemik, dikarenakan pengaruhnya yang lebih kecil maka cukup hanya dihentikan selama 1 hari sebelum uji tusuk kulit dilakukan. Dermatografisme akan membuat hasil uji tusuk kulit sulit untuk diinterpretasikan karena seluruh tempat uji tusuk kulit akan bereaksi non spesifik dengan adanya reaksi kemerahan. Respons uji tusuk kulit lebih rendah pada pagi hari dibandingkan sore hari karena adanya irama sirkardian. Faktor usia dapat mempengaruhi ukuran indurasi, dimana Universitas Sumatera Utara semakin tua usia maka reaktivitas uji tusuk kulit semakin berkurang. Siklus menstruasi juga mempengaruhi hasil uji tusuk kulit dan dapat terjadi peningkatkan respons indurasi pada hari ke 12 sampai 16 siklus menstruasi. Kontra-indikasi uji tusuk kulit adalah orang yang memiliki riwayat anafilaksis terhadap alergen yang akan diujikan. 22 Universitas Sumatera Utara

2.3. Kerangka Konseptual